Inovasi CANTIK (Canting Cap Batik) dari Kaleng Bekas

Canting cap batik adalah alat utama yang digunakan dalam proses pembuatan batik cap. Biasanya terbuat dari bahan tembaga. Namun, harga pelat tembaga sangat mahal dan ada keterbatasan bahan tembaga saat ini. Pada saat yang sama, ada banyak kaleng yang terbuang, menjadi masalah pencemaran lingkungan. Gagasan dan tujuan dari penelitian ini adalah membuat canting cap batik dari kaleng bekas yang kita sebut CANTIK sebagai alat batik yang ramah lingkungan, untuk menentukan kualitas cap batik, dan untuk menentukan kelayakan cap batik dalam beberapa aspek. Metode penelitian R&D yang digunakan untuk membuat produk ini, yang terdiri dari 6 langkah, yaitu: (1) potensi dan masalah; (2) analisis kebutuhan; (3) desain produk; (4) validasi produk; (5) revisi produk; dan (6) pengujian produk. Studi kelayakan yang digunakan melibatkan 20 responden ahli yang sering menggunakan canting cap batik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa canting cap batik CANTIK yang dibuat dari kaleng biskuit tetapi masih dengan kandungan tembaga sekitar 20%, terutama untuk bagian ganjelan dan isen. Dari aspek desain, canting cap batik CANTIK menggunakan desain gulma cacalincingan untuk bagian latar, memberikan gambar konservasi pada motif batik. Secara umum, responden ahli sepakat bahwa CANTIK memiliki kualitas yang baik dalam kekuatan, dan dapat menghasilkan kualitas batik yang baik, seperti garis yang sangat tajam dan klowongan, dan penampilan garis motif yang jelas di bagian belakang kain. Kualitas isen masih rata-rata, karena sulit untuk membuat garis-garis halus untuk isen menggunakan kaleng bekas. Keunggulan canting cap batik CANTIK adalah harganya lebih murah daripada canting cap tembaga, mudah digunakan, dan ringan. Canting cap batik CANTIK menunjukkan kelayakan tinggi yang digunakan untuk produksi massal, karena lebih mudah digunakan, dan memberikan kualitas batik yang tinggi.

 

Kata Kunci: Canting Cap Batik; Kaleng Bekas, Inovasi, Teknologi ramah lingkungan.

Canting adalah alat pokok dalam membatik yang menentukan apakah hasil pekerjaan itu disebut batik atau bukan batik. Membatik dapat dikatakan suatu penerapan teknologi karena proses melekatkan lilin pada kain harus menggunakan canting, selain itu batik juga disebut seni karena gambaran motifnya merupakan ekspresi perasaan, keinginan atau suasana hati seorang pembatik (Samsi, 2007).

Canting cap batik merupakan suatu alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan dalam melukis batik pada kain mori (Sangaji, 2007). Sejarah canting cap batik sudah ada sejak pertengahan abad ke-19. Penggunaan batik cap ini telah dicatat oleh Thomas Stamford Raffles saat ia menjadi gubernur jendral Inggris di Jawa (1811-1816). Saat itu, yang digunakan adalah baru canting cap batik berbahan dasar kayu. Kemudian pada abad selanjutnya mulai berkembang dari segi bahan utama canting cap batik menjadi berbahan utama tembaga karena dalam segi keawetan dan pola yang dicapkan ke kain mori lebih bagus daripada canting cap batik kayu. Kerajinan pembuatan canting cap merupakan kesenian yang diwariskan dari masa ke masa melalui garis keturunan maupun kemauan seseorang dalam mempelajari seni membuat canting cap.

Pembuatan canting cap batik dari awal proses persiapan bahan baku hingga jadi canting cap batik membutuhkan waktu sekitar 2 minggu, tergantung dari motif yang dipesan oleh pelanggan. Di mana untuk membuat satu motif batik cap membutuhkan satu buah canting cap batik tersendiri. Ukuran canting cap batik bervariasi, akan tetapi rata-rata menggunakan canting cap berukuran 18 x 18 cm dengan berat canting cap kira-kira 1,5-2 kg per canting capnya. Selain itu, bahan baku yang umumnya digunakan yaitu tembaga, sehingga perlu dianalisis lebih lanjut terkait dampak terhadap lingkungan yang dapat ditimbulkan dari produk tersebut, terutama terkait dengan material yang digunakan, proses pembuatannya, penggunaan pada industri batik cap, dan akhir masa hidup dari produk tersebut.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap semakin langkanya pengrajin canting cap adalah faktor pengrajin. Dikarenakan ada kebutuhan aspek keahlian, ketelitian dan pengalaman dari pengrajinnya dalam proses pembuatannya. Hal ini berakibat dalam sebulan, seorang pengrajin biasanya hanya bisa memproduksi dua atau tiga canting cap. Hal yang juga berpengaruh adalah aspek material yang dipergunakan dalam pembuatan canting cap, yakni tembaga. Lembaran tembaga termasuk mahal bahkan harganya terus naik hingga mencapai harga Rp. 120.000/kg (Marantina, 2013).

Bahkan terkadang faktor ini juga dipengaruhi aspek kekurangan stok tembaga. Sebagaimana terjadi di Pekalongan, di mana para pengrajin canting di Kelurahan Landungsari pernah mengalami kekurangan bahan baku tembaga untuk membuat canting tulis maupun cap dikarenakan pengiriman bahan baku tembaga dari Tegal terlambat datang.

Permasalahan yang digambarkan di atas, maka perlu sebuah inovasi untuk mengurangi atau memanfaatkan limbah dan menekan biaya lebih murah dalam pembuatan canting cap batik. Salah satu inovasi yang dapat diterapkan yaitu dengan memanfaatkan kaleng bekas sebagai inovasi pembuatan canting cap batik. Melalui inovasi tersebutlah, maka canting cap dari kaleng bekas ini dapat memanfaatkan limbah yang tidak terpakai atau terbuang serta menekan biaya produksi lebih murah.

Canting cap batik adalah alat yang digunakan untuk mengecapkan malam di atas permukaan kain sesuai dengan motif yang terdapat pada alat tersebut. Sejarah canting cap batik sudah ada sejak pertengahan abad ke-19. Saat itu, yang digunakan adalah canting cap batik berbahan dasar kayu. Kemudian pada abad selanjutnya mulai berkembang dari segi bahan utama canting cap batik menjadi berbahan utama tembaga karena dalam segi keawetan dan pola yang dicapkan ke kain mori lebih bagus daripada canting cap batik kayu. Canting cap batik, bahan baku yang umumnya digunakan yaitu tembaga. Tapi harga lembaran tembaga termasuk mahal bahkan terus naik hingga mencapai Rp. 120.000/kg, selain dari aspek harga yang begitu mahal juga dipengaruhi aspek ketersediaan terhadap tembaga. Tembaga adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga jumlah tembaga terbatas.

Untuk itu perlu adanya tindakan yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut. Sesuai dengan penelitian pembuatan canting batik cap (CBC) menggunakan mesin CNC Router Milling berbasis software Mastercame yang menjelaskan bahwa pembuatan canting batik cap memiliki nilai kelayakan secara teknologi dan ekonomi (Suryanto dkk, 2014). Stempel batik cap dengan CNC Router Milling bisa lebih cepat waktu pembuatannya, apalagi bila digunakan bahan aluminium, harganya lebih murah dibandingkan dengan stempel batik cap bahan tembaga. Hal tersebut selaras dengan konsep dari penelitian ini adalah memproduksi canting cap batik dengan biaya lebih murah dan cara yang tepat dalam mengatasi adanya harga tembaga yang begitu mahal. Tidak hanya Suryanto dan kawan-kawan, pendapat serupa didapati dari hasil penelitian dengan pengembangan canting cap berbahan plastik menggunakan teknologi Additive Manufacturing yang memiliki fleksibilitas dan produksi dalam waktu yang singkat (Hamidi dkk, 2017). Tujuan pada pengembangan canting cap berbahan plastik adalah untuk menemukan setup permesinan yang tepat pada pembuatan desain dan menilai efektifitas penggunaan plastik sebagai bahan dalam membuat motif cap. Selain itu, dari perbandingan perhitungan biaya dan lama produksi canting berbahan plastik ABS lebih murah dan lebih cepat untuk diproduksi persekali produksi dibandingkan dengan canting cap berbahan aluminium. Hal tersebut selaras dengan konsep dari penelitian ini adalah untuk mengurangi limbah dengan cara memanfaatkan limbah anorganik baik kaleng atau plastik untuk didaur ulang menjadi suatu produk yang bermanfaat di masyarakat dan memiliki nilai jual. Dengan cara yang kreatif dalam mengolah limbah anorganik menjadi barang yang memiliki nilai guna.

Dalam penelitian pemanfaatan aluminium dari limbah kaleng bekas sebagai bahan baku koagulan untuk pengolahan air asam tambang merupakan alternatif pengelolaan sampah anorganik yaitu kaleng bekas (Busyairi dkk, 2018). Ada persamaan tujuan dengan penelitian ini adalah dalam mengurangi sampah yang setiap hari selalu bertambah, cara untuk mengurangi limbah kaleng bekas tersebut salah satunya adalah dengan daur ulang. Daur ulang yang mengembangkan kreatifitas dengan memanfaatkan limbah kaleng bekas menjadi barang yang menarik dan bernilai jual.

Dalam penelitian KERTANEL (Kerajinan Tangan Flanel): Pemanfaatan Limbah Sampah Anorganik dari Kaleng dan Botol Bekas yang menjelaskan bahwa KERTANEL ini merupakan terobosan baru dalam penanganan limbah sampah anorganik (Dwi dkk, 2016). Pemanfaatan barang bekas ini dapat melestarikan lingkungan yang semakin hari bumi ini semakin panas atau terjadinya global warming. Pemanfaatan barang bekas ini akan dikreasi menjadi barang yang lebih berguna seperti celengan, tempat pensil, dan tempat tisu. Adanya persamaan dengan penelitian ini adalah dalam mengurangi penggunaan kaleng, membuat inovasi baru dengan limbah, menciptakan canting cap batik yang dapat mengurangi penggunaan limbah kaleng oleh masyarakat, serta menarik perhatian perajin batik cap dalam menggunakan produk penelitian ini yaitu canting cap batik dari limbah kaleng sebagai pengganti canting cap bahan tembaga.

Penelitian dengan Pemanfaatan Limbah Aluminium sebagai Bahan Baku Aksesoris yang menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah aluminium ini dapat diangkat kembali menjadi isu fashion sebagai ide masa depan tentang material aplikasi pada produk fashion dan aksesoris (Sinaga, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemanfaatan aluminium dengan inovasi baru berupa eksplorasi teknik untuk material produk fashion. Persamaan penelitian ini adalah pemanfaatan limbah kaleng yang salah satunya berbahan aluminium menjadi produk yang memiliki nilai jual dan nilai guna yang lebih tinggi.

Dengan demikian, daur ulang limbah anorganik dikhususkan untuk limbah kaleng memiliki beberapa keuntungan yaitu berkurangnya limbah kaleng karena adanya produksi canting cap batik, berkurangnya biaya pembuatan canting cap batik yang relatif lebih murah karena memanfaatkan limbah kaleng yang tidak terpakai, mengembangkan kreatifitas masyarakat dengan memanfaatkan limbah kaleng bekas menjadi barang yang menarik dan bernilai jual, serta berkurangnya pencemaran lingkungan sehingga dapat menambah estetika pada lingkungan sekitar.

 

Nama : Kartini
Alamat : Dusun Gunung Sari RT 009/RW 001, Desa Cangkol, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen
No. Telepon : 085712698034