Penerapan Integrated Farming Skala Rumah Tangga

Masalah lingkungan hidup di Indonesia dan dunia semakin banyak dan penting untuk segera dicari solusinya, permasalahan utama terkait lingkungan  adalah sampah. Produksi sampah setiap hari semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah produk dan pola konsumsi masyarakat. Selama ini diketahui bahwa komposisi sampah berdasarkan jenis sampah terbanyak berupa sisa makanan 30,8% dan komposisi sampah terbesar berdasarkan sumber sampah berasal dari rumah tangga (32,4%). Diperlukan suatu alat/sistem yang bisa mengintegrasikan kegiatan pengelolaan sampah secara paripurna dengan menggabungkan beberapa kegiatan dalam satu sistem (integrated).  Integrated Farming Skala Rumah Tangga  adalah suatu sistem yang mengintegrasikan  beberapa kegiatan untuk memanfaatkan sampah menjadi multi guna.  Kegiatan tersebut mencakup pengelolaan sampah organik, konservasi air dengan menampung (pemanenan) air hujan, budidaya ikan lele dan tanaman pangan dalam pot untuk mendukung ketahanan pangan serta penghematan air dengan irigasi tetes. Sistem ini terdiri dari (1) Pengkomposan sampah rumah tangga dengan metode simple komposter. (2) Pemanfaatan hasil pengkomposan yang terdiri dari magot (belatung), POC (pupuk organik cair) dan pupuk padat. (2) Integrasi hasil pengkomposan berupa magot ke dalam kolam lele. (3) Penampungan air hujan untuk dimasukkan ke kolam lele (4) Pengaliran limpahan kolam lele. (5) Penyiraman tanaman dengan metode tetes dari pembuangan air kolam lele. Sampah organik dari hasil penampungan rumah tangga ditampung untuk dikomposkan sehingga menghasilkan magot, pupuk organik cair (POC) dan pupuk padat. Pupuk padat dan POC dimanfaatkan untuk pemupukan tanaman pangan dalam pot, sedang magot dimanfaatkan untuk pakan lele. Budidaya lele memanfaatkan penampungan air hujan dari talang. Kolam lele direkayasa terintegrasi dengan bak pengkomposan sedemikian rupa sehingga magot dari hasil pengkomposan jatuh ke dalam kolam lele. Selain itu,  kolam dirancang dengan kemiringan tertentu sehingga limpahan air kolam yang kotor akan diintegrasi untuk penyiraman tanaman-tanaman dalam pot dengan metode tetes. Penyiraman tanaman dengan sistem air tetes menggunakan pipa paralon. Dengan sistem Integrated Farming Skala Rumah Tangga  ini diharapkan akan menjadi salah satu solusi menangani permasalahan utama sampah organik, melakukan konservasi air dengan pemanenan air hujan, melakukan budidaya ikan dan penanaman tanaman pangan dalam pot yang menudukung ketahanan pangan. Apabila setiap rumah tangga telah mengimplementasikan sistem ini maka harapan akan terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, berkecukupan air dan berketahanan pangan serta peningkatan ekonomi masyarakat segera tercapai.

 

Kata kunci : Integrated Farming Skala Rumah Tangga (pengkomposan terintegrasi), pengelolaan sampah organik, konservasi air pemanenan air hujan, ketahanan pangan, penghematan air.

Masalah lingkungan hidup di Indonesia dan dunia semakin banyak dan penting untuk segera dicari solusinya, permasalahan terkait lingkungan diantaranya meliputi masalah sampah, banjir, kesulitan air bersih dan gagal panen.

Sampah

Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan tingkat konsumsi masyarakat juga bertambah banyak. Hal ini memberi kontribusi langsung pada meningkatnya volume sampah yang tidak diimbangi oleh upaya penanggulangannya. Hal ini menyebabkan banyak terjadi permasalahan lingkungan hidup seperti lingkungan menjadi kotor, jorok, bau, gejala keracunan dan merebaknya penyakit. Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional KLHK pada tahun 2020 capaiannya adalah 54,26% sampah terkelola sedangkan 45,74% sampah tidak terkelola. Dimana komposisi sampah berdasarkan jenis sampah terbanyak berupa sisa makanan 30,8% dan komposisi sampah terbesar berdasarkan sumber sampah berasal dari rumah tangga (32,4%). Dari sampah terkelola 69% nya masih dibuang ke TPA yang ini juga menjadi permasalahan baru ketika luas lahan tidak memenuhi, pengelolaan kurang baik yang bisa berdampak seperti TPA Luewigajah pada tahun 2005 meledak dan mengakibatkan 2 kampung tertimbun sampah dan lebih dari 150 orang meninggal dunia tertimbun sampah.

Banjir

Persoalan lingkungan lainnya yang menjadi permasalahan utama di Indonesia adalah banjir. Selain tingginya curah hujan, banjir merupakan dampak yang dihasilkan dari berbagai permasalahan lingkungan lain seperti gunungan sampah, rusaknya hutan dan berubahnya fungsi sungai.

Sulitnya Air Bersih

Kesulitan air bersih banyak dialami oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Musim kemarau yang berkepanjangan, polusi air, hilangnya mata air menjadi penyebab masyarakat sulit mendapatkan air bersih.

Gagal Panen

Suhu yang terlalu panas dan berkurangnya ketersediaan air akan menghambat produktivitas pertanian. Perubahan iklim juga akan menyebabkan perubahan masa tanam dan panen ataupun menyebabkan munculnya hama dan wabah penyakit pada tanaman yang sebelumnya tidak ada.

 

            Berbagai metode dan teknik dari pengelolaan sampah organik mulai dari biopori, takakura, komposter, sampai menggunakan dekomposer cacing dan magot telah dilakukan. Upaya naturalisasi dan normalisasi dalam mencegah banjir, konservasi air hingga peningkatan inovasi pertanian untuk mencegah gagal panen telahdilaksanakan. Tetapi kegiatan ini masih dilaksanakan secara sendiri-sendiri sehingga kurang efisien dan  hasilnya belum dapat dirasakan dengan baik. Perlu suatu alat/sistem yang bisa mengintegrasikan kegiatan pengelolaan sampah secara paripurna dengan menggabungkan beberapa kegiatan yang terintegrasi atau disebut Integrated Farming Skala Rumah Tangga. Integrated Farming Skala Rumah Tangga  (Pengkomposan Terintegrasi) merupakan salah satu upaya untuk menggabungkan kegiatan dalam upaya untuk memperbaiki lingkungan dimana satu dengan yang lain saling memberikan manfaat dan keuntungan.

Kegiatan tersebut adalah (1) Pengkomposan sampah rumah tangga dengan metode simple komposter. (2) Pemanfaatan hasil pengkomposan yang terdiri dari magot (belatung), POC (pupuk organik cair) dan pupuk padat. (2) Integrasi hasil pengkomposan berupa magot ke dalam kolam lele. (3) Penampungan air hujan untuk dimasukkan ke kolam lele (4) Pengaliran limpahan kolam lele. (5) Penyiraman tanaman dengan metode tetes dari pembuangan air kolam lele.

            Dengan menggabungkan kegiatan pengelolaan sampah organik yang optimal dengan menghasilkan magot untuk pakan ternak, pupuk organik cair dan padat untuk budidaya pertanian ramah lingkungan didukung dengan sistem konservasi air melalui pemanenan air hujan dengan kolam lele dan menjadikan air buangan kolam lele sebagai sarana irigasi tetes tanaman menjadi solusi yang tepat untuk memecahkan permasalah lingkungan di atas.

Merupakan satu sistem yang terintegrasi dari 4 kegiatan utama untuk pengelolaan sampah, konservasi air (pemanenan air hujan), ketahanan pangan (ternak lele dan penanaman) dan penghematan air (irigasi tetes) yang saling memberikan manfaat dan keuntungan satu sama lainnya. Penemuan yang terdahulu lebih pada satu kegiatan seperti di pengelolaan sampah (biopori, takakura, komposter, magot dan cacing); konservasi air (pemanenan air hujan, penghematan air melalui irigasi tetes); ketahanan pangan (lele bioflox, pupuk organik budidaya pertanian).

Nama : Suryono Arief Wijaya
Alamat : Kopen RT 1 RW 7 Kelurahan Ngadirejo Kecamatan Kartasura Kab Sukoharjo
No. Telepon : 085 385 892 493