INOVASI MINUMAN PROBIOTIK AVERRHOA BILIMBI L.

Averrhoa Bilimbi l., yang merupakan nama latin dari buah Belimbing Wuluh, merupakan salah satu sumber daya lokal yang sangat melimpah namun belum termanfaatkan secara optimal. Hal ini menjadikan para pemilik pohon buah Belimbing Wuluh belum mendapatkan manfaat secara ekonomi yang memadai dari tanaman tersebut. Inovasi produk berupa minuman probiotik, yang memanfaatkan buah ini sebagai bahan baku utama, akan mampu memberikan multiplier effects berupa meningkatnya nilai ekonomi buah ini bagi para pemilik atau petani Belimbing Wuluh.

Pembuatan minuman probiotik berbahan baku buah Belimbing Wuluh bertujuan untuk menciptakan minuman herbal berasa unik dan enak yang sangat kaya akan manfaat bagi kesehatan. Buah belimbing wuluh yang memiliki kandungan zat-zat kimia seperti kalium oksalat, tanin, pektin, flavonoid, asam galat dan asam ferulat, dapat bermanfaat untuk pengobatan beberapa penyakit seperti batuk, penyakit cardiovascular seperti hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia dan dyslipidemia.

Konsep zero waste production yang diaplikasikan dalam pengembangannya menjadikan home industry ini sebagai salah satu environmental friendly industry atau green economy. Konsep seperti ini sangat cocok untuk pengembangan home industry di wilayah perkotaan.

Pengembangan home industry pangan olahan fungsional berbasis bahan baku lokal ini cukup potensial mengingat pasar untuk produk probiotik seperti ini sangat terbuka luas. Dengan semakin banyaknya rumah tangga yang menekuni usaha pembuataan minuman probiotik seperti ini, maka dapat dipastikan akan semakin banyak tenaga kerja yang terserap di sektor informal ini. Dengan demikian maka tema yang diangkat dalam HUT Kemerdekaan RI ke-77 yang menyatakan “PULIH LEBIH CEPAT, BANGKIT LEBIH KUAT” akan dapat segera terwujud.

Kata kunci:

home industry, probiotik, zero waste production, pasca-pandemi

Dampak ekonomi sebagai akibat dari adanya wabah pandemi Covid-19 yang menyebar di Indonesia sejak awal Maret 2020 lalu masih sangat terasa di masyarakat, khususnya masyarakat kecil. Banyaknya perusahaan besar yang berguguran berdampak langsung pada tingginya gelombang PHK. Akibatnya sudah bisa diduga, yaitu makin banyak rakyat kecil rentan miskin makin terpuruk ke dalam kemiskinan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Smeru Research Institute pada tahun 2020 menunjukkan bahwa akibat dari adanya Covid-19, tingkat kemiskinan di Indonesia akan meningkat menjadi 12,4%. Hal ini secara implisit menyiratkan bahwa 8,5 juta orang akan menjadi miskin akibat adanya Covid-19 (Suryahadi, dkk., 2020).

Terpuruknya banyak perusahaan besar akibat dari adanya Covid-19 ternnyata tidak berbanding lurus dengan apa yang terjadi pada usaha di sektor UMKM. Sektor UMKM dinilai sebagai sektor yang paling adaptif dan mampu pulih lebih cepat dibandingkan dengan sektor usaha lainya. Hal ini didukung hasil riset BRI yang dilakukan sejak bulan Maret 2021 – September 2021 di mana hanya 20% UMKM yang menyatakan usahanya pernah tutup. Kondisi seperti ini sangat jauh berbeda dengan awal pandemi yang diperkirakan mencapai 50% UMKM tutup (Avisena, 2022).

Bangkit dan pulihnya usaha di sektor UMKM di masa pandemi ikut membantu pemulihan ekonomi secara nasional. Hal ini tidak mengherankan mengingat UMKM mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian nasional. Menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM) tahun 2018, jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia. Daya serap tenaga kerja UMKM adalah sebanyak 117 juta pekerja atau 97% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha. Sementara itu kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional (PDB) sebesar 61,1%, dan sisanya yaitu 38,9% disumbangkan oleh pelaku usaha besar yang jumlahnya hanya sebesar 5.550 atau 0,01% dari jumlah pelaku usaha (Sasongko, 2020).

Tingginya kemampuan beradaptasi sektor usaha UMKM di masa pandemi Covid-19 tidak terlepas dari dukungan pemerintah maupun kreativitas para pelaku usaha UMKM dalam menyiasati keadaan. Dukungan pemerintah baik melalui bantuan kemudahan permodalan maupun berbagai fasilitasi didukung dengan kreativitas para pelaku UMKM saling bersinergi sehingga UMKM mampu bertahan selama menghadapi kontraksi ekonomi sebagai akibat dari Covid-19.

Salah satu karakteristik usaha sektor UMKM yang mendukung kemampuan beradaptasi dalam menghadapi kesulitan ekonomi adalah adanya fleksibilitas. Usaha sektor UMKM sangat fleksibel untuk mengubah usaha mereka agar mampu bertahan di masa-masa sulit. Hal ini tentu berbeda dengan usaha besar yang tidak mudah untuk mengubah usaha dengan cepat untuk menyesuaikan dengan keadaan. 

Fleksibilitas usaha sektor UMKM tentu saja harus didukung dengan kreativitas untuk memunculkan gagasan usaha baru dan keberanian untuk melaksanakan gagasan tersebut. Kreativitas untuk memunculkan gagasan usaha baru tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan memperluas pengetahuan, berpikiran terbuka, berani mengambil resiko, bergerak cepat mewujudkan gagasan tersebut, dan masih banyak lagi lainnya.

Salah satu contoh bentuk kreativitas memunculkan usaha baru ini adalah apa yang hendak penulis kemukakan berikut ini. Penulis, dalam hal ini, hendak mengemukakan gagasan usaha baru berupa “Inovasi Minuman Probiotik Averrhoa Bilimbi l.”  

Gagasan ini muncul dari pengalaman pribadi yang dialami penulis ketika menghadapi kesulitan ekonomi di masa pandemi Covid-19 lalu. Ada pepatah mengatakan “Every business has its own story.” Demikian pula dengan gagasan usaha baru yang hendak penulis kemukakan mengenai usaha yang sedang penulis rintis ini.

Home Industry Pembuatan Produk Minuman Probiotik yang sedang penulis rintis dikemas menggunakan brand ‘happybee.’ Penggunaan merk ‘happybee’ tidak terlepas dari keberadaan sarang lebah yang cukup besar yang menempel di rumah orang tua. Adapun nama ‘pabrik’ atau production house yang penulis gunakan adalah menggunakan nama rumah orang tua penulis, yaitu Omah Mbah Djarwo. Pak Djarwo, adalah nama orang tua dari istri penulis, sehingga dengan menggunakan bahasa panggilan yang digunakan para tetangga penulis menggunakan nama’Omah Mbah Djarwo’ sebagai nama untuk rumah produksi usaha yang sedang penulis kembangkan.

Kisah tentang usaha ini diawali dari sakitnya istri penulis sejak bulan Mei tahun 2019 di mana istri divonis terkena TBC dan harus menjalani pengobatan yang cukup lama di RS Kasih Ibu. Mengingat kondisi istri, di saat bersamaan, juga terindikasi mengalami diabetes (kadar glokusa mencapai H 261), maka istri harus mengkonsumsi obat untuk penyembuhan TBC selama 8 bulan dan obat diabetes secara bersamaan.

Komplikasi penyakit paru-paru dan diabetes yang diderita istri pada sejak pertengahan tahun 2019, mengharuskan dia untuk menjalani masa pengobatan panjang. Pengobatan tersebut berefek pada adanya pembekuan darah di kedua kaki yang membuat tidak bisa berjalan, bahkan untuk sekedar bangun dari tempat tidur pun harus dibantu. Untuk mengatasi kondisi ini, istri harus menjalani terapi syaraf hingga terapi FASHDU dengan menyedot darah yang dilakukan sampai 17 kali penyedotan.

Allah SWT rupanya masih memberi cobaan dengan membesarnya Kista yang dulunya hanya berdiameter 1,5 cm, ternyata berdasarkan hasil USG sudah membesar hingga menjadi sekitar 7.5 cm. Kondisi ini mengharuskan istri harus menjalani operasi pengangkatan yang sedianya akan dilakukan setelah selesai pengobatan TBC yaitu setelah bulan Februari 2020. Namun rupanya  Allah masih belum berkenan mengizinkan istri untuk menjalani operasi, karena kebetulan di pertengahan Maret 2020 merebak pandemi Covid-19 sehingga operasi pengangkatan kista istri menjadi tertunda. Sejak itu istri penulis praktis tidak menjalani pengobatan.

Sekitar pertengahan bulan Mei 2021, istri bersama beberapa teman bersilaturahmi mengunjungi teman SMA-nya ke Magelang. Di Magelang tersebut, istri penulis belajar tentang pembuatan probiotik dari bahan buah-buahan segar. Menurut informasi dari teman tersebut, dikatakan bahwa probiotik dari buah-buahan sangat bermanfaat untuk kesehatan.

Didorong keinginan untuk sembuh dari penyakitnya, istri penulis mulai praktik membuat minuman probiotik berbahan buah. Mengingat kondisi keuangan kami yang sedang sulit di saat itu, maka bahan buah yang digunakan istri untuk membuat probiotik tersebut adalah buah belimbing wuluh yang kebetulan tumbuh di taman kampung di dekat rumah. Pertimbangan saat itu semata-mata didasari alasan bahwa buah belimbing wuluh dapat kami peroleh secara cuma-cuma tanpa harus membeli karena tinggal memetik di taman kampung.

Pada mulanya penulis belum tertarik untuk ikut campur dalam pembuatan produk probiotik ini. Bahkan ketika istri mengalami pendarahan hebat saat haid bulanannya datang tepat sekitar 2 minggu setelah dia mengkonsumsi minuman probiotik yang dia buat, penulis mencoba memintanya untuk menghentikan dari mengkonsumsi probiotik tersebut. Istri tetap mengkonsumsi probiotik tersebut setelah dia bertanya tentang ihwal pendarahan tersebut kepada mentornya yang dikatakan sebagai reaksi wajar akibat sedang detoksifikasi. Istri penulis mengalami pendarahan hebat saat haid selama sekitar 3 minggu hingga Hb drop sampai menyentuh angka 5 (hasil pemeriksaan di RS Panti Waluyo SKA.).

Alhamdulillah, paska pendarahan hebat tersebut kondisi kesehatan istri mulai berangsur membaik. Paska pendarahan hebat yang terjadi selama sekitar 3 (tiga) minggu, istri penulis sudah tidak merasakan sakit di bagian perut sekitar lokasi myom nya. Padahal sebelum mengkonsumsi minuman probiotik tersebut, istri selalu merasa sakit setiap kali berjalan atau setiap merasa kacapaian. Sebelum pendarahan, istri belum bisa berjalan jauh. Pergi belanja ke pasar yang jaraknya dari rumah hanya sekitar 100 meter pun istri tidak berani, sehingga penulis lah yang setiap pagi harus belanja ke pasar.

Para tetangga pun banyak yang terheran-heran dengan kondisi perubahan kesehatan yang terjadi pada istri penulis. Bahkan saat sejak itu banyak tetangga yang ingin mencoba mengkonsumsi probiotik tersebut dan banyak yang ikut merasakan manfaatnya bagi kesehatan mereka. Inilah yang menjadi titik balik di mana penulis mulai tertarik untuk belajar tentang probiotik.

Terdorong rasa penasaran tentang khasiat probiotik berbahan buah Belimbing Wuluh, penulis mencoba mencari informasi dari internet. Hasil pencarian menuntun penulis ke sebuah jurnal penelitian tahun 2008 yang ditulis oleh Arina Tri Lunggani dari Jurusan MIPA Universitas Diponegoro. Dari hasil penelitian tersebut penulis memperoleh informasi bahwa buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi l.) memang dapat dan aman untuk digunakan sebagai bahan pembuatan minuman probiotik.

Hasil penelusuran literatur tentang manfaat tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi l.) diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Saraswati, A. R., dan Endang Setyaningsih (2018). Hasil penelitian yang dilakukan kedua peneliti tersebut menyimpulkan bahwa buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) memiliki kandungan kimia seperti tanin, flavonoid, asam ferulat, saponin, terpenoid, pectin, kalium oksalat, asam galat dan vitamin c. Aktivitas farmakologi nya sebagai immunomodulator, antikarsinogenik, antiinflamasi, antivirus, antimikroba, antiprotozoa, hipoglikemik, hipokolesterolemik, dan antioksidan. Penyakit yang dapat diobati dengan menggunakan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) yaitu batuk dan penyakit pada sistem cardiovascular seperti hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia dan dislipidemia.

Dari pengalaman ini, penulis dan istri mulai mencetuskan gagasan untuk mencoba memanfaatkan buah Belimbing Wuluh yang diambil dari taman kampung untuk membuat usaha kecil-kecilan. Produk minuman probiotik berbahan baku buah Belimbing Wuluh ternyata menjadi varian produk favorit di antara jenis minuman probiotik berbahan baku buah lain. Hal ini diindikasikan dengan terus meningkatnya penjualan. Penulis pertama kali menjual produk di bulan September 2021 dengan harga Rp.20.000 per botol kemasan 100 ml. Bulan pertama hanya dapat menjual sekitar 15 botol atau Rp. 300.000. Seiring waktu penjualan semakin meningkat hingga rata-rata per bulan mencapai sekitar Rp. 3.000.000 hingga Rp. 4.000.000.  Musibah yang dialami istri penulis atas sakitnya yang berkepanjangan dapat membawa berkah berupa terciptanya usaha baru. Inilah yang penulis sebut dengan istilah sebagai Blessing in Disguise.   

Berdasarkan pengalaman nyata yang dialami penulis, buah Belimbing Wuluh yang saat ini dianggap belum mempunyai nilai ekonomi ternyata bila diolah dengan baik akan dapat meningkatkan nilai ekonomi buah tersebut.  Buah Belimbing Wuluh dapat dikatakan banyak didapati di berbagai daerah di Indonesia. Buah ini berbuah tanpa mengenal musim dengan hasil melimpah. Meskipun demikian belum banyak orang yang memanfaatkan buah ini selain untuk dijadikan tambahan dalam masakan.

Manfaat buah Belimbing Wuluh yang sangat baik untuk kesehatan dikombinasikan dengan manfaat dari probiotik itu sendiri akan memberikan manfaat ganda bagi kesehatan. Dengan demikian, maka pembuatan produk minuman probiotik yang berbahan baku dari buah Belimbing Wuluh ini mampu merubah nilai ekonomi buah ini menjadi semakin tinggi.

Keunggulan lain dari pembuatan produk minuman probiotik dari buah Belimbing Wuluh (averrhoa bilimbi l.) ini adalah adanya konsep zero waste production yang dapat diaplikasikan sehingga sangat cocok untuk pengembangan home industry di wilayah perkotaan. Konsep zero waste production dalam proses produksi dilakukan dengan cara memanfaatkan limbah produksi untuk diproses menjadi produk eco-enzyme yang sangat bermanfaat untuk membantu menjaga kelestarian lingkungan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka cukup beralasan bahwa pembuatan produk minuman probiotik dengan bahan baku buah Belimbing Wuluh dapat dijadikan sebagai alternatif pengembangan home industry di Indonesia. Dengan pengembangan yang serius maka akan semakin banyak tumbuh home industry yang bergerak dalam produksi ini. Hal ini secara langsung akan semakin banyak menyerap tenaga kerja di sektor informal. Dengan demikian maka tema yang diangkat dalam HUT Kemerdekaan RI ke-77 yang menyatakan “PULIH LEBIH CEPAT, BANGKIT LEBIH KUAT” akan dapat segera terwujud.

1. Penggunaan bahan baku yang murah menjadikan biaya produksi sangat renda.

2. Manfaat buah belimbing wuluh bagi kesehatan sangat besar namun karena rasanya yang sangat asam menjadikan orang kurang menyukainya. Dengan inovasi ini mampu memunculkan rasa yang enak dan unik sehingga disukai semua kalangan.

3. Manfaat dari buah bahan baku ditambah dengan manfaat dari probiotik menjadikan inovasi ini sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Manfaat tersebut antara lain meliputi: a. Manfaat buah belimbing wuluh: dapat mengatasi batuk dan penyakit pada sistem cardiovascular seperti hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia dan dislipidemia; b) Manfaat probiotik: meningkatkan sistem imun tubuh, melancarkan pencernaan makanan, menstabilkan gula darah, dan anti virus.

3. Teknologi yang digunakan sangat sederhana sehingga dapat diaplikasikan oleh siapa saja.

4. Proses produksi menerapkan Konsep Zero Waste Production serta menghasilkan produk turunan berupa Pupuk Organik Cair, sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan. 

5. Produk ini memanfaatkan bahan baku buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi l.) yang saat ini belum dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat memunculkan multiplier effects berupa meningkatnya nilai ekonomi buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi l.) bagi para pemilik pohon ini.

Nama : IWAN PRIAMBODO
Alamat : TUNGGULSARI RT. 06/ RW. 16 KELURAHAN PAJANG, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA SURAKARTA
No. Telepon : 081358536066