SI FICTOR STICK (MODERNISASI GALAH TRADISIONAL MENGGUNAKAN ARTIFICIAL SENSOR SEPERTI HEWAN KALONG BUAH (Pteropus Sp.))

Data Badan Pusat Statistik pada tahun 2021 menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 22 jenis buah-buahan asli Indonesia yang banyak dikembangkan oleh masyarakat karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan manfaat yang banyak. Diantara jenis buah tersebut seperti: mangga, apel, alpukat, belimbing dan jambu memiliki ukuran pohon yang cukup tinggi sehingga seringkali masyarakat mengalami kesulitan untuk memanen. Proses pemanenan buah di masyarakat Indonesia masih banyak menggunakan cara tradisional dengan menggunakan galah. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan alat inovasi berupa galah modern dengan menambahkan artificial sensor seperti hewan kalong buah yaitu dapat mendeteksi kematangan buah melalui sensor buatan yang disebut sebagai Si Fictor (Smart Fruit Ripeness Detector) Stick. Sensor artificial pada alat inovasi ini dikembangkan dengan menggunakan mikrokontroler arduino nano dengan desain alat yang didesain ringan serta mudah untuk dibawa. Hasil pengujian menggunakan 3 jenis buah yang berbeda menunjukkan bahwa nilai akurasi Si Fictor dalam mendeteksi tingkat kematangan buah adalah sebesar 82%. 1 pcs si Fictor dapat dijual dengan harga Rp. 399.000 sehingga dapat diperoleh keuntungan sebesar Rp. 33.000.

Kata kunci: galah modern, sensor artificial, Si Fictor, kematangan buah.

Indonesia adalah salah satu Negara tropis yang memiliki tingkat biodiversitas tertinggi di dunia. Data Badan Pusat Statistik (2019) menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 22 jenis buah-buahan asli Indonesia yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena memiliki nilai jualtinggidiantaranya: alpukat, mangga, belimbing, jambu, durian, duku, nangkadll. Diantara jenis buah-buahan tersebut berbentuk pohon berukuran tinggi yang sering ditanam di pekarangan rumah masyarakat. Berbagai manfaat yang diperoleh ketika membudidayakan tanaman buah di pekarangan rumah yaitu sebagai peneduh, sebagai sumber vitamin keluarga dan dapat pula dijual untuk memperoleh keuntungan. Proses pemanenan buah di pekarangan rumah umumnya dilakukan dengan cara sangat sederhana baik secara manual (dipetik dengan tangan langsung) atau menggunakan galah.

Galah dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sebuah tongkat yang panjang (biasanya dari bambu atau kayu dan sebagainya untuk menjolok buah-buahan yang berada diatas pohon). Galah membantu proses pemanenan buah pada pohon yang tinggi atau tidak dapat dijangkau oleh tangan manusia. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman pribadi inovator, penggunaan galah untuk memetik buah biasanya memilikibanyakkendala diantaranya: material galah yang berat, tidak mudah dipindah tempatkan, penggunaannya harusselalumendongakkeataspohon, sertabuah yang dipanen menggunakan galah memiliki kualitas yang buruk karena mungkin terjatuh ke tanah atau belum benar-benar siap untuk dipanen. Pada skala panen yang lebih besar, hasil panen dengan menggunakan galah ini mungkin dapat menyebabkan kerugian bagi petani buah.

Buruknya kualitas hasil panen buah menggunakan galah seharusnya dapat diantisipasi dengan melakukan identifikasi fisik buah sebelum dipanen sehingga petani dapat dapat memanen buah yang benar-benarberkualitas. Namun, proses identifikasi buah secara manual ini tentu sangat sulit dilakukan karena petani belum tentu bisa menentukan apakah buah yang adadiataspohontersebutsudah siap dipanen atau tidak. Identifikasi tingkat kematangan buah secara alami dapat dilakukan dengan baik oleh jenis hewan tertentu seperti kelelawar pemakan buah (Pteropus Sp).

Kalkoo et.al. (2005) menyebutkan bahwa kelelawar menggunakan indra penciuman untuk mengidentifikasi buah yang matang sebagai sumber makanannya. Lokasi buah yang matang tersebut kemudian diidentifikasi dengan menggunakan kemampuan ekolokasi kelelawar. Manusia tidak memiliki kemampuan mengenali buah yang masak seperti kelelawar namun dengan pengembangan teknologi kemampuan ini mungkin dapat dikembangkan.

Inovasi ini bertujuan untuk membuat alat pemanen buah modern seperti galah yang memanfaatkan artificial sensor yang dimiliki olehhewan kelelawar buah. Alat ini selanjutnya dinamakan dengan Si Fictor (Smart Fruit Ripeness Detector) stick. Dengan pengembangan alat ini, diharapkan masyarakat dapat mengidentifikasi kematangan buah diatas pohon dan memetiknya dengan mudah.

Berdasarkan hasil review dan analisis produk diketahui bahwa Si Fictor memiliki beberapa keunggulan yaitu:

  1. Didesain dengan material besi yang kuat tapi ringan sehingga mudah dibawa;
  2. Dilengkapi dengan mikrokontroler dan sensor aroma yang dapat membantu mendeteksi kematangan buah diatas pohon;
  3. Dilengkapi dengan kompartemen buah dari material plastik yang mencegah buah jatuh saat dipetik;
  4. Dilengkapi dengan besi penyangga yang dapat diatur ukuran panjang/tingginya;
  5. Dilengkapi dengan sumber daya dengan kapasitas sebesar 5000 mah
  6. Memiliki harga lebih kompetitif dibandingkan dengan alat serupa di pasaran.

Nama : BETTY SHINTA INDRIANI
Alamat : Desa Banjarsari RT 005/002, Kecamatan Gabus, Kab. Pati
No. Telepon : 082137604187