Aplikasi Tuberculosis Cleaner Versi Update (Sebagai Upaya Optimalisasi Penanganan Tb di Desa Kayen Selama Pandemi Covid-19)

Di tengah modernisasi yang terjadi pada berbagai bidang seperti saat ini, tuberculosis ternyata masih menjadi salah satu penyakit yang membahayakan kesehatan manusia. Sebanyak 3,2 juta masyarakat Indonesia pada tahun 2020 diketahui terjangkiti Tb dan 16% diantaranya meninggal dunia (WHO, 2020). Pandemic covid yang terjadi pada hampir 3 tahun ini diprediksikan menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah kematian akibat Tb. Hal ini dikarenakan selama pandemic kegiatan screening dan tracing Tb tidak berjalan dengan baik. Oleh karenanya pengembangan aplikasi android yang dapat membantu penanganan Tb diharapkan dapat menjadi solusi oermasalahan yang ada. Melalui aplikasi ini diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan untuk tetap optimal menangani masalah Tb ditengah pandemic. Aplikasi Tb Cleaner ini berhasil dibuat dengan metode User Centered Design (UCD) menggunakan bahsa pemrograman Java. Hasil uji ISO/IEC menunjukkan bahwa aplikasi tersebut memiliki skor masing-masing aspek pengujian yaitu: functional 100%, Usability 84,05%, Performance Eficiency 80% dan compability 91,35%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa aplikasi Tb Cleaner tergolong “sangat layak”. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pengguna merasa aplikasi ini sangat bermanfaat untuk membantu penanganan Tb di UPT. Puskesmas Kayen. Aplikasi Tb Cleaner ini dapat dijual kepada konsumen seharga 18.000.000 per pack dengan tambahan biaya aftersales berupa maintenance dan update versi/fitur. Kata kunci: Tuberculosis, Aplikasi Tb Cleaner, User Centered Design, Pengujian ISO/IEC 25010

Di tengah modernisasi yang terjadi pada berbagai sektor kehidupan di dunia seperti saat ini, sebagian besar masyarakat tidak menyadari bahwa Tuberculosis (Tb) ternyata masih menjadi ancaman besar bagi kesehatan manusia. Tb adalah penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menular melalui droplet infection saat penderita batuk atau bersin. Gejala utama Tb paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih yang disertai gejala tambahan seperti dahak bercampur darah, sesak nafas, dll (Indah, 2018). Data WHO menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara kedua di dunia dengan jumlah penderita Tb terbanyak yaitu ±3,2 juta orang dengan 16% diantaranya meninggal dunia (WHO, 2020) WHO menyebutkan bahwa pandemic covid-19 yang terjadi saat ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah kematian pasien akibat Tb (WHO, 2020). Tingkat pelaporan kasus penyakit Tb yang menurun drastis sekitar 25-50% pada periode januari-juni 2020 mengindikasikan bahwa penularan penyakit Tb di masyarakat di awal masa pandemi hingga saat ini menjadi tidak terkontrol. Pandemi covid-19 diketahui mengganggu stabilitas fasilitas kesehatan sehingga menurunkan tingkat pelayanan terhadap masyarakat. Selain itu, meningkatnya jumlah kemiskinan akibat dampak negatif berkelanjutan dari pandemi diprediksikan akan membuat jumlah penderita Tb meningkat sebanyak lebih dari 1 juta orang per tahun pada 2020-2025. Berbagai upaya dan strategi perlu dilakukan agar masalah Tb yang saat ini menjadi salah satu konsen utama kesehatan nasional tetap dapat segera dikendalikan. Salah satu upaya pemerintah guna penanganan Tb secara nasional adalah dengan strategi metode penemuan aktif melalui investigasi kontak (contact tracing and contact investigation). Strategi ini secara umum bermaksud untuk menemukan pasien Tb baru sebanyak-banyaknya melaui deteksi dan pelacakan pasien Tb BTA positif. Investigasi kontak disebut sebagai strategi yang ideal dalam menangani masalah Tb, namun pada kenyataannya pelaksanaan strategi ini ditengah pandemi covid-19 tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya tingkat keberhasilan penanganan Tb yang ditandai dengan indikator angka Case Detection Rate (CDR) dan Case Notification Rate (CNR). Hasil observasi di UPT Puskesmas Kayen menunjukkan bahwa tingkat CDR Tb di Kecamatan Kayen Kab. Pati selama 2019 dan 2020 secara berturut-turut adalah 30% dan 38% masih di bawah standard nasional > 70%. Sedangkan tingkat CNR pada tahun yang sama adalah 73 orang dan 91 per 100.000 penduduk masih di bawah standard nasional 257 orang per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2018). Berdasarkan hasil wawancara diketahui kendala utama penanganan Tb di UPT. Puskesmas Kayen adalah sulitnya menemukan pasien baru di tengah situasi pandemi Covid-19. Penerapan strategi investigasi kontak membutuhkan kunjungan langsung tenaga kesehatan ke tempat tinggal pasien yang teridentifikasi Tb BTA positif. Hal ini tentu tidak sesuai dengan anjuran pemerintah saat penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama pandemi Covid-19. Kunjungan langsung ke rumah pasien Tb selama pandemi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan tenaga kesehatan karena sangat berpotensi menimbulkan klaster Tb atau Covid-19 baru. Pencarian pasien Tb baru selama pandemi melalui screening gejala juga mengalami kendala karena sangat sedikit masyarakat yang dengan sukarela datang memeriksakan diri di Puskesmas. Selain itu, diperlukan uji laboratorium yang valid untuk memastikan apakah suspek positif Tb atau Covid-19 karena kedua penyakit ini memiliki gejala klinis yang hampir sama. Aplikasi Tb Cleaner merupakan aplikasi berbasis android sebagai salah satu solusi terhadap berbagai kendala penanganan Tb selama pandemi Covid-19 tersebut. Aplikasi ini memiliki fitur utama untuk mendeteksi gejala Tb secara mandiri melalui serangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan gejala Tb dan melacak serta mendeteksi keberadaan suspect Tb dalam suatu daerah dengan menggunakan riwayat CNR dan CDR Tb. Melalui aplikasi ini diharapkan dapat membantu para pengguna (tenaga kesehatan) agar proses penanganan Tb selama pandemi tetap dapat berjalan dengan lebih aman, efektif dan efisien. - Sejarah inovasi dan pengembangan produk Aplikasi Tb care ini dikembangkan sejak tahun 2019 oleh inventor yang bernama Betty, Alif Ilham dan Latifah tumi’mah. Pengembangan aplikasi ini terinspirasi atas fakta bahwa Indonesia masih menempati posisi kedua dengan jumlah penderita TB terbanyak didunia. Banyaknya pasien TB tentu menyebabkan turunnya produktivitas dan ekonomi masyarakat. Pada tahun 2019 produk inovasi ini baru sebatas desain awal yang diujikan berdasarkan tampilan aplikasi yaitu UI dan UX. Pengujian terhadap desain tersebut terbukti membuat pengguna merasa penggunaan aplikasi ini dapat memudahkan pengobatan TB yang dijalaninya. Pada tahun 2020. Desain aplikasi yang telah selesai pada tahun 2019 kemudian dikembangkan dan dilanjutkan menjadi sebuah aplikasi yang siap digunakan. Dan pada tahun 2021 aplikasi Tb Cleaner ini kemudian diuji pemanfaatannya di UPTD Puskesmas Kayen dengan standart ISO IEC 25010. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala UPT Puskesmas kayen pada bulan juli 2021 dapat diketahui bahwa penanganan TB melalui aplikasi ini dapat berjalan lebih mudah, efektif dan efisien. Saat ini aplikasi TB cleaner sudah diterapkan penggunaannya di UPTD Puskesmas Kayen.

Adapun beberapa keunggulan yang dimiliki oleh aplikasi Tuberculosis Cleaner versi Update ini adalah sebagai berikut: Salah satu menu yang mendukung penanganan Tb disaat pandemic Covid-19 adalah deteksi dini gejala Tb yang dapat dilakukan secara mandiri dan jarak jauh. Melalui menu ini, pengguna dapat mengisi serangkaian kuisioner yang menunjukkan ada tidaknya gejala Tb pada seseorang kemudian sistem akan menghitung dan menentukan kesimpulan berupa presentase terjangkiti Tb. Guna mendukung penanganan Tb di masa pandemi dan setelahnya, aplikasi Tb Cleaner juga disertai dengan menu pelacakan lokasi pasien. Melalui menu ini, pengguna dapat: memperkirakan jumlah suspect yang ada, mengetahui lokasi pasien serta menunjukkan rute menuju lokasi pasien dengan lebih cepat dan akurat dan melacak kemungkinan persebaran TB di masyarakat. Dalam tata laksana penanganan Tb, seringkali petugas diharuskan untuk melakukan kunjungan langsung ketempat pasien/suspect. Menu ini dibuat berdasarkan pengalaman petugas Tb di UPT. Puskesmas Kayen yang sering tersesat saat berusaha menuju lokasi pasien. Melalui menu ini diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan kunjungan kealamat pasien tanpa sering tersesat dan bertanya arah kepada masyarakat.

Nama : BETTY SHINTA INDRIANI
Alamat : Desa Banjarsari RT 005/002, Kecamatan Gabus, Kab. Pati
No. Telepon : 082137604187