POCI LIMPU sebagai Alternatif Sumber Pencahayaan Hybrid dengan Memanfaatkan Panas Buangan Lilin

Tujuan dari inovasi produk "Poci Limpu", yaitu untuk membuat produk "Poci Limpu" yang memanfaatkan panas buangan dari lilin untuk menyalakan LED sehingga penggunaan lilin menjadi optimal. Pembuatan "Poci Limpu" berlangsung di Dusun Tandon, RT 001/002, Pare, Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah 57652 pada bulan November 2021. Bahan baku dan pendukung yang digunakan dalam proses pembuatan "Poci Limpu", yaitu poci gerabah kecil, lilin, LED, thermoelectric, epoxy, modul converter DC to DC 5V, kabel, timah, air radiator (coolant), botol plastik serta plastik bekas. Langkah pembuatan “Poci Limpu”, yaitu pertama-tama mendesain lubang pada kedua sisi poci gerabah, kemudian melubanginya; kedua memasang thermoelectric dan modul converter DC to DC 5V pada tutup poci gerabah; ketiga mengoles tutup poci yang telah dipasang thermoelectric dan modul converter DC to DC 5V dengan epoxy sehingga tidak ada bagian yang terbuka (berlubang); keempat mengisi tutup poci yang telah dipasang thermoelectric dan modul converter DC to DC 5V serta telah diolesi epoxy dengan air radiator (coolant); kelima memasang LED pada poci gerabah; dan terakhir memasukkan lilin ke dalam poci gerabah yang telah dilubangi. Berdasarkan inovasi yang telah dibuat menghasilkan produk poci limpu yang dapat dijadikan sebagai salah satu tawaran solusi untuk menangani masalah yang masih sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia ketika memasuki musim penghujan, yaitu pemadaman listrik. Keunggulan dari inovasi produk "Poci Limpu", yaitu terjangkau, ramah lingkungan, portable, mampu mengoptimalkan penggunaan lilin, dan hemat energi. Beberapa manfaat inovasi produk "Poci Limpu" selain sebagai solusi masalah pencahayaan ketika pemadaman listrik, yaitu mampu mengoptimalkan penggunaan lilin sebagai sumber cahaya dengan memanfaatkan potensi panas buangan, dan menyediakan sumber energi listrik tambahan dalam mewujudkan tujuan ketujuh dari SDG’s 2030.

Di era revolusi industri 4.0 ini, kebutuhan manusia semakin meningkat. Salah satu kebutuhan primer yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia adalah cahaya. Urgensi cahaya dalam kehidupan manusia, antara lain mempermudah interaksi antarmanusia maupun interaksi antara manusia dengan lingkungan, membantu mempersepsikan secara visual objek-objek yang ada di sekitar manusia, dan sebagai penerangan agar mempermudah manusia mengamati objek maupun fenomena yang ada. Sumber cahaya yang digunakan oleh sebagian besar manusia saat ini adalah lampu. Lampu-lampu yang digunakan manusia memerlukan sumber energi listrik. Gultom (2017) menyampaikan bahwa listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia modern. Di Indonesia, proses produksi listrik yang mencakup generasi (pembangkitan), transmisi (penghantaran), dan distribusi (pembagian) energi listrik dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Gultom, 2017).

Pada saat ini, di Indonesia sedang mengalami musim penghujan. Salah satu dampak negatif yang sering dialami seluruh masyarakat Indonesia di musim penghujan adalah pemadaman listrik atau mati listrik. Selaras dengan hal tersebut, Agung (2013) mengungkapkan bahwa padamnya listrik di beberapa wilayah di Indonesia juga disebabkan karena meningkatnya permintaan energi listrik di yang tidak seimbang dengan ketersediaan suplai energi listrik. Ketika pemadaman listrik terjadi, banyak masyarakat yang sibuk mencari sumber cahaya pengganti lampu, salah satunya menggunakan lilin. Namun kenyataannya, pemanfaatan lilin sebagai sumber cahaya masih kurang optimal dikarenakan intensitas cahaya yang dihasilkan lilin masih cukup rendah. Selain itu, panas buangan dari lilin belum dimanfaatkan. Padahal, panas buangan dari lilin bisa dimanfaatkan salah satunya sebagai sumber energi untuk menyalakan LED.

Selaras dengan era revolusi industri 4.0, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencetuskan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs) sebagai kesepakatan pembangunan global. SDGs merupakan pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa membahayakan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (http://sdgsindonesia.or.id/). SDGs sendiri mencakup 3 pilar, yaitu pilar ekonomi, sosial, dan masyarakat (http://sdgsindonesia.or.id/). Terdapat 17 tujuan SDGs, yaitu:

  1. Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk di mana pun
  2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan
  3. Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia
  4. Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua
  5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan
  6. Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua
  7. Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua
  8. Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua
  9. Membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan membantu perkembangan inovasi
  10. Mengurangi ketimpangan didalam dan antar negara
  11. Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan
  12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
  13. Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya
  14. Mengonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan yang berkelanjutan
  15. Melindungi, memulihkan dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi (penggurunan), dan menghambat dan membalikkan degradasi tanah dan menghambat hilangnya keanekaragaman hayati
  16. Mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan membangun institusi-institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua level
  17. Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan (https://www.sdg2030indonesia.org/)

Sejalan dengan tujuan SDGs terutama tujuan ketujuh, meningkatnya isu global warming juga mengharuskan seluruh manusia di dunia dapat menghemat energi, menggunakan energi yang ramah lingkungan, dan mampu mengurangi berbagai limbah, terutama limbah plastik. Karena jika hanya mengandalkan sumber energi yang ada pada masa sekarang seperti batu bara, minyak, dan gas yang sudah hampir habis, maka hal tersebut lama-kelamaan tidak bisa memenuhi kebutuhan akan energi, untuk membantu aktivitas sehari-hari yang semakin banyak (Sasmita, dkk, 2019). Bahkan Agung (2013) dan Indartono (2005) mengungkapkan bahwa pemanfaatan minyak bumi sebagai sumber energi mampu menghasilkan polusi gas rumah kaca (terutama gas CO2) yang diakibatkan pembakaran bahan bakar fosil tersebut.

Salah satu alat yang dapat dijadikan sebagai sumber alternatif dalam memenuhi kebutuhan energi listrik, yaitu thermoelectric. Menurut Sasmita, dkk (2019) thermoelectric merupakan alat yang mampu mengubah energi panas menjadi energi listrik. Di samping relatif ramah lingkungan, thermoelectric sangat efisien dan mampu menghasilkan energi dalam skala besar maupun kecil. Thermoelectric dapat diimplementasikan pada rumah-rumah.

Berdasarkan uraian di atas, dibutuhkan inovasi sumber pencahayaan hybrid ramah lingkungan yang memanfaatkan panas buangan dari api lilin sehingga penggunaan lilin lebih optimal. Oleh karena itu, peneliti membuat inovasi, yaitu “Poci Limpu” yang ramah lingkungan, murah, portable, terjangkau, dan hemat energi.

 

Sumber:

Agung, A. I. (2013). Potensi Sumber Energi Alternatif dalam Mendukung Kelistrikan Nasional. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 2 (2), 892-897.

Gultom, T. T. (2017). Pemenuhan Sumber Tenaga Listrik di Indonesia. Jurnal Ilmiah Research Sains, 3 (1), 130-138.

Indartono, Y. S. (2005). Krisis Energi di Indonesia: Mengapa dan Harus Bagaimana?. INOVASI, 5 (XII).

Sasmita, S. A., Ramadhan, M. T., Kamal, M. I., & Dewanto, Y. (2019). Alternatif Pembangkit Energi Listrik Menggunakan Prinsip Termoelektrik Generator. Tesla, 21 (1), 57-61.

http://sdgsindonesia.or.id/

https://www.sdg2030indonesia.org/

Keunggulan inovasi “Poci Limpu” sebagai berikut:

  1. Terjangkau, karena bahan baku dan pendukung mudah didapat dan murah.
  2. Ramah lingkungan, karena bahan baku dan pendukung, yaitu poci gerabah kecil, lilin, LED, thermoelectric, epoxy, modul eflector DC to DC 5V, kabel, timah, dan air radiator (coolant), selain itu dalam proses pembuatan dan penggunaan tidak menghasilkan limbah, hal ini terbukti dari jelaga yang dihasilkan oleh nyala lilin tidak akan mengotori ruangan, karena diterima oleh thermoelectric yang dipasang di atas lilin yang terpasang di bawah tutup poci.
  3. Portable, karena ukuran “Poci Limpu” tidak terlalu besar sehingga mudah dibawa maupun dipindah-pindah.
  4. Mampu mengoptimalkan penggunaan lilin, yaitu panas buangan yang dihasilkan lilin dapat menyalakan LED yang memiliki intensitas cahaya lebih besar daripada intensitas cahaya lilin itu sendiri.
  5. Hemat energi, karena untuk menyalakan LED pada “Poci Limpu” menggunakan panas buangan yang dihasilkan lilin, bukan menggunakan sumber energi dari PLN.
  6. Bernilai estetika tinggi, karena selain dimanfaatkan sebagai alat bantu penerangan, “Poci Limpu” juga bisa difungsikan sebagai hiasan interior.
  7. Mengurangi limbah plastik, karena menggunakan bahan botol plastik bekas sebagai tudung LED dan plastik bekas untuk membuat reflector cahaya pada tudung LED.
  8. Memiliki sisi kearifan lokal, karena menggunakan bahan baku poci gerabah yang dibuat oleh masyarakat Wonogiri.

Nama : Musfiq Amrulloh, S. Pd.
Alamat : Tandon RT 001/002, Pare, Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah 57652
No. Telepon : 08983934107