"BALUAJA" : Batako Eco-Friendly Memanfaatkan Limbah Bulu Ayam dan Abu Bonggol Jagung

Jumlah produksi jagung dan ayam potong  di Jawa Tengah, khususnya di Boyolali cukup tinggi. Keduanya menghasilkan limbah bulu ayam dan bonggol jagung yang jika dibiarkan begitu saja dapat menyebabkan pencemaran lingkungan serta sarang berbagai penyakit (Periasamy dan Subash, 2004). Padahal kedua limbah tersebut sebenarnya memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Bulu ayam mengandung serat kasar dari keratin yang berikatan satu sama lain sehingga menjadikannya kuat namun ringan. Bonggol jagung memiliki kandungan silika oksida sebesar 68,5% dengan kerekatan seperti semen. Dengan begitu, kedua limbah dapat digunakan sebagai campuran bahan batako yang bermutu tinggi. Batako dipilih karena kebutuhannya sangat tinggi di pasaran. Campuran bulu ayam dan bonggol jagung menghasilkan batako “BALUAJA” yang lebih kuat, tahan lama dan ramah lingkungan (eco-friendly) namun tetap memenuhi dan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Berdasarkan hasil uji daya tekan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik UNS, batako campuran bulu ayam dan bonggol jagung memiliki daya tekan paling kuat dengan sampel bulu ayam sebesar 2,5% dari jumlah pasir yang digunakan dan 30 gram abu bonggol jagung, yaitu 116,75 kg/cm2. Daya tekan batako yang dijual di pasaran berkisar antara 13-35 kg/cm2 sehingga produk inovasi batako campuran bulu ayam dan bonggol jagung memiliki daya tekan 2-10 kali lebih kuat. Hasil pengujian diperkuat dengan daya serap air pada batako campuran bulu ayam dan bonggol jagung yang hanya sebesar 3,04%. Melalui penerapan konsep Triple Bottom Line, inovasi BALUAJA bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Selain dapat mengurangi dan meningkatkan nilai ekonomis limbah bulu ayam dan abu bonggol jagung, BALUAJA juga dapat menumbuhkan kegiatan permberdayaan masyarakat  di Banyudono, Boyolali.

Jumlah produksi ayam potong  di Jawa Tengah cukup tinggi. Berdasarkan data Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) jumlah produksi ayam potong di Jawa Tengah 40 juta  hingga 42 juta ekor per pekan. Besarnya limbah bulu  yang dihasilkan dari pemotongan  ayam belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Limbah bulu ayam tersebut apabila dibiarkan begitu saja dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan menjadi tempat bersarangnya penyakit (Periasamy dan Subash, 2004). Dampak lain, yaitu dapat menurunkan kualitas tanah karena limbah bulu ayam sangat sulit terdegradasi di lingkungan atau proses dekomposernya memakan waktu yang cukup lama. Bulu ayam memiliki kandungan serat kasar tersusun dari keratin yang cenderung berikatan satu sama lain sehingga menjadikannya kuat, tangguh, dan ringan. Disamping itu, pemanfaatan bulu ayam juga mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pembakaran dalam proses pemusnahan serat sintesis (Richardson, 1987).

Selain itu di Kabupaten Boyolali  terdapat banyak masyarakat yang berprofesi sebagai petani jagung. Menurut data BPS, jumlah produksi jagung di Boyolali mencapai 123.135 ton per tahun. Produksi jagung di wilayah Boyolali yang melimpah membuat ketersediaan limbah bonggol jagung sangat besar. Limbah bonggol jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran batako bermutu tinggi dan ramah lingkungan. Limbah bonggol jagung apabila dibakar akan menghasilkan abu dengan kandungan silika oksida sebesar 68,5%. Silika oksida memiliki kerekatan seperti semen sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambah atau pengganti semen dalam pembuatan batako.

Pesatnya kegiatan pembangunan pada bidang konstruksi sangat mempengaruhi perkembangan dunia teknologi bahan bangunan. Salah satu material yang dibutuhkan masyarakat dalam pembuatan rumah dan bangunan adalah Batako. Batako merupakan salah satu beton ringan cetak yang saat ini sering digunakan dalam pembuatan dinding, karena batako lebih praktis dan lebih efisien. Batako  pada  saat  ini  semakin populer  digunakan  sebagai  pengganti batu  bata  merah.  Hal  ini  disebabkan karena  batako dinilai lebih cepat dalam pembuatan  maupun  pengerjaannya untuk pasang dinding (Fuadi dkk, 2018) .

Berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan banyak bahan konstruksi utamanya batako yang memiliki kualitas yang rendah. Pemakaian batako yang cukup besar memerlukan usaha-usaha untuk menciptakan batako mutu tinggi dengan bahan baku yang berlimpah, mudah didapat, dan biaya yang murah. Hingga saat ini inovasi di bidang teknologi bahan khususnya di bidang konstruksi terus dikembangkan. Salah satu tujuannya antara lain adalah untuk memperbaiki kualitas bahan yang ada, agar semakin layak untuk digunakan dan meminimalkan terjadinya efek samping negatif bagi pemakainya. Banyaknya permasalahan yang terjadi di atas maka penulis menggagas suatu alternatif pembuatan batako ramah lingkungan dengan  memanfaatkan limbah bulu ayam dan abu bonggol jagung yaitu BALUAJA.

Inovasi ini sangat bermanfaat bagi lingkungan, sebab pembuatan batako dapat meningkatkan nilai guna serta mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah tersebut. Selain itu pembuatan batako juga mendukung upaya penerapan green building dengan peningkatan kualitas bangunan dengan menggunakan material yang berbasis olahan limbah.

  1. Batako bersifat  ramah lingkungan atau Eco-friendly   karena memanfaatkan limbah bulu ayam dan bonggol jagung.
  2. Batako bersifat kuat dan tahan lama. Berdasarkan uji daya tekan dan daya serap air, BALUAJA memiliki daya tekan 116,73 kg/cm2,  serta daya serap air sebesar 3,04%
  3. Pengembangan Batako BALUAJA berbasis pemberdayaan masyarakat dengan konsep Triple bottom line.
  4. Batako memenuhi standar kualitas mutu pertama Standar Nasional Indonesia (SNI)

Nama : Balqis Khodijatul Mukarromah
Alamat : Jl. Jembungan, Banyudono, Boyolali
No. Telepon : 085642807598