Sabun Cuci Tangan dari Minyak Jelantah

Sabun Cuci Tangan dari Minyak Jelantah, Zaki Hilmi Alhawariyin dan desti Adianti, SMAN 1 Bawang bimbingan Ibu Tyas Estiningsih, S.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi limbah minyak jelantah di masyarakat dengan cara mengolahnya menjadi sabun cuci tangan cair guna mendukung salah satu penerapan 5M, yaitu mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir. Pembuatan sabun cuci tangan cair ini dilakukan dengan alat, bahan, maupun metode pembuatan yang mudah untuk dilakukan. Minyak goreng merupakan salah satu bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Baik sebagai media penggorengan dan untuk memasak makanan sehari-hari. Setelah digunakan berulang-ulang selanjutnya minyak goreng tersebut menjadi minyak goreng bekas. Sebenarnya minyak goreng bekas tersebut masih dapat dimanfaatkan kembali setelah dilakukan proses pemurnian ulang (reprosesing), namun karena keamanan pangan mengkonsumsi minyak goreng hasil reprosesing masih menjadi perdebatan sengit akibat adanya dugaan senyawa akrolein yang bisa menyebabkan keracunan bagi manusia. Minyak yang telah habis dipakai dan tidak bisa digunakan tersebut pada akhirnya akan dibuang. Minyak jelantah yang dibuang secara sembarangan dan tidak diuraikan terlebih dahulu akan menyebabkan minyak tersebut menjadi limbah. Sebagian besar pengguna minyak goreng kerap kali langsung membuang minyak jelantah ke tempat-tempat pembuangan seperti selokan ataupun tanah. Kondisi yang terus-menerus seperti ini akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan berpotensi merusak kehidupan beberapa komunitas makhluk hidup di sungai, aliran akhir dari selokan-selokan dan merusak komponen kandungan tanah. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian yang tepat agar limbah minyak jelantah dapat bermanfaat dan tidak merugikan kesehatan serta lingkungan manusia. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan baku sabun cuci tangan. Dengan demikian minyak jelantah yang semula dianggap sebagai limbah dapat diubah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis.
 

Minyak goreng dapat digunakan hingga 3-4 kali penggorengan. Selama penggorengan, goreng akan mengalami pemanasan pada suhu tinggi yaitu sekitar 1700°C-18000°C dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi, hidrolisis, dan polimerisasi yang menghasilkan senyawasenyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid, dan polimer yang merugikan kesehatan manusia. Proses-proses tersebut menyebabkan minyak mengalami kerusakan. Kerusakan utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik, sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA), bilangan iodin (IV), timbulnya kekentalan minyak, terbentuknya busa, kotoran dari bumbu yang digunakan dan bahan yang digoreng (Ketaren, 1986). Suhu yang semakin tinggi dan pemanasan yang semakin lama dengan kadar asam lemak jenuh yang tinggi akan mengakibatkan peningkatkan kadar asam lemak jenuh dalam minyak. Minyak nabati lama-kelamaan akan meningkatkan kadar asam lemak jenuh dalam minyak. Minyak nabati dengan kadar asam lemak jenuh yang tinggi akan mengakibatkan makanan yang digoreng menjadi menjadi berbahaya bagi kesehatan, seperti deposit lemak yang tidak normal, kanker, kontrol yang tidak sempurna pada pusat syaraf (Djatmiko dan Widjaja, 1985; Ketaren, 1986). Survey yang dilakukan kepada penjual kantin di SMA Negeri 1 Bawang membuktikan bahwa minyak jelantah yang digunakan oleh penjual tidak dibuang, namun dipakai lagi dengan cara dicampur dengan minyak yang baru secara terusmenerus dengan total periode penggorengan sebanyak 4-5 kali. Minyak jelantah yang masih bagus, penjual tidak membuangnya namun digunakan lagi untuk hari selanjutnya. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, konsumsi minyak goreng berulang kali terutama oleh penjual kantin di sekolah diharapkan akan berkurang. Di sisi lain, minyak jelantah dapat dikumpulkan dan dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomis. Karena itu minyak jelantah dapat dimanfaatkan kembali, salah satunya menjadi produk berbasis minyak seperti sabun cuci tangan cair.
 

Sabun cuci tangan ini menggunakan bahan dasar limbah minyak (minyak jelantah) sehingga sabun ini ramah lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa minyak jelantah yang sudah tidak terpakai biasanya hanya dibuang saja ke lingkungan sehingga dapat mencemari lingkungan. Dengan adanya pemanfaatan minyak jelantah menjadi sabun cuci tangan tentunya dapat dijadikan sebagai solusi dalam penanganan limbah minyak melalui proses recycle. Sesuai dengan sifat alami sabun, maka sabun cuci tangan ini juga dapat mengangkat kotoran yang menempel pada tangan seperti lemak, minyak, dan lainya dengan lebih mudah dan cepat. Sabun ini juga dibuat menggunakan bahan-bahan alami dan tidak menggunakan campuran alkohol jadi lebih aman untuk di gunakan dalam jangka panjang dan bisa di gunakan untuk anak-anak. Keunggulan lainnya dari sabun ini antara lain: 1) Tidak membuat tangan kering setelah pemakainnya. 2) Sabun cuci tangan ini berbentuk cair sehingga lebih higienis saat di gunakan karena tidak tersentuh secara langsung oleh orang lain pada saat pemakainnya. 3) Saat memakai sabun ini tangan akan terasa lebih kesat dan juga wangi yang tidak menyengat. 4) Warna serta tampilan dari sabun yang menarik membuat kita lebih semangat untuk mencuci tangan menggunakan sabun.
 

Nama : Zaki Hilmi Alhawariyin
Alamat : Jl. Jlamprang, Jlamprang, Kec. Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah 51274
No. Telepon : 082215538247