Monopoli Jateng Gayeng

Abstrak

Dampak globalisasi dewasa ini semakin terasa di berbagai aspek kehidupan manusia. Mulai dari perdagangan, teknologi, Terjadi perubahan-perubahan yang signifikan dari berbagai aspek tersebut. Tak terkecuali budaya, globalisasi juga cukup dirasa di negara Indonesia. Mulai dari perubahan kebiasaan dan anak cenderung lebih menggemari budaya asing ketimbang budaya Indonesia. Budaya asing yang masuk beberapa tidak ter-filter dengan baik oleh masyarakat, sehingga dampak perubahan tersebut budaya asing semakin ‘mendarah daging’ dan mengikis budaya lokal Indonesia. Pengetahuan dan rasa cinta akan budaya lokal menjadi tersingkirkan oleh anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, perlu solusi agar anak mau dan memupuk kembali rasa cinta akan tanah air Indonesia khususnya budaya lokal daerahnya sendiri. Pengetahuan akan budaya atau yang dikenal dengan literasi budaya perlu terus dibudayakan di dalam masyarakat. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan memiliki ragam kebudayaan dan juga nilai historis yang tinggi di setiap wilayahnya. Salah satu usaha dalam melestarikan budaya di Provinsi Jawa Tengah adalah dengan melakukan pengenalan sejak dini aspek-aspek budaya kepada masyarakat khususnya generasi mudah agar terus mengetahui dan kemudian akan semakin mencintai budaya. Monopoli ini diberi nama Monopoli Jateng Gayeng karena mengusung tema budaya Jawa Tengah dan menggunakan komponen yang ‘njawani’. Monopoli ini diharapkan dapat dijadikan sarana belajar anak masa kini dan melatih pentingnya interaksi sosial serta memperkenalkan budaya lokal khususnya Jawa Tengah guna menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan pada Indonesia.

Latar Belakang

Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, pejalanan, budaya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain (Surahman, 2013). Globalisasi dapat menjadi peluang dan tantangan bagi sebuah negara, salah satunya di Indonesia (Salim & Sari, 2014). Tak terkecuali di Indonesia, arus globalisasi membuat pengetahuan, teknologi, perekonomian, hingga budaya mengalami perkembangan serta perubahan yang semakin pesat (Nahak, 2019). Proses globalisasi membuat batasan geografis suatu negara menjadi kabur sehingga proses globalisasi dapat mengancam eksistensi budaya suatu bangsa karena budaya lain dapat dengan mudah masuk dalam suatu kehidupan bangsa (Larasati, 2018). Di era ini, marak akan budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan ketertarikan masyarakat akan budaya asing. Budaya dari suatu negara, seperti di Indonesia dapat mengalami perubahan karena banyaknya budaya asing yang masuk dan beberapa tidak ter-filter dengan baik oleh masyarakat. Sehingga dampak perubahan tersebut budaya asing semakin ‘mendarah daging’ dan mengikis budaya lokal Indonesia. Selain dampak perubahan tersebut, kita juga perlu waspada akan kecenderungan anak-anak Indonesia yang cinta produk bahkan mengikuti budaya asing. Hal tersebut menimbulkan masalah kecemasan dimana semakin rendah rasa cinta anak akan budaya di daerahnya sendiri. Jangankan untuk melestarikan, keingintahuan anak mengenai potensi budaya lokal semakin langka seiring arus globalisasi di Indonesia. Dengan demikian, anak akan lebih mengenal budaya asing dan bangga akan jalan-jalan di negeri lain.

Akibatnya pengetahuan akan budaya Indonesia akan semakin berkurang dan semakin lama akan terlupakan apabila tidak terus berupaya dilestarikan. Budaya merupakan salah satu aspek penting yang tercantum dalam visi generasi Emas Indonesia 2045. Dimana diharapkan bahwa sumber daya masyarakat Indonesia yang semakin kompetitif, professional, mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan terdapat aspek penting yang dicanangakan adalah masyarakat Indonesia yang berbudaya. Budaya menjadi hal yang penting karena menandakan ciri khas dari suatu bangsa. Indonesia dengan terdiri dari berbagai macam suku dan budaya memiliki ciri khas tersendiri dan menjadi harta karun yang tidak akan pernah habis jika terus di lestarikan. Pengetahuan akan budaya atau yang dikenal dengan literasi budaya perlu terus dibudayakan di dalam masyarakat. Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa (Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin, 2017).

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan memiliki ragam kebudayaan dan juga nilai historis yang tinggi di setiap wilayahnya. Terdiri dari 29 Kabupaten dan 6 Kota, Provinsi Jawa Tengah memiliki beraneka ragam jenis budaya seperti pakaian adat, makanan tradisional, rumah adat, tarian tradisional, Bahasa, karya seni ukur, kriya dan banyak juga terdapat beberapa tempat yang mempunyai aspek historis yang kental dengan nilai budaya. Salah satu usaha dalam melestarikan budaya di Provinsi Jawa Tengah adalah dengan melakukan pengenalan sejak dini aspek-aspek budaya kepada masyarakat khususnya generasi mudah agar terus mengetahui dan kemudian akan semakin mencintai budaya. Dengan setidaknya mengenal terlebih dahulu maka rasa akan cinta budaya dapat ditumbuhkan, seperti perumpamaan tak kenal maka tak sayang, sehingga budaya perlu di kenalkan terlebih dahulu ke masyarakat agar kecintaan terhadap budaya bisa tercapai.

Proses pengenalan budaya khusus budaya di Provinsi Jawa Tengah dapat menggunakan media permainan yaitu monopoli. Permainan monopoli merupakan salah satu jenis permaian yang popular di mainkan oleh anak-anak bahkan sampai usia dewasa.

Permainan Monopoli ini diberi nama Monopoli Jateng Gayeng. Selain untuk memperkenalkan budaya Jawa Tengah, media monopoli Jateng Gayeng juga dapat menunjukkan wilayah territorial kabupaten/ kota dengan mencantumkan peta Jawa Tengah sebagai papan permainan monopoli. Monopoli Jateng Gayeng mengusung budaya lokal daerah-daerah dengan mencantumkan logo, slogan, semboyan, batik khas, makanan khas, sampai objek wisata andalan masing-masing kabupaten/ kota. Sehingga dengan permaianan Monopoli Jateng Gayeng nilai-nilai budaya yang terdiri dari berbagai aspek yang menjadi ciri khas setiap kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah dikenalkan dan menjadi aspek edukasi dan juga permainan yang menarik baik anak-anak maupun masyarakat secara umum. Mengedukasi budaya melalui permainan Monopoli Jateng Gayeng merupakan media promosi kebudayaan Jawa Tengah yang dapat menarik minat seseorang untuk terus belajar, mencintai dan kemudian melestarikan kebudayaan Jawa Tengah yang kaya akan nilai filosofis dan juga historis.

Monopoli Jateng Gayeng, diharapkan dapat dijadikan sarana belajar anak masa kini dan melatih pentingnya interaksi sosial serta memperkenalkan budaya lokal khususnya Jawa Tengah guna menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan pada Indonesia.

Keunggulan Inovasi

Media Jateng Gayeng memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

  1. Menjadi sarana pembelajaran yang menantang dan menarik, sehingga siswa lebih antusias untuk belajar dan berlatih soal.
  2. Sebagai sarana alternatif board game yang dapat dimodifikasi dan fleksibel digunakan untuk pembelajaran.
  3. Dapat dijadikan komodity yang ditampilkan pada pameran unjuk kreativitas.
  4. Menjadi sumber wawasan umum mengenai Jawa Tengah. Karena mengusung tema budaya Jawa Tengah, maka memungkinkan media untuk dimainkan oleh masyarakat umum maupun siswa untuk menambah wawasan umum mengenai budaya dan ciri khas yang ada di Jawa Tengah.
  5. Membantu usaha lokal, karena media menggunakan komponen-komponen yang dapat dibeli di wilayah sekitar (bahan baku lokal). Contohnya pion media, pion dari media Monopoli Jateng Gayeng berupa wayang yang dapat dibeli di kerajinan kulit sekitar.

Nama : Bella Ayu Permatasari
Alamat : Jl. Brigjen Sudiarto IV RT 002/006 No.9 Kelurahan Kalicacing, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga
No. Telepon : 0895605362722