" BUAS" Isolasi Flavonoid Dari Belimbing Wuluh ( Averrhoa Bilimbi L) dan Lengkuas Sebagai Pengawet Ikan Pengganti Formalin

Ikan merupakan sumber pangan yang mudah busuk, sehingga perlu usaha untuk mengawetkannya. Hasil berbagai temuan ikan banyak diawetkan dengan pengawet yang berbahaya seperti formalin, sehingga diperlukan usaha untuk menemukan pengawet ikan yang aman untuk masyarakat. Upaya pengawetan perlu dilakukan agar pangan aman dan layak dikonsumsi. Mengingat akan bahaya penggunaan formalin maka perlu usaha untuk menenmukan bahan pengawet alami. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rempah-rempah banyak mengandung zat aktif antimikroba yang berpotensi untuk dijadikan sebagai pengawet alami. Belimbing wuluh (Averrhoa Bilimbi L) dan lengkuas memiliki senyawa antimikroba yang berpotensi untuk mengawetkan bahan pangan seperti ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan pengawet alami ( Belimbing wuluh dan lengkuas) terhadap isolasi flavonoid belimbing wuluh ( Averrhoa Bilimbi L) dan lengkuas sebagai pengawet sifat fisik dan daya terima serta masa simpan ikan. Variabel yang akan diteliti meliputi masa simpan ( total mikrobia) ikan yang diawetkan dengat pengawet alami (belimbing wuluh dan lengkuas), sifat fisik dan daya terima ikan yang diawetkan. Hasil penelitian menunjukan: 1) Sifat fisik ikan yang diawetkan belimbing wuluh dan lengkuas pada hari ke-1 (24 jam), dalam keadaan masih baik dan tekstur masih kenyal, sedangkan pada hari ke-2 ( 48 jam) ikan sudah mulai menunjukkan tanda-tanda mulai lunak. 2) Masa simpan ikan berdasarkan total mikroba pada hari ke-0 dan 1 nilai p>0,01 yang menunjukkan tidak berbeda nyata. Pada hari ke-0, jumlah total mikroba pada perlakuan dengan lengkuas.

 

Kata kunci: formalin,lengkuas, belimbing wuluh

Indonesia memiliki sekitar 17.500 pulau, bergaris pantai sepanjang  81.000 km. Sekitar 62% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan, hal ini dikonfirmasi dari data KKP, luas wilayah daratan sebesar 1,91 juta km2 sedangakan luas wilayah perairan mencapai 6,32 juta km2. Dengan lanskap seperti itu Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya laut yang luar biasa,khususnya disektor perikanan. Ikan merupakan salah satu bahan pangan hasil perikanan yang dibutuhkan oleh manusia karena pada daging ikan terdapat senyawa-senyawa yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang terdiri dari protein,lemak,karbohidrat,vitamin, dan garam-garam mineral. Daging ikan adalah sumber protein yang lebih bergizi dan relative aman untuk dikonsumsi untuk manusia. Daging ikan lebih mudah rusak sehingga perlu proses pengawetan yang dijaga dalam  kondisi segar dan layak konsumsi.

        Pengawet sangat diperlukan untuk memperpanjang masa simpan ikan. Penggunaan formalin memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Adanya kekhawatiran terhadap efek samping penggunaan bahan pengawet sintetis, maka perlu adanya pengganti bahan sintetis yang aman digunakan sebagai bahan pengawet alami makanan khususnya pada produk perikanan. Mengingat akan bahaya penggunaan formalin maka perlu usaha untuk menemukan bahan pengawet dari bahan alami. Pengawet alami adalah bahan tambahan yang diberikan pada makanan yang biasanya berasal dari tumbuhan, hewan dan mikroba. Pada penelitian ini membuat inovasi pengawet ikan pengganti formalin dengan menggunakan bahan belimbing wuluh dan lengkuas.

     Belimbing wuluh( Averhoa blimbi ) adalah tanaman buah dari Indonesia yang banyak tumbuh dipekarangan rumah dan termasuk dalam jenis tumbuhan yang mudah dibudiyadakan. Belimbing wuluh seringkali dimanfaatkan sebagai penyedap makanan, rempah masak, dan pengawet. Menurut Parikasit (2011), belimbing wuluh mengandung senyawa gula, fenolik, ion kalsium, asam amino, asam sitrat, vitamin dan sianidin 3-o-h-D-glukosida. Selain itu, belimbing wuluh juga mengandung senyawa flavonoid dan triterpenoid yang dapat berperan sebagai anti bakteri.

            Lengkuas (Alpinia galanga L.) merupakan anggota familia Zingiberaceae. Di Indonesia, lengkuas mudah diperoleh dan sering dimanfaatkan sebagai obat herbal. Lengkuas (Alpina galanga L.) di Thailand dimanfaatkan sebagai zat aditif pada makanan dan negara negara lain di Asia lengkuas sudah lama dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit rematik, radang selaput, lendir hidung, bronkial, bau mulut, bisul, pilek, batuk rejan pada anak-anak, infeksi tenggorokan dan demam. Kandungan lengkuas mengandung senyawa fenolit sebagai antimikroba, serta mempunyai aktivitas antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Kombinasi kedua bahan antibakteri belimbing wuluh dan antimikroba dari lengkuas mampu memperpanjang masa simpan ikan.

Penelitian dengan judul “Isolasi Flavonoid dari Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan Lengkuas Sebagai Pengawet Ikan Pengganti Formalin” bertujuan untuk mengetahui pengaruh sari campuran belimbing wuluh dan lengkuas terhadap jumlah koloni bakteri.

Keunggulan

Isolasi flavonoid belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan lengkuas sebagai pengawet ikan mempunyai keunggulan yaitu :

  1. Sebagai sarana pengawetan ikan pengganti formalin dan pemanfaatan suatu bahan yang jarang digunakan menjadi bernilai guna (lebih bermanfaat) bagi kehidupan sehari-hari.
  2. Mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya yang digunakan untuk penanganan atau pengawetan ikan.

Nama : Adinda Najwa Zahroh
Alamat : jln Conge Ngembal Rejo,Bae, Kudus
No. Telepon : 087829959384