Capsi-Nitroseed: Bibit Cabai Diperkaya Ion-Nitrogen

Capsi-Nitroseed merupakan benih cabai diperkaya ion-Nitrogen yang diproses secara alami dengan teknologi modern penyisipan ion Nitrogen. Proses pengayaan Nitrogen pada Capsi-Nitroseed dilakukan dengan metode penyisipan ion N+ pada benih cabai. Metode penyisipan ion N+ dilakukan dengan proses ionisasi udara bebas menggunakan teknologi plasma lucutan pijar. Proses ionisasi dilakukan dengan cara memberikan beda tegangan pada udara bebas dalam orde ribuan volt untuk mengionisasi elektron pada partikel udara bebas. Udara bebas yang lebih dari 80% kandungannya adalah Nitrogen merupakan sumber nitrogen terbaik yang paling mudah diperoleh serta murah. Selain itu, Teknik pengeringan benih cabai dilakukan dengan menggunakan angin ion. Selama proses pengeringan tersebut juga dihasilkan produk sampingan dari proses ionisasi udara bebas berupa peroksida yang juga memberikan banyak manfaat bagi perkembangan tumbuhan.

Berdasarkan hasil pengujian proksimat melalui uji keldjah diperoleh peningkatan kandungan nitrogen total sebesar 37% pada benih Capsinitroseed jenis cabai merah keriting, dan peningkatan sebesar 24% pada jenis cabai rawit merah atau cabai setan. Selain itu, berdasarkan hasil pengujian kadar hidrogen peroksida melalui uji DPPH diperoleh peningkatan kandungan hidrogen peroksidah sebesar 110% pada benih capsinitroseed jenis cabai merah keriting, dan peningkatan sebesar 97% pada jenis cabai rawit merah atau cabai setan. Kandungan Nitrogen aktif serta peroksida di dalam Capsi-Nitroseed menjadikan produk ini sebagai benih cabai yang ditingkatkan kualitasnya, serta ramah lingkungan karena mereduksi kebutuhan penggunaan pupuk kimia Nitrogen selama proses persemaian.

Keywords: Bibit cabai, nitrogen, ionisasi, peroksida, plasma lucutan pijar

Masalah yang diselesaikan:

1. Cabai Menjadi Salah Satu Penyumbang Inflasi Negara

Cabai merupakan komoditas hortikultura yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Bahkan cabai diindikasikan sebagai salah satu penyumbang inflasi negara setiap tahunnya terutama cabai merah dan cabai rawit. Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa konsumsi cabai merah dan cabai rawit meningkat setiap tahunnya dari tahun 2011 dan mencapai puncak tertinggi pada tahun 2015 yaitu 2,96 kg/kapita.

Sementara itu, Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya dominasi sumbangan inflasi oleh harga cabai dari tahun ke tahun, sebagai berikut:

  • pada awal tahun 2021 BPS mengumumkan kenaikan harga inflasi sebesar 0,26 persen dimana cabai rawit memberi sumbangan terbesar dari kelompok pangan yaitu sebesar 0,08 persen.
  • Pada tahun sebelumnya, BPS menyatakan bahwa Cabai merah memberikan andil inflasi 0,13 persen dan cabai rawit memberikan andil inflasi 0,05 persen dari total inflasi 0,39 persen pada tahun 2020.
  • Selain itu komoditi cabai merah, cabai rawit dan emas tercatat sebagai penyumbang inflasi pada Agustus 2019. Cabai merah menyumbang inflasi 0,1 persen dan cabai rawit menyumbang inflasi 0,07 persen dari total inflasi 0,12 persen.
  • Pada Juni 2019 Cabai merah tercatat sebagai penyumbang inflasi terbesar yaitu sebesar 0,2 persen dari total 0,55 persen inflasi.
  • Pada tahun 2018, cabai merah memberi andil 0,07 persen inflasi dari total 0,14 persen inflasi bahan pangan dan 0,20 persen inflasi nasional pada Maret 2018.
  • Sepanjang 2016 Komoditas yang dominan menyumbangkan inflasi adalah cabai merah yaitu sebesar 0,35 persen dari total 3,02 persen.

Inflasi yang disumbang oleh cabai tersebut adalah yang paling tinggi dibandingkan dengan bahan pangan lainnya seperti beras, sayur-sayuran, ikan, minyak goreng, dan rokok.

2. Masih Defisitnya Produksi Cabai Dibandingkan Tingkat Konsumsi

Mahalnya harga cabai pada musim-musim tertentu terutama disebabkan oleh kondisi musim hujan dan cuaca yang tak menentu di Indonesia. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya defisit hasil produksi cabai dibandingkan tingkat konsumsi cabai. Data Kementerian Pertanian mencatat bahwa terdapat defisit sekitar 130.000 ton cabai pada 2003. Meskipun mengalami defisit setiap tahunnya, namun hingga 2010 masih terdapat defisit hingga 102.000 ton. Tingginya curah hujan di berbagai negara pada bulan sekitar Oktober sampai Februari menjadi penyebab mahalnya harga cabai pada musim hujan. Sebagaimana diketahui bahwa tanaman cabai cukup sensitif terhadap cuaca musim hujan, sehingga dapat mempengaruhi kondisi tanaman serta berdampak pada penurunan hasil panen cabai terutama pada musim hujan. Pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar mengungkapkan kenaikan harga cabai seperti ini masih akan terjadi selama tidak ada pengembangan teknologi budidaya yang memungkinkan untuk memproduksi cabai di luar musim (CNBC Indonesia, Maret 2021).

3. Minimnya Ketersediaan Benih Cabai

Peningkatan produktivitas cabai di Indonesia perlu diakukan untuk memenuhi kebutuhan cabai yang semakin meningkat. Salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas cabai adalah dengan menggunakan varietas unggul. Namun, nenurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008), kebutuhan benih cabai tahun 2007 sebanyak 30 ton, dan rata-rata jumlah impor benih cabai mencapai 30% dari ketersediaan benih.

4. Kebutuhan pupuk kimia dan dampaknya terhadap lingkungan

Pupuk yang banyak kandungan nitrogennya seperti pupuk urea dan ZA diperlukan dalam proses persemaian bibit cabai. Pupuk kimia tersebut sangat dibutuhkan selama proses pertumbuhan vegetatif untuk pembentukan dan pertumbuhan daun, batang, dan akar. Pemberian pupuk nitrogen yang semakin tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, seperti tinggi tanaman, hasil biji/ha, dan lain-lain. Kenyataan menunjukkan bahwa peningkatan hasil tanaman biji-bijian, penanaman lahan secara ekstensif, serta penggunaan pupuk kimia dan pestisida untuk pertumbuhan tanaman telah meningkatkan produksi pertanian dua sampai tiga kali lipat dan mengefisienkan pula penggunaan tenaga kerja. Namun sebaliknya, sistem pertanian semacam itu ternyata juga meningkatkan kehilangan bahan organik tanah, terjadinya erosi serta kontaminasi air tanah dan air permukaan di berbagai daerah di dunia. Akibat pemakaian pupuk anorganik dalam jumlah di atas takaran yang digunakan selama ini mulai memberikan dampak lingkungan yang negatif, seperti menurunnya kandungan bahan organik tanah, rentannya tanah terhadap erosi, menurunnya permeabilitas tanah, menurunnya populasi mikroba tanah, dan sebagainya. Dengan menggunakan sistem pengolahan tanah yang intensif, pada mulanya petani mendapatkan hasil panen yang tinggi. Namun karena tanah terus-menerus diolah akibatnya tanah mengalami penurunan produktivitas. Tanah yang diolah berlebihan tanpa tindakan konservasi akan menjadi lebih cepat kering, lebih halus (powdery), berstruktur buruk dan berkadar bahan organik tanah rendah. Sekitar 69 persen tanah indonesia dikategorikan rusak parah lantaran penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.

Solusi yang ditawarkan:

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, Capsi-NitroSeed hadir untuk menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi terkait produksi cabai. Capsi-Nitroseed merupakan benih cabai, merah dan rawit merah, yang diproses dengan teknologi modern alami yang ramah lingkungan. Teknologi yang digunakan adalah teknologi penyisipan ion N+ pada benih tanaman, dalam rangka memperkaya benih dengan kandungan nitrogen. Pengayaan Nitrogen pada benih Capsi-NitroSeed ini bertujuan mempercepat tumbuh benih cabai serta memberikan fungsi-fungsi menguntungkan lainnya yang dibawa oleh Nitrogen. Sementara itu, peroksida juga dihasilkan sebagai produk sampingan dari proses ionisasi udara bebas. Dimana diketahui bahwa hydrogen peroksida dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Benih Capsi-NitroSeed sudah mengandung Nitrogen dan peroksida alami sehingga dapat menurunkan kebutuhan penggunaan pupuk kimia/anorganik yang mengandung banyak Nitrogen, seperti pupuk urea, serta menurunkan risiko penyakit ataupun infeksi pada masa pertumbuhannya. Dengan berkurangnya kebutuhan penggunaan pupuk kimia, maka akan menurunkan pencemaran pada lahan pertanian maupun perairan. Dengan demikian, risiko kerusakan lahan akibat penggunaan pupuk menjadi menurun.

Capsi-Nitroseed, benih cabai yang diperkaya nitrogen menawarkan solusi melalui: 
-    budaya menanam cabai sendiri pada lahan sempit oleh rumah tangga
-    bibit cabai yang lebih cepat tumbuh dan lebih cepat dapat dipindah tanam,
-    bibit cabai diperkaya nitrogen yang dapat mereduksi kebutuhan pupuk kimia pada saat proses persemaian
 

Sejarah inovasi dan pengembangan produk:

  • pada tahun 2014 mempelajari tentang teknologi plasma dan penerapannya di Center for Plasma Research (CPR), FSM, Undip Semarang.
  • Pada tahun 2015 mempelajari tentang reactor plasma korona di CPR Undip.
  • Pada tahun 2016 mengambil Tesis dengan tema reactor plasma untuk perlakuan pada kain tekstil, di Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung.
  • Pada akhir tahun 2019 membuat reactor plasma lucutan pijar untuk pribadi.
  • Januari 2020 Melakukan perlakuan pada cabai,
  • Januari 2020 Uji Kadar Nitrogen pada cabai yang diperlakukan,
  • Januari 2020 Uji tanam cabai yang diperlakukan
  • Februari 2020 Uji Tunda 1 bulan Kadar Nitrogen pada cabai yang diperlakukan
  • Maret 2020 merancang produk Capsi-Nitroseed.
  • Maret 2020 Uji coba produksi Capsi-Nitroseed
  • April 2020 Refine Produk Capsi-Nitroseed
  • September 2020 Uji coba marketing online produk Capsi-Nitroseed.
  • Februari 2021 Ujicoba pembenihan di Sanggar Iptek Masyarakat, Bappeda Jepara.
  • April 2021 Mendapatkan izin usaha NIB.

Pembaruan yang ditawarkan

Saat ini sangat banyak bibit cabai komersial di pasaran dan sebagian diklaim sebagai bibit unggul. Proses persiapan bibit cabai yang ditujukan untuk memiliki suatu kelebihan tertentu umumnya dilakukan dengan rekayasa genetika. Selain itu, beberapa penelitian yang dilakukan oleh para peneliti mempersiapkan benih varietas unggul menggunakan radiasi gamma. Namun, Selama masa persemaian maupun penanaman cabai masih dibutuhkan pupuk. Urea ialah pupuk tunggal yang mengandung N tinggi yaitu sekitar 45-46%. Sifat urea yang cepat terlarut menjadikannya cepat tersedia bagi tanaman. Namun, sifatnya ini pula yang dapat merugikan. Jika urea diaplikasikan di permukaan dan tidak dimasukkan dalam tanah, kehilangan N ke udara bisa mencapai 40% dari N yang telah diaplikasikan. Pupuk urea yang mengandung sekitar dibutuhkan saat masa persemaian tanaman cabai.

Capsi-Nitroseed merupakan benih cabai yang diproses dengan teknologi modern alami dan ramah lingkungan. Teknologi yang digunakan adalah teknologi penyisipan ion N+ pada benih tanaman, dalam rangka memperkaya benih dengan kandungan nitrogen. Pengayaan Nitrogen pada benih NitroSeed ini bertujuan mempercepat tumbuh tanaman serta memberikan fungsi-fungsi menguntungkan lainnya yang dibawa oleh Nitrogen.

Benih Capsi-NitroSeed sudah mengandung Nitrogen dan peroksida alami sehingga dapat menurunkan kebutuhan penggunaan pupuk kimia/anorganik yang mengandung banyak Nitrogen, seperti pupuk urea, serta menurunkan risiko penyakit ataupun infeksi pada masa pertumbuhannya. Dengan berkurangnya kebutuhan penggunaan pupuk kimia, maka akan menurunkan pencemaran pada lahan pertanian maupun perairan. Dengan demikian, risiko kerusakan lahan akibat penggunaan pupuk menjadi menurun.

Benih cabai Capsi-Nitroseed memiliki keunggulan yaitu:

  • dipersiapkan dengan cara yang relatif lebih mudah, murah, dan lebih cepat,
  • lebih banyak  mengandung nitrogen,
  • percepatan sprout atau perkecambahan,
  • percepatan pertumbuhan akar selama persemaian,
  • percepatan pemanjangan batang selama persemaian

Nama : ade ika susan
Alamat : Desa Kawak, Rt.20, Rw.03, Kec. Pakis Aji, Kab. Jepara - Jawa Tengah 59452
No. Telepon : 082135589259