Inovasi Briket Kang Bejo (Cangkang Biji Melinjo) Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Bu Ning (Buruh Ngemping)

Emping melinjo merupakan salah satu potensi ekonomi yang dimiliki oleh Kabupaten Batang namun limbah cangkang yang dihasilkan belum dimanfaatkan secara maksimal. Berdasarkan uraian rencana kegiatan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa inovasi pembuatan briket dengan memanfaatkan cangkang biji melinjo merupakan salah satu solusi dalam membuat energi alternatif di Kecamatan Bawang. Kegiatan ini bertujuan untuk memperdayakan ibu-ibu pekerja buruh ngemping agar dapat memanfaatkan limbah menjadi bahan bakar dan meningkatkan nilai ekonomis limbah cangkang biji melinjo menjadi energi terbarukan.

         Pembuatan briket meliputi tahap perencanaan, tahap produksi dan tahap evaluasi. Tahap perencanaan meliputi tahap observasi dan pengadaan bahan baku. Tahap evaluasi dilakukan secara berkala guna mengetahui efektivitas produk yang telah dibuat dan respon dari masyarakat. Cara yang dilakukan untuk mengetahui respon masyarakat adalah mengumpulkan feedback dari pasar. Diharapkan briket yang diterima di masyarakat memiliki kesesuaian ukuran produk untuk kebutuhan dan juga harga produk yang sesuai dengan daya beli masyarakat.

         Diharapkan kegiatan ini bisa dijadikan pioneer untuk Kecamatan lain yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai ibu-ibu pekerja ngemping seperti Kecamatan Reban, Tersono dan Limpung dalam memanfaatkan cangkang biji melinjo. Sehingga pada skala besar, kegiatan ini dapat membangun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang secara menyeluruh. Dengan penuh optimisme, potensi briket yang akan diproduksi akan semakin berkembang jika kegiatan ini berhasil dijalankan dan diadopsi Kecamatan lain. Perkembangan zaman dan juga keberhasilan kegiatan ini akan terus menjadi Inovasi dan  bekembang menjadi sebuah ide baru dimana tidak hanya menjadi briket, limbah cangkang biji melinjo pun dapat dimanfaatkan menjadi karbon aktif maupun produk lain yang dapat digunakan menjadi energi alternatif berkelanjutan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Batang tahun 2017-2022 menunjukkan bahwa capaian kinerja Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) masih rendah dan belum mencapai target. Paradigma pengembangan desa yang menekankan pada upaya peningkatan daya saing desa menjadi salah satu kebijakan dalam meningkatkan ekonomi desa dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender. Upaya pembangunan di desa telah lama dilakukan pemerintah. Meski dalam konteks ini tidak ada metode atau pendekatan tunggal dalam membangun dan mengembangkan desa. Berdasarkan pengalaman empiris di sejumlah daerah, pembangunan perdesaan harus melihat kondisi sosio kultural, SDM, kearifan lokal, sumber daya alam, teknologi, potensi ekonomi, sarana dan prasarana serta tata kelola pemerintahan desa.

         Salah satu sumber daya alam dan kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai potensi ekonomi yang dimiliki oleh Kabupaten Batang adalah produksi emping melinjo. Emping melinjo adalah sejenis komoditi makanan yang berasal dari biji melinjo (Gnetum gnemon) setelah mengalami proses lebih lanjut. Komoditi ini merupakan hasil dari kegiatan industri kecil yang cukup handal, yang dikerjakan oleh masyarakat secara turun temurun sehingga banyak dikenal oleh masyarakat di luar Kabupaten Batang. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rowiyah (2010) menunjukkan data bahwa daerah sentral penjualan utama terdapat di Kecamatan Limpung dengan sentral produksi di Kecamatan Reban di 19 desa, Kecamatan Tersono 17 desa, Kecamatan Bawang di 10 desa, dan Subah di 10 desa. Emping-emping melinjo yang dijual di Limpung tidak hanya hasil produksi dari masyarakat Limpung sendiri tetapi juga dari kecamatan lain di sekitar Limpung, karena Limpung merupakan desa pengepul. Salah satu kecamatan yang menjadi pembuat emping melinjo adalah Kecamatan Bawang.

         Produksi emping melinjo di Kecamatan Bawang dibuat di dalam rumah pribadi masing-masing yang didominasi oleh ibu-ibu buruh emping melinjo, dalam hal ini biasa disebut dengan pekerjaan “ngemping”. Pekerjaan ini dilakukan sebagai pekerjaan sampingan maupun pekerjaan utama para ibu di pedesaan. Emping melinjo selama ini telah menjadi roda penggerak perekonomian penduduk di desa yang tersebar di Kecamatan Bawang. Mengingat banyaknya keberadaan buruh emping melinjo yang tersebar di Kecamatan Bawang, harus diakui membuat emping melinjo menjadi mata pencaharian bagi masyarakat Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Kegiatan “ngemping” di lakukan oleh mayoritas perempuan di Kecamatan Bawang dengan tujuan untuk dapat memenuhi kehidupan ekonomi sehari-hari. Namun, pada saat aktivitas produksi emping melinjo, masih terdapat limbah cangkang melinjo yang belum dimanfaatkan secara maksimal dan jumlahnya cukup besar di masyarakat. Limbah biji melinjo pada umumnya hanya dibuang atau dibakar sebagai bara api.

         Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam memanfaatkan limbah cangkang biji melinjo. Salah satu penelitian dalam memanfaatkan limbah cangkang biji melinjo adalah penelitian yang dilakukan Mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta, yaitu Fauziyyah Diyah Anggita Sari yang telah berhasil melakukan penelitian dalam mengembangkan energi alternatif ramah lingkungan dari cangkang biji melinjo guna meningkatkan  nilai ekonomis limbah cangkang biji melinjo. Penelitian yang serupa dilakukan oleh Achmad Syarifudin dari Universitas Banten Jaya. Achmad melakukan program pengabdian masyarakat dalam pembuatan briket di Desa Pasir Waru Kecamatan Mancak. Kedua penelitian tersebut telah berhasil melakukan penelitian dalam memanfaatkan cangkang melinjo untuk menghasilkan produk yang berguna dan memiliki nilai jual. Inovasi pembuatan briket cukup mudah karena membutuhkan bahan yang dapat dijumpai sehari-hari yaitu dengan variasi penambahan perekat tepung tapioka dengan perbandingan tertentu.

         Berdasarkan latar belakang diatas, kami yang tergabung dalam komunitas Pejuang Kang Bejo mempunyai inisiatif untuk memanfaatkan limbah cangkang biji melinjo dengan judul “Inovasi Briket KANG BEJO (Cangkang Biji Melinjo) Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi BU NING (Buruh Ngemping) di Kecamatan Bawang”.

         Limbah cangkang biji melinjo merupakan sisa dari produksi emping melinjo. Tersebarnya para buruh ngemping di Kecamatan Bawang menghasilkan limbah cangkang biji melinjo yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Kegiatan pembuatan Briket Kang Bejo merupakan sebuah inovasi energi alternatif dalam pemanfaatan limbah cangkang biji melinjo yang melibatkan ibu-ibu buruh ngemping sebagai program pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan nilai ekonomi. Kelebihan lain dari cangkang biji melinjo sebagai bahan utama dibandingkn yang lain adalah pada saat proses pengrangan lebih singkat sehingga meminimalisir tenaga, waktu dan biaya. Ddiharapkan kegiatan ini bisa dijadikan pioneer untuk Kecamatan lain yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai ibu-ibu buruh melinjo untuk memanfaatkan cangkang biji melinjo menjadi briket seperti Kecamatan Reban, Tersono dan Limpung.

        Briket cangkang biji melinjo mempunyai keunggulan antara lain:

  1. Sebagai bahan bakar alternatif pengganti Gas LPG yang ramah lingkungan;
  2.  Bahan baku yang melimpah karena berasal dari limbah yang belum pernah dimanfaatkan;
  3. Bahan baku yang murah dan ekonomis;
  4. Proses pembuatannya mudah;
  5. Proses pengarangan lebih singkat;
  6. Panas yang dihasilkan tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang lama;
  7. Tidak beresiko meledak/terbakar seperti kompor minyak tanah atau kompor gas elpiji;
  8. Ramah lingkungan karena diolah tanpa menggunakan bahan kimia dan dapat mengurangi pencemaran akibat bahan bakar fosil.

Nama : Hikma Nurul Izza
Alamat : Jl. Walisongo Rt 026 Rw 002 Desa Bawang Kecamatan bawang Kabupaten Batang
No. Telepon : 082242644616