Secara geologi, wilayah Kabupaten Banjarnegara dicirikan dengan batuan vulkanik yang mengalami pelapukan di sisi utara sungai serayu dan daerah melange batuan metamorf di sisi selatan sungai serayu. Pada kedua sisi tersebut juga terdapat patahan aktif.

Kondisi tersebut menjadikan Kabupaten Banjarnegara yang terdiri atas 20 kecamatan dengan 266 desa dan 12 kelurahan, sejumlah 70% atau 195 desa dinyatakan memiliki tingkat risiko tinggi bencana tanah longsor. Hal ini dibuktikan dengan data kejadian bencana pada tahun 2017 sebanyak 115 kejadian tanah longsor dan bulan Januari – Mei 2018 sebanyak 95 kejadian tanah longsor.

Dengan kondisi morfologi, topografi dan geologi yang seperti itu, maka potensi bencana alam di Banjarnegara selain tanah longsor juga terdapat potensi gempa bumi, angin kencang dan banjir.

Pada masa siaga darurat sebelum terjadi bencana, pemerintah dan masyarakat membutuhkan bantuan alat deteksi untuk memonitor pergerakan tanah secara intensif. Pada masa tanggap darurat terjadinya bencana, pemerintah dan masyarakat alat deteksi juga sangat dibutuhkan untuk mengamankan proses evakuasi, operasi tanggap darurat dari longsor susulan yang sangat membahayakan. Pada masa transisi darurat alat ini juga masih sangat dibutuhkan alat deteksi untuk memantau longsor susulan karena dalam fase transisi darurat dilaksanakan proses kajian kebutuhan pasca bencana terkait dengan penataan kawasan terdampak bencana longsor. Bahkan pada masa tidak terjadi bencana maka alat ini dapat digunakan sebagai alat peraga edukasi bagi masyarakat.

Berdasarkan kondisi di atas maka dibutuhkan :

1. Penyediaan alat deteksi dini khususnya tanah longsor dengan jumlah yang sangat banyak sesuai luasan wilayah dan jumlah desa yang memiliki tingkat kerawanan tinggi tanah longsor, sehingga alat harus terjangkau harganya dan dapat dipindahkan dari satu titik ke titim lainnya secara cepat.
2. Pengarusutamaan Pembangunan Kabupaten Banjarnegara berbasis kebencanaan.

Keunggulan ELWASI 

1. Portable
2. Harga Terjangkau
3. Tidak bising berlebihan, agar tidak menimbulkan kepanikan
4. Tidak memerlukan koneksi data internet dan sinyal GSM
5. Dapat dikoneksikan dengan Radio HT untuk pemantauan jarak jauh
6. Tidak memerlukan peralatan pendukung berupa komputer dan perangkat GSM atau android
7. Tidak memerlukan catu daya yang besar, hanya menggunakan baterai kecil 12 volt yang sangat mudah didapatkan dan murah. Dilengkapi dengan solar cell kecil untuk lebih menjamin kebutuhan catu daya alat. Listrik hanya digunakan untuk mengirim sinyal ketika terjadi gerakan tanah, sehingga kebutuhan listrik dari baterai sangat efisien.
8. ELWASI berbasis Extensometer untuk mengindikasikan pergerakan tanah. Hal ini karena masyarakat tidak membutuhkan pengukur curah hujan, pengukur kemiringan, kelembaban tanah. Masyarakat membutuhkan sinyal berupa suara dan cahaya yang secukupnya..
9. ELWASI adalah adalah Alat Pendukung Peringatan Dini Tanah Longsor dengan konsep masyarakat sebagai subyek penanggulangan bencana, sehingga penanggulangan bencana haruslah berbasis kearifan masyarakat, masyarakat yang ELING (menyadari kondisi lingkungannya), WASPADA dengan potensi yang ada, serta SIAGA untuk melakukan tindakan penyelamatan jiwa dan harta benda dari ancaman bencana tanah longsor.