Coconut All In: Pemberdayaan Masyarakat Mantan TKW Berbasis go Green dan Berkelanjutan

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di Asia dan bahkan di dunia. Namun akhir-akhir ini, keberadaan minyak kelapa menjadi tergeser karena anggapan bahwa minyak yang dihasilkan dari kelapa merupakan minyak jenuh. Untung saja tren penggunaan minyak kelapa menjadi naik kembali dikarenakan adanya penemuan minyak kelapa murni yang tanpa pemasakan atau dikenal dengan sebutan Virgin Coconut Oil (VCO). Namun, banyak masyarakat di Kecamatan Susukan yang merupakan area penghasil kelapa malah belum mengerti cara pembuatan minyak VCO ini. Padahal, dari usaha minyak VCO ternyata ada banyak produk sampingan yang bisa dihasilkan seperti cocopeat, cocofiber, pestisida nabati, arang sekam,  Cooking Coconut Oil (CCO) atau minyak klentik dan nata de coco.

Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada komunitas mantan TKW ini adalah PkM ini menggunakan model evaluasi pemberdayaan dari Donald Kirk Patrick, yaitu model 4 level yang digunakan untuk mengukur sejauh mana pengaruh dari pemberdayaan terhadap seseorang atau dalam hal ini adalah subyek dampingan. Saat melakukan pendampingan tentunya tim pemberdayaan ingin mendapatkan hasil terbaik dan maksimal dari kegiatan tersebut. Berdasarkan teori ini, 4 tingkatan evaluasi program Kirk Patrick adalah reaksi; belajar; perilaku; dan hasil. Hal ini berarti bahwa keempat level tersebut selalu dievaluasi untuk mendapatkan yang terbaik dalam menjalankan sebuah program.

Hasil yang dicapai dari kegiatan industi keratif ini adalah: 1) terciptanya produk VCO  dan CCO, 2) diproduksinya aneka pupuk media tanam berbahan cocopeat,  3) diproduksinya berbagai kerajinan berbahan cocofiber 4) diproduksinya nata de coco, 6) dihasilkannya pestisida nabati dari hasil pembakaran arang sekam dengan bakar berbahan batok kelapa, 7) meningkatnya kesadaran sociopreneur atau peningkatan ekonomi yang dibarengi dengan pemberdayaan masyarakat, 8) munculnya kesadaran Go Green di kalangan masyarakat bahwa hidup kita sangat tergantung alam.

 

 

Latar Belakang

Perempuan Dusun Niten, Desa Kenteng, Kec. Susukan banyak yang bekerja menjadi tenaga kerja wanita atau TKW ke luar negeri. Sampai dengan Juli 2022 terdapat 41 perempuan mantan TKW dari total 135 rumah tangga di Dusun Niten atau mencapai 30,37 %. Perempuan yang menjadi TKW ini adalah perempuan usia produktif dan yang tidak menjadi TKW adalah perempuan usia lanjut saja. Beberapa negara negara yang menjadi tujuan dari para tenaga kerja wanita adalah Malaysia, Singapore, Taiwan, Hongkong, dan Saudi Arabia. Para perempuan rela meninggalkan keluarga dan anak-anaknya demi mendapatkan penghasilan yang besar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Dikarenakan penghasilan yang besar, maka setelah pulang dari luar negeri biasanya mereka ingin kembali lagi bekerja ke luar negeri lagi. Bahkan ada perempuan yang bekerja di Arab Saudi sampai dengan 20 tahun. Hal ini dapat terjadi karena perempuan kurang mendapatkan akses pekerjaan yang layak dan hasil yang besar di dalam negeri khususnya di desa mereka. Dengan modal yang tidak cukup besar, maka bekerja di luar negeri dengan menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) adalah pilihan terbaik untuk meningkatkan ekonomi keluarga mereka.

Namun tidak sedikit permasalahan yang tersisa dan yang ditimbulkan dari pengiriman TKW ke luar negeri ini. Banyak perempuan yang akhirnya meninggalkan suaminya karena selama bekerja di luar negeri mendapatkan kenalan laki-laki lain yang juga bekerja menjadi sopir di luar negeri. Ada juga yang tidak pulang dalam jangka waktu yang lama karena suka atau disukai oleh majikannya. Permasalahan lain yang mengganjal adalah tidak kreatifnya para perempuan mantan TKW ini sepulangnya dari luar negeri. Hal ini karena selama di luar negeri kebanyakan mereka hanya bekerja sebagai ART dan tidak punya tambahan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diterapkan di desa asalnya sepulang dari menjadi TKW.

Melihat kondisi ini UPPKS Harmonis tergerak untuk menciptakan sebuah lapangan kerja yang dapat meningkatkan ekonomi para perempuan mantan TKW agar mereka dapat kerasan untuk tinggal di desa demi membangun ekonomi desa. Lapangan kerja yang dibangun UPPKS Harmonis adalah sebuah usaha pembuatan minyak kelapa VCO dan juga pengolahan semua hasil dari pohon kelapa. Hal ini karena kelapa merupakan pohon yang mudah ditanam dan pengerjaannya juga dapat dilakukan dengan mudah dan murah tanpa menggunakan berbagai teknologi yang rumit dan menyulitkan para perempuan mantan TKW ini.

Virgin Coconut Oil (VCO) saat ini sedang menjadi tren untuk dikonsumsi karena manfaatnya yang banyak bagi tubuh manusia karena mengandung antibiotik dan anti bakteri. Bisnis VCO menjadi lahan menambah ekonomi yang cukup potensial bagi masyarakat. Prosesnya sederhana, tidak membutuhkan bahan bakar apapun dan penjualannya cukup bagus. Walaupun demikian, masyarakat yang berada di daerah penghasil kelapa termasuk msyarakat Dusun Niten dan para mantan TKI masih belum tahu bahwa ada peluang bisnis yang disebut membuat VCO ini. Padahal, di saat kelapa lagi di puncak musim panen, harga satu butir kelapa hanya dua ribu rupiah (Rp2.000,-) per butir kelapa.

Di Dusun Niten, setiap kepala keluarga rata-rata memiliki 4 – 10 pohon kelapa. Sebagian masyarakat akan memanen buah kelapa dalam kondisi tua dengan rata-rata panen sekitar 4 – 10 buah kelapa per minggu. Sebagian buah kelapa yang dihasilkan akan hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti campuran membuat makanan, diambil santannya dan sebagian lagi untuk dijual. Penghasilan yang didapat dari penjualan kelapa sangat tergantung dengan harga pasar. Jika permintaan menurun sedangkan stok banyak maka nilai jual kelapa rendah, sebaliknya jika kelapa sedikit namun permintaan banyak maka nilai jual kelapa meningkat. Ketidakpastian harga kelapa menyebabkan penghasilan masyarakat penghasil kelapa juga menjadi tidak menentu.

Berdasarkan pada kondisi ini tim kreatif dari UPPKS Harmonis bekerjasama dengan tim pengabdian masyarakat dari STAB Syailendra dan Universitas Slamet Riyadi Solo menawarkan kegiatan pelatihan kepada para mantan TKW di Dusun Niten. Hal ini disambut baik oleh pemerintah pemerintah Dusun. Melalui UPPKS Harmonis, dalam kurun waktu 1 tahun telah melahirkan beberapa produk yang  dapat meningkatkan taraf ekonomi keluarga di Dusun Niten. Awalnya ibu-ibu hanya diberikan pelatihan berupa pembuatan VCO. Namun, pada akhirnya melihat limbah dari usaha VCO ini, maka muncul ide kreatif lain yaitu pembuatan cocopeat dari batok kelapa, cocofiber dari sabut kelapa, nata de coco dari air kelapa, pestisida nabati dan arang sekam dengan batok kelapa.

Keunggulan Inovasi

  1. Keunggulan inovasi ini adalah mampu memberikan usaha alternatif bagi para perempuan mantan TKW agar tetap mau berada di desa
  2. Memberikan gambaran usaha pengolahan sumber daya alam yang ada di sekitar masyarakat dari hulu sampai ke hilir
  3. Pemberdayaan ini bukan hanya mengolah tetapi juga menggerakkan usaha Penanaman kembali pohon kelapa
  4. Kegiatan pemberdayaan ini telah menghasilkan produk yang memiliki sertifikat pirt dan juga sertifikat halal
  5. UPPKS Harmonis juga menjadi juara 1 lomba UPPKS tingkat kabupaten Semarang tahun 2021

Nama : Kustiani, Ph.D
Alamat : Dusun Niten, RT 15/ RW 4, Desa Kenteng, Kec. Susukan, Kab. Semarang
No. Telepon : 087724832823