Sirup Jahe Merah NUUN

Progam ini adalah membentuk badan usaha/unit bisnis yang memproduksi sirup dengan bahan utama gula aren dan jahe merah. Selain itu untuk mengembangkan dan mengolah hasil pertanian lokal khususnya gula aren dan jahe merah di Kabupaten Pemalang bagian selatan untuk menghasilkan produk sirup jahe merah dengan proses fermentasi yang berkualitas dan berkhasiat. Dengan di kembangkannya sirup ini harapanya para petani terutama jahe dan gula bisa mendapatkan keuntungan lebih daripada diborong oleh juragan dengan harga di bawah pasaran.

Banyaknya petani jahe yang mengeluh karena anjloknya harga pasaran di pemalang selatan khususnya di kecamatan Pulosari membuat inventor terketuk untuk memproduksi olahan sirup jahe. Dengan olahan sirup ini kedepan inventor berani membeli jahe dengan harga di atas rata-rata dari para juragan.

Potensi lahan dan keanekaragaman hayati di Indonesia memungkinkan untuk dilakukannya pengembangan tanaman biofarma yang beranekaragam. Hal ini didukung oleh beberapa faktor diantaranya: kondisi trend kenaikan harga obat-obatan, meningkatnya kesadaran individu untuk meningkatkan kualitas kesehatannya, meningkatnya kesadaran masyarakat un tuk lebih fokus pada prinsip kesehatan “mencegah lebih baik daripada mengobati”, kesadaran masyarakat akan bahaya mengkonsumsi obat-obat kimia dalam jangka waktu yang lama dan permintaan konsumen akan natural products (Nurul, 2008).

Berdasarkan khasiatnya, ada lima komoditi tanaman obat potensial yang dapat dikembangkan yaitu temulawak, kunyit, kencur, jahe, dan benglei. Tanaman jahe merupakan tanaman rempah-rempah sekaligus tanaman yang berfungsi sebagai bahan baku obat-obatan. Masyarakat Indonesia menggunakan rimpang jahe sebagai bumbu masakan, yang dapat memberikan aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai jenis minuman. Jahe juga dapat digunakan sebagai bahan baku jamu tradisional, minyak wangi, serta berbagai produk olahan lainnya. Masyarakat luar negeri juga menggunakan jahe sebagai bahan baku untuk aneka macam produk, sehingga jahe juga merupakan salah satu komoditi ekspor yang dapat diandalkan (Andoko dan Harmono, 2005).

Selama ini di Indonesia, berdasarkan pada bentuk, warna dan aroma rimpang serta komposisi kimianya dikenal 3 tipe jahe, yaitu jahe putih besar, jahe emprit dan jahe merah. Karena kadar minyak atsiri dan oleoresin jahe merah lebih tinggi dibandingkan kedua tipe jahe lainnya maka tanaman ini sangat cocok digunakan sebagai bahan baku obat-obatan atau jamu.

Banyaknya petani jahe yang mengeluh karena anjloknya harga pasaran di pemalang selatan khususnya di kecamatan Pulosari membuat inventor terketuk untuk memproduksi olahan sirup jahe. Dengan olahan sirup ini kedepan inventor berani membeli jahe dengan harga di atas rata-rata dari para juragan.

Potensi lahan dan keanekaragaman hayati di Indonesia memungkinkan untuk dilakukannya pengembangan tanaman biofarma yang beranekaragam. Hal ini didukung oleh beberapa faktor diantaranya: kondisi trend kenaikan harga obat-obatan, meningkatnya kesadaran individu untuk meningkatkan kualitas kesehatannya, meningkatnya kesadaran masyarakat un tuk lebih fokus pada prinsip kesehatan “mencegah lebih baik daripada mengobati”, kesadaran masyarakat akan bahaya mengkonsumsi obat-obat kimia dalam jangka waktu yang lama dan permintaan konsumen akan natural products (Nurul, 2008).

Berdasarkan khasiatnya, ada lima komoditi tanaman obat potensial yang dapat dikembangkan yaitu temulawak, kunyit, kencur, jahe, dan benglei. Tanaman jahe merupakan tanaman rempah-rempah sekaligus tanaman yang berfungsi sebagai bahan baku obat-obatan. Masyarakat Indonesia menggunakan rimpang jahe sebagai bumbu masakan, yang dapat memberikan aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai jenis minuman. Jahe juga dapat digunakan sebagai bahan baku jamu tradisional, minyak wangi, serta berbagai produk olahan lainnya. Masyarakat luar negeri juga menggunakan jahe sebagai bahan baku untuk aneka macam produk, sehingga jahe juga merupakan salah satu komoditi ekspor yang dapat diandalkan (Andoko dan Harmono, 2005).

Selama ini di Indonesia, berdasarkan pada bentuk, warna dan aroma rimpang serta komposisi kimianya dikenal 3 tipe jahe, yaitu jahe putih besar, jahe emprit dan jahe merah. Karena kadar minyak atsiri dan oleoresin jahe merah lebih tinggi dibandingkan kedua tipe jahe lainnya maka tanaman ini sangat cocok digunakan sebagai bahan baku obat-obatan atau jamu.

Sirup Jahe Merah hasil fermentasi memiliki keunggulan daripada produk sirup jahe pada umumnya yaitu sebagai berikut :

  1. Sirup jahe merah hasil fermentasi memiliki bau yang khas dan berbeda dari sirup jahe lainnya.
  2. Kandungan nutrisi lebih terjaga/tidak hilangkarena tanpa adanya proses pemanasan/perebusan sehingga tidak ada nutrisi yang menguap atau menghilang.
  3. Tidak mengandung bahan pengawet dan pemanis buatan.
  4. Lebih terjaga kealamianya karena proses pembuatan tanpa menggunakan bahan kimia.
  5. Memiliki masa kadaluarsa yang cukup lama,kurang lebih satu tahun meskipun tanpa adanya tambahan bahan pengawet kimia.

Nama : Najib Faqihuddin
Alamat : jalan Flamboyan no 13 RT 19 RW 06 Desa Banjaranyar Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang
No. Telepon : 082325277803