B3AS (Biochar, Biobriket, Bioabsorben dan Asap Cair) Dari Limbah Biomasa Pantai Teluk Penyu Cilacap dan Limbah Biomasa Sekam Padi Untuk Mendukung Green Tourism Kabupaten Cilacap

Cilacap merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah dengan luas wilayah sekitar 6,2% dari total wilayahnya. Dengan luas wilayah yang cukup besar ini, menyebabkan kabupaten Cilacap memiliki berbagai potensi wisata. Salah satu potensi wisata di kabupaten Cilacap adalah Pantai Teluk Penyu. Pantai Teluk Penyu merupakan tempat objek rekreasi yang terdapat di daerah Cilacap. Keadaan pantai yang terletak di area teluk Samudera menyebabkan pantai ini memiliki gelombang laut yang besar. Karena adanya potensi gelombang laut yang besar dan letaknya di area teluk Samudra membuat pesisir Pantai Teluk Penyu selalu mendapatkan kiriman sampah dari laut. Sampah ini berupa potongan kayu, ranting, bambu, dan batok kelapa. Sampah - sampah ini selalu datang setiap harinya dan terus bertambah dengan seiring bertambahnya waktu. Selain objek wisata Pantai Teluk Penyu, Kabupaten Cilacap terkenal dengan lubung padinya. Berdasarkan data Dispertan Kabupaten Cilacap, Kapupaten Cilacap memperingkati peringkat 10 besar sebagai kabupaten yang memproduksi padi terbesar di Indonesia. Peningkatan produksi padi ini juga akan berdampak pada peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan berupa limbah biomasa sekam padi. Oleh karena itu perlu adanya solusi dan inovasi didalam menangani permasalahan biomasa sampah kiriman pantai teluk penyu dan limbah sekam padi. Inovasi yang ditawarkan berupa membuat ecogreen limbah dengan mengolahnya menjadi produk yang bernilai ekonomis yang tinggi yaitu B3AS (Biobriket, Biochar, Bioabsorben, dan Asap Cair). Pembuatan B3AS dilakukan dengan cara pirolisis pada suhu 400 oC selama 3 jam untuk sekam padi dan 5 jam untuk sampah kiriman pantai Teluk Penyu. Hasil yang didapatkan dari proses pirolisis ini berupa arang sampah kiriman pantai Teluk Penyu dan sekam padi serta asap hasil pembakaran. Untuk mendukung kebijakan Pemerinta Indonesia dan Dunia terhadap Low Carbon Economi, maka asap yang terbentuk dari proses pirolisis di cairkan dengan alat cyclone redestillation. Untuk penbuatan biochar, arang yang telah di dapatkan ditambahkan nutrisi EM4 dengan variasi 10%, 15% dan 20%. Analisis yang dilakukan berupa analisi kadar C-Organik didalam biochar. Pembuatan biobriket dilakukan dengan menghaluskan arang hingga ukuran 200 mesh dan ditambahkan perekat tepung tapioka dengan variasi 5, 10, 15 %w/v. Pencetakan dilakukan dengan variasi tekanan 20 dan 30 psi. Analisis kadar air menggunakan SNI 01-2891-1992, dan nilai kalor biobriket SNI 01-6235-2000. Pembuatn bioabsorben dilakukan dengan menghaluskan arang hingga 200 mesh dan diaktivasi dengan KOH dengan variasi kosentrasi 0,5 M; 1 M; dan 1,5 M. Proses aktivasi delakukan pada suhu 80 oC selama 1 jam. Analisis bioabsorben dilakuka dengan menganalisis kadar abu dan persen karbon. Hasil dari inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai jual dari sebuah sampah dan limbah yang dihasilkan dari lingkungan Kabupaten Cilacap, sehingga diharapkan Kabupaten Cilacap menjadi Green Tourism percontohan.

Sampah merupakan masalah utama disetiap daerah. Menurut data Pusat Statistik Jateng (2013), persentase komposisi jenis sampah terdiri dari sampah kertas 13,8%; kayu 0,21%; kain 0,15%; karet & kulit tiruan 0,05%; plastik 12,77; logam 0,19; gelas dan kaca 0,17; organik 71,3%; serta lain-lain 1,36%. Dari data ini dapat diketahui bahwa masalah sampah yang paling banyak dihasilkan adalah sampah organik. Sampah organik sendiri dibagi menadi dampah organik kering dan sampah organik basah. Sampah organik kering adalah sampah organik yang mempunyai kandungan air rendah contoh kayu atau ranting dan dedaunan kering. Sedangkan sampah organik basah adalah sampah yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi contohnya sampah sayuran (Musabbikhah et al, 2015).

 

Gambar 1. Kawasan Pantai Teluk Penyu Cilacap (sumber: Google Earth)

Pantai Teluk Penyu merupakan salah satu tempat objek rekreasi yang terdapat di daerah Cilacap. Pantai teluk penyu berjarak 2 km ke arah timur dari pusat pemerintahan kabupaten Cilacap dengan luas sekitar 14 ha. Pantai ini biasa dikunjungi oleh para wisatawan asing maupun lokal. Potensi tempat rekreasi ini haruslah dijaga kelestariannya dan kebersihannya. Keadaan pantai yang terletak di area teluk Samudera menyebabkan pantai ini memiliki gelombang laut yang besar. Karena adanya potensi gelombang laut yang besar dan letaknya di area teluk Samudra membuat pesisir Pantai Teluk Penyu selalu mendapatkan kiriman sampah dari laut. Sampah ini berupa potongan kayu, ranting, bambu, dan batok kelapa. Sampah – sampah ini selalu datang setiap harinya dan terus bertambah dengan seiring bertambahnya waktu. Potensi sampah pantai ini dapat dilihat pada Gambar 2.

 

Gambar 2. Kondisi Kelurahan Pantai Teluk Penyu.

Gambar 2 memperlihatkan kodisi sampah pantai yang terdapat di Teluk Penyu. Bila sampah pantai ini tidak diolah dengan baik, efektif dan efisien maka akan menimbulkan potensi sampah organik kering yang dapat mengurangi eksitensi pantai Teluk Penyu sebagai objek wisata kota Cilacap. Sampah organik ini akan menjadi biomasa limbah yang dapat mencemarkan lingkungan dan berdampak pada menurunnya nilai dari objek wisata pantai Teluk Penyu.

Biomasa merupakan sumber yang melimpah di Indonesia. Biomasa merupakan salah satu bahan baku yang dapat menghasilkan energi terbarukan yang ramah lingkungan (Nugroho et al., 2020). Biomasa dapat dikonversi menjadi sumber karbon yang bermanfaat untuk sumber energi atau sebagai karbon aktif untuk penjerapan (Mayasari & Sholeh, 2016; Solihudin et al., 2015). Salah satu biomasa selain sampah pantai teluk Penyu yang banyak di temukan sebagai limbah di Kabupaten Cilacap adalah sekam padi. Data dari Badan Pusat Statistika (2020), Indonesia memproduksi padi sebesar 55,16 juta ton GKG yang mana produksi ini meningkat sebesar 1,02 % dibandingkan pada tahun 2019 sebesar 54,6 juta ton GKG. Peningkatan produksi padi ini juga akan berdampak pada peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan berupa sekam padi. Sekam padi banyak menghasilkan banyak senyawa selusosa (37,5%), lignin (22,5%). Selain itu sekam padi juga banyak mengandung SiO2 (19,5%) dan hemiselulosa (17,5%) (Errahmah et al., 2016; Nurlia et al., 2020; Sismiyanti et al., 2018)

 

Gambar 3. Biomasa limbah sekam padi.

 

Solusi dan inovasi dibutuhkan didalam menyeleaikan permasalahan potensi biomasa sampah Pantai Teluk Penyu dan biomasa limbah sekam padi ini yang semakin bertambah pada setiap harinya. Salah satu solusi yang ditawarkan didalam mengolah biomasa sampah dan limbah sekam padi ini adalah mengolahnya menjadi berbagai produk berupa Biobriket, Biochar, Bioabsorben, dan Asam Cair (B3AS) dari biomasa sampah Kiriman Pantai Teluk Penyu dan limbah sekam padi.

Keunggulan yang di tawarkan dan perbedaan bila dibandingkan dengan penemuan sebelumnya yang sejenis yaitu pada penelitian-penelitian sebelumnya, (Achmadi et al., 2015; Fathussalam et al., 2019; Hamzah & Hapsari, 2017; Klistafani et al., 2020; Maulidyanto & Sari, 2017; MT et al., 2017; Murjaya et al., 2019; Musabbikhah et al., 2015; Puspa, 2014; Rahman et al., 2020; Ristianingsih et al., 2013; Suhariyanto, 2019), metode yang digunakan hanya berfokus pada satu jenis bahan baku. Penelitian ini berusaha menggunakan berbagai macam bahan baku yang didapatkan dari sampak kiriman pantai Teluk Penyu dan biomasa limbah sekam padi untuk digunakan sebagai bahan bahan baku pembuatan B3AS (Biochar, Biobriket, Bioabsorben, dan Asap Cair) dengan berbagai variasi variabel yang dijelaskan pada spesifikasi teknik.

Nama : Mochammad Imam Indra Gumirat
Alamat : Jalan Masjid No. 1006 RT.01/RW.01, Glempang, Maos, Cilacap
No. Telepon : 081911944599