E-Biocide Microwave Technology

Produk inovasi E-Biocide memiliki maksud dan tujuan untuk meningkatkan produktivitas pengepul limbah elektronik, meningkatkan nilai jual limbah elektronik (e-waste) dan mengembangkan pengawet kayu dari bahan baku e-waste berbahan Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS) dan polycarbonate. Metode produksi dilakukan melalui teknologi pyrolysis berbasis microwave technology yang menghasilkan komposisi phenol lebih dari 90% yang bernilai ekonomis sebagai anti rayap dan anti serangga perusak kayu. Keunggulan produk E-Biocide antara lain: mengatasi masalah lingkungan melalui pengolahan e-waste, menggunakan teknologi pyrolisis berbasis microwave technology, memiliki 90% kandungan phenol, tidak merusak fisik permukaan kayu (warna dan kekuatan kayu), dapat diterapkan di berbagai jenis kayu sesuai dengan kebutuhan, dapat divariankan dengan dicampur air sesuai jenis kayu, harga lebih kompetitif dengan kualitas baik, mudah diaplikasikan, cara kerja cepat, dan tahan lama. E-Biocide memiliki spesifikasi bahan aktif phenol dan cara kerjanya melalui racun kontak dan aroma. Segmentasi pasar E-Biocide adalah industri ekspor kayu, industri kayu, pengrajin kayu berupa IKM dan UKM, dan masyarakat umum. Kesiapan menuju hilirisasi produk telah dilakukan melalui proses produksi EBiocide skala prototype selanjutnya diharapkan dapat memenuhi standar pengujian dilakukan melalui SNI, Ijin edar, serta proses sertifikasi seperti paten dan merek. 

Teknologi memiliki peranan besar dikehidupan manusia, ketika sebuah perangkat elektronik tidak lagi digunakan maka sebagian akan dijual kembali dan sisanya berkahir menjadi e-waste. Berdasarkan data The Global E-waste Monitor, manusia menghasilkan 44.7 juta ton e-waste di tahun 2016 yang setara dengan 6.1 kg/orang. E-waste dihasilkan dari banyak produk elektronik seperti DVD player, TV, monitor, ponsel, mesin fax dan printer. Di Indonesia, tidak ada tempat pengolahan terhadap limbah elektronik. The Global E-Waste Monitor 2014 menyebutkan, setiap orang Indonesia rata-rata membuang limbah elektronik sekitar tiga kilogram. Secara keseluruhan jumlahnya mencapai 745 kiloton sehingga menjadikan penyumbang limbah elektronik terbesar di Asia Tenggara. Dengan sampah elektronik yang sedemikian besar, Indonesia ternyata baru sebatas memiliki fasilitas pengelolaan untuk pemisahan (dismantling) komponen elektronik. Pemanfaatan e-waste alternative pernah dilakukan melalui penelitian yang dilakukan Samsudin Anis, S.T., M.T., Ph.D. di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. E-waste didaur ulang melalui proses pyrolysis yang menghasilkan turunan bio oil dan phenol yang ternyata phenol ini dapat digunakan sebagai bahan untuk produk pengawet kayu. Produk pengawet kayu yang sudah ada di Indonesia memiliki beberapa kekurangan. Tidak sedikit produk pengawet kayu yang mengubah kekuatan, kondisi fisik, dan tekstur karena kandungan kimia selain kandungan utama yang tidak cocok diaplikasikan pada semua jenis kayu. Berdasarkan kondisi di atas, diperlukan senyawa pengawet kayu yang lebih berkualitas, irit dalam pemakaian, dan mengandung bahan utama yang tidak mengubah fisik, warna, dan struktur kayu, salah satunya yaitu dengan bahan kimia phenol. Senyawa phenol sudah banyak diteliti untuk mengawetkan kayu dan terbukti mampu meningkatkan struktur kayu. Phenol dapat diperoleh dari melalui pengolahan plastik komponen elektronika menggunakan metode fast pyrolysis berbasis microwave technology lebih efektif dan efisien. Komponen phenol dalam bio oil yang dihasilkan  mencapai lebih dari 90 % dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pyrolysis konvensional, dengan demikian bahan pengawet kayu dari limbah elektronik (E-Biocide) berbasis microwave technologi sangat berpotensi dijadikan sebagai peningkat produktivitas dan nilai jual e-waste.
 

Nama : Syahdan Sigit Maulana
Alamat : Jl. Cempaka Sari Timur 1 No. 12 RT. 04/ RW. 01, Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati kota semarang
No. Telepon : 085740046968