“Rancang Bangun Smart Inkubator Pengering Ikan Asin Dilengkapi Fotokatalis ZnO Doped Al Berbasis IoT”

Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah lautnya mencapai 74% dari total luas wilayah keseluruhan. Hal tersebut menyebabkan Indonesia memiliki potensi sumber daya perikanan relatif besar. Sifat ikan yang mudah busuk seringkali menyebabkan kerugian. Selain itu, pada tahun 2017 terkonfirmasi sebanyak 2% komposisi sampah laut berupa logam berat sehingga ikan yang hidup di dalamnya juga ikut terkontaminasi. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu solusi berupa “Rancang Bangun Smart Inkubator Pengering Ikan Asin Dilengkapi Fotokatalis ZnO Doped Al Berbasis IoT”. Alat ini dirancang menggunakan heater, lampu UV, sensor DHT 11 serta ESP 8266 sebagai mikrokontroler. Penelitian ini menggunakan metode ADDIE yang terdiri dari lima tahapan yaitu : Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi. Smart inkubator diatur pada suhu 70oC untuk mengeringkan ikan. Fotokatalis ZnO doped Al pada penelitian ini berfungsi mengurangi kadar logam berat pada ikan. Fotokatalis ZnO doped Al disintesis dengan metode sol gel kemudian di spray pada plat kaca. Analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif. Hasil pengujian menggunakan spektrfometer UV Vis menunjukkan sampel ikan yang belum direduksi memiliki nilai r = 0,999 dan persamaanya (y = 0,0985x + 0,1807) serta sampel ikan yang telah direduksi memiliki nilai r = 0,990117 dan persamaanya (y = 0,139x + 0,1749). Berdasarkan persamaan tersebut, dapat diketahui rata – rata kadar Pb pada ikan yang belum direduksi yaitu 3,74 ppm dan yang telah direduksi yaitu 2,88 ppm. Hal tersebut menunjukkan bahwa fotokatalis ZnO doped Al mampu mereduksi logam berat timbal pada sampel ikan sebesar 0,855 ppm. Alat ini diharapkan mampu memberi solusi untuk mengeringkan dan mereduksi logam berat pada ikan asin secara efektif.

Kata Kunci : Pengering, Fotokatalis, ESP 8266, Internet of Things

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan total luas wilayah yang dimilikinya yaitu 7,81 km2. Indonesia memiliki 17.500 pulau yang terbentang dari sabang sampai merauke dengan sebagian besar wilayahnya berupa lautan. Pernyataan tersebut didukung dengan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (2020), yang menyatakan luas wilayah laut adalah 74% dari total luas wilayah Indonesia. Luasnya wilayah laut Indonesia menyebab kekayaan sumber daya perikanan yang dimilikinya relatif besar. Apabila potensi tersebut dikembangkan dengan maksimal, maka dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan. Faktanya, sektor sumber daya perikanan belum terlaksana secara maksimal. Salah satu yang menjadi kendala terletak pada pengolahan pasca panen. Ikan memiliki sifat yang mudah busuk sehingga berfluktuasinya hasil tangkapan ikan yang sulit diduga oleh nelayan menyebabkan banyak ikan yang tidak termanfaatkan dan membusuk saat terjadi lonjakan hasil tangkapan, yang berakibat merosotnya harga jual ikan di pasaran (Amir, 2016). Teknologi pengawetan ikan menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Produk hasil perikanan yang diawetkan dapat dipertahankan kondisinya dalam jangka waktu yang relatif lama. Proses pengawetan ikan secara tradisional biasanya dilakukan dengan pengeringan menggunakan energi panas matahari. Proses pengeringan dengan cara ini membutuhkan waktu yang lama dan terkendala cuaca yang terkadang tidak menentu, sehingga menghambat produktifitas masyarakat. Terlebih karena menggunakan metode tradisional menyebabkan kurangnya mutu higienitas ikan karena terkena paparan debu dan hama lalat yang menyentuh langsung fisik ikan tersebut (Santoso, 2020). Masalah lainnya dalam sektor sumber daya perikanan yaitu pencemaran perairan laut oleh logam berat yang mengakibatkan ikan yang hidup dalam perairan tersebut ikut tercemar dan tidak aman dikonsumsi karena dapat membahayakan kesehatan manusia (Fatimah, 2010). Berdasarkan permasalah di atas, diperlukan solusi berupa “Rancang Bangun Smart Inkubator Pengering Ikan Asin Dilengkapi Fotokatalis ZnO Doped Al Berbasis IoT”. Alat ini dirancang menggunakan sensor DHT-11, papan kayu, plat kaca, heater, modul relay serta NodeMCU ESP 8266 sebagai pengendali dari seluruh komponen. Alat ini juga dilengkapi fotokatalis ZnO doped Al yang berfungsi untuk mereduksi logam berat. ZnO dipilih karena memiliki kelebihan berupa reaktivitas permukaan yang tinggi, efesiensi fotokatalis yang besar serta mudah terdispersi dalam air dan berakhir sebagai Zn di lingkungan sehingga tidak berpotensi mengkontaminasi lingkungan (Sunandan et al, 2012). Pemilihan almunium (Al) sebagai doping ZnO dikarenakan dapat mereduksi ukuran partikel ZnO sehingga dapat meningkatkan aktifitas luas permukaan menjadi 4 lebih besar (Hanavi et al, 2019). Penelitian ini diharapkan mampu menjadi solusi dalam upaya memaksimalkan potensi perikanan dan kelautan, serta mampu menjamin mutu produk perikanan sehingga aman dikonsumsi.

Adapun keunggulan dari alat ini adalah 1. Mempercepat pengeringan ikan asin yang dilakukan oleh pengolah yang biasanya dilakukan secara manual 2. Mereduksi logam berat yang ada dalam kandungan ikan asin sehingga pengkonsumsi merasa aman 3. Membutuhkan tempat yang tidak luas sehingga dapat dilakukan dalam skala rumah

Nama : Ahmad Edi Darmawan
Alamat : Jl.Conge Ngembal Rejo, Bae Kudus
No. Telepon : +6289529166509