TRADISI MUNGGAHAN MENJELANG RAMADAN (Studi di Desa Tambahrejo Kabupaten Batang)

Penelitian ini membahas tentang tradisi munggahan yang dilaksanakan masyarakat di Desa Tambahrejo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Munggahan berasal dari kata munggah (bahasa jawa) yang artinya naik atau memasuki tempat yang lebih tinggi. Sesuai kata munggah tersebut tersirat makna perubahan ke arah yang lebih baik dari bulan sebelumnya menuju ke bulan suci ramadan. Munggah di sini memiliki filosofi menaikkan doa kepada Sang Pencipta, serta diiringi dengan menaikkan intensitas ibadah di bulan ramadan seperti ibadah rutin, sedekah, keimanan, dan ketakwaan. Bahkan munggahan ini juga dimaknai sebagai tradisi mengirim doa kepada leluhur yang sudah meninggal dunia menjelang datangnya bulan ramadan pada hari Jumat terakhir sebelum puasa. Tradisi ini penulis angkat karena memiliki banyak hal unik yang layak dibahas. Adanya perpaduan antara dua unsur budaya juga menjadi perhatian penting dan salah satu alasan mengapa tradisi ini begitu menarik. Hadirnya budaya Islam yang berbaur dengan budaya lokal masyarakat setempat menjadi bukti bahwa harmonisasi antarbudaya sesungguhnya ada dan dapat kita hadirkan ke dalam ruang publik agar stigma negatif tentang budaya kearifan lokal dapat terkikis perlahan bahkan mungkin hilang.

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Ketiga metode digunakan untuk membedah makna yang terkandung dari tradisi munggahan ini serta kaitannya dengan masyarakat. Hubungan antara makna munggahan secara keseluruhan dengan keyakinan maysarakat bahwa ada sesuatu yang menjadi pegangan teguh masyarakat dalam tradisi ini.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa wujud akulturasi Islam dan budaya Jawa begitu terlihat dalam pelaksanaan tradisi munggahan ini, dengan indikasi adanya banyak unsur dan elemen dari dua kebudayaan itu yang menyatu berbaur saling melengkapi utuhnya pelaksanaan tradisi munggahan. Sebagai contoh dalam pelaksanaan munggahan, ada dua unsur yang berperan dalam prosesi ini yaitu doa yang dipanjatkan merupakan wujud unsur Islam dan makanan yang disajikan atau dibagikan ke tetangga merupakan wujud budaya lokal Jawa.

 

Kata kunci: munggahan, tradisi, ramadan, Jawa, doa

Tradisi  adalah sesuatu kebiasaan yang ada di masyarakat baik yang berkembang menjadi adat kebiasaan  atau  dengan  ritual  agama  lainnya dalam  arti  lain  tradisi  telah  menjadi sesuatu yang dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan secara turun-temurun. Tradisi Islam merupakan proses perkembangan dinamika agama dalam mengatur pemeluk  agama  islam dan  dalam  etika  berkehidupan  sehari-hari.  Tradisi  Islam  lebih mengarah pada peraturan yang ringan dan tidak memaksa terhadap pemeluknya jika pemeluknya tidak mampu. Memahami tradisi banyak melihat betapa banyaknya tradisi yang memberi manfaat demi keberlangsungannya tatanan dan nilai tradisi yang telah diwarisakan secara turun-temurun.

Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa baru yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang semua pada dasarnya adalah pribumi, artinya, semua adalah suku-suku bangsa yang, meskipun dahulu kala bermigrasi dari tempat lain, secara turun temurun telah tinggal di wilayah geografis Indonesia sekarang ini, dan merasa bahwa itu adalah tanah airnya. Kebudayaan adalah jati diri suatu bangsa. Suatu bangsa di bedakan dari yang lain melalui kekhasan kebudayaannya. Suatu bangsa yang memiliki satu kebudayaan, juga di dukung oleh ciri-ciri itulah yang pada pandangan pertama seolah menjadi jati dirinya.

Indonesia, karena lokasinya, sejak awal sejarahnya telah bersinggungan dengan budaya luar. Bangsa Indonesia terkenal dengan masyarakat yang memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Kebudayaan yang satu berbeda dari yang lain yang disebabkan oleh perjalanan sejarah yang berbeda-beda. Salah satu wujud kebudayaan yang ada di Indonesia adalah kebudayaan Jawa.

Jawa merupakan pulau terbesar nomor lima di antara 13.466 pulau di Indonesia. Kini merupakan pulau paling maju dan terpadat penduduknya. Seperti sebagian besar penduduk Indonesia lainya lebih dari 80% mereka juga memeluk agama islam. Tetapi, sudah bisa diduga, pemeluk agama yang sedemikian masif itu berbeda-beda secara kultural, bukan hanya sekadar keanekaragman yang begitu besar di kalangan orang Indonesia.

Budaya Jawa yang kental dengan budaya Hindu diusung dari para Walisongo pada saat penyebaran dakwah Islam. Salah satu budaya ini adalah munggahan. Menurut peneliti munggahan penting dimaknai oleh generasi milenial yang saat ini menjadi harapan masa depan bangsa. Namun banyak generasi milenial saat ini yang lupa akan budaya atau tradisi dalam daerahnya.  Sebagai warga dan masyarakat yang baik harus memiliki rasa cinta terhadap budaya nusantara. Pemerintah Indonesia pun juga mengakui pentingnya memiliki nilai budaya yang intelektual untuk kehiduapan bernegara, seperti di mulai dari hal kecil dengan mempelajari budaya lokal contohnya tradisi munggahan yang memiliki banyak manfaat ketika mempelajari tradisi ini. Manfaat tersebut seperti dapat mengenal lebih dalam tentang budaya dan tradisi di sekitar kita, dapat memnciptakan hubungan yang baik antar manusia dan kelompok serta dapat lebih jauh memahami makna di balik sebuah tradisi dan melestarikan sebuah tradisi yang sudah ada sejak dahulu. Peneliti mengambil studi di Desa Tambahejo, Kecamatan Bandar.

Negara  kepulauan  yang  terbentang  dari  Sabang  sampai  Merauke  ini memiliki beraneka ragam suku, budaya dan tradisi hal ini menjadi kekayaan yang perlu dilestarikan keberadaanya. Sebagai warga negara yang baik kita harus menjaga budaya dan tradisi yang sudah ada sejak dahulunya seperti yang dibahas diatas yaitu tradisi Munggahan yang memiliki banyak manfaat ketika mempelajarinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak M. Ikhsan, S.S., M.Hum, bahwa mempelajari sebuah budaya dan tradisi dapat mengetahui tentang asal-usul tradisi yang berkembang di nusantara, serta dapat juga memilih mana tradisi yang baik untuk dilestarikan dan mana tradisi yang tidak perlu dilestariakan karena tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Beliau juga menambahkan bahwa mempelajari tradisi Munggahan ini memiliki tiga manfaat utama yaitu:

  1. memupuk nilai-nilai kebersamaan antarmasyarakat di lingkungan sekitar kita;
  2. menjaga tradisi baik yang telah dilakukan oleh sesepuh/ nenek moyang;
  3. menciptakan rasa syukur pada masyarakat karena masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bertemu dengan bulan ramadan.

Dengan ini, tradisi sederhana ini harus tetap dilestarikan dan di jaga agar bisa tetap dapat diketahui oleh generasi mendatang. khususnya bagi masyarakat di Jawa dan bagi generasi penerus yang ada di Desa Tambahrejo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Hal ini juga dituturkan oleh Bapak Nachi Tandidi, S.Ag. sebagai salah satu tokoh pemuda yang aktif di berbagai kegiatan Islam bahwa tradisi ini harus tetap di lestarikan karena tradisi ini memiliki banyak manfaat dan makna tersendiri. Menjaga tradisi yang ada di nusantara merupakan salah satu cara untuk tetap menjaga warisan yang ada di negeri ini agar dapat dinikmati oleh dunia dan generasi mendatang. Intinya, dengan Munggahan dapat mempererat tali silaturahmi antar sesama, mensucikan hati, meningkatkan rasa syukur dan menghilangkan  sifat-sifat   yang  seharusnya  tidak  ada  dalam  diri.

 

Nama : Silfi Kamila
Alamat : Dukuh Condong, RT 4, RW 1, nomor 17, Kelurahan Tambahrejo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Kode Pos 51254
No. Telepon : 085601528964