B’NEST (Baby Nesting) untuk Developmental Care Perilaku Tidur Terjaga Neonatus di Ruang Perinatologi

Neonatus atau bayi baru lahir akan mengalami perubahan lingkungan yang sangat cepat dari kondisi intrauterin ke lingkungan extrauterin. Selama di dalam kandungan siklus irama sirkadian janin ditentukkan oleh siklus tidur-bangun ibu. Setelah lahir siklus tidur-terbangun ini akan dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yaitu metode pemberian minum, suhu, posisi, maturasi susunan saraf pusat, berat badan, asuhan perawatan, dan lingkungan sekitar seperti cahaya dan suara. Gangguan dalam siklus tidur-bangun bayi akan mengganggu maturasi neuron serta sekresi hormon pertumbuhan. Upaya untuk menekan masalah yang mungkin muncul dari proses adaptasi ini dilakukan selama masa neonatus melalui Developmental Care. Developmental Care merupakan asuhan keperawatan yang bertujuan memfasilitasi pencapaian perkembangan bayi melalui pengelolaan lingkungan dan observasi perilaku bayi sehingga terjadi peningkatan stabilisasi fungsi fisiologis dan penurunan stress. Developmental care menggunakan nesting untuk memosisikan bayi seperti posisi dalam rahim dan mengendalikan rangsangan eksternal yang berlebihan seperti stimulus vestibular, auditori, visual dan taktil. Belum adanya nesting yang terstandar dan nesting hanya dibuat dari kain bedong atau kain jarit, maka inovasi B’Nest (Baby Nesting) hadir sebagai sebuah solusi terhadap permasalahan diatas, dimana sebuah nesting dirancang mampu mengintegrasikan beberapa komponen stimulus guna memberikan kenyamanan, meningkatkan suhu tubuh, dengan desain yang simple dan modern, memperhatikan unsur developmental care, perubahan posisi bayi, adanya pocket  untuk tempat memberikan rekaman suara ibu (Biological Maternal Sounds), dan pemberian terapi musik.

Bayi baru lahir adalah individu yang sedang bertumbuh (Sembiring, 2017). Bayi baru lahir adalah suatu organisme yang sedang tumbuh yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterine. Transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupn luar kandungan merupakan perubahan drastis dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan bertahan hidup.

Adapun perbandingan sensori lingkungan intrauterine dan ekstrauterine yaitu pada sensori taktil intrauterine lembut, merasa aman nyaman sedangkan di ekstrauterine bayi sering merasakan nyeri akibat tindakan invasif, pada sensori vestibular di intrauterine pergerakan maternal, postur flexi dan ada batasan dalam bergerak, sikluas diurnal, Biological Maternal Sound (BMS), suara sekitar rahim, gelap, dan kehangatan yang konstant, temperatur/suhu yang konsisten, sedangkan di ekstrauterine posis bayi horizontal, restrain, equipment, bayi terpapar dengan suara tertawa, suara alat medis, kebisingan ruang perawatan, bayi juga terpapar dengan cahaya terang, mata tidak terlindungi, suhu diekstrauterine dengan temperatur lingkungan yang bervariasi, serta bayi berisiko tinggi kehilangan panas.

Upaya untuk menekan masalah yang mungkin muncul dari proses adaptasi ini dilakukan dengan perlakuan dini yang dilakukan selama masa neonatus (0-28 hari). Perawatan di ruang perinatologi bertujuan untuk meminimalkan hal-hal yang mempengaruhi respon bayi, membantu bayi dalam perkembangan fungsi fisiologis, mencapai kematangan fungsi neurobehaviour melalui perilaku tidur terjaga. Ketidakstabilan fungsi fisiologis pada bayi dapat ditunjukan dari perubahan denyut nadi, saturasi oksigen, tekanan darah, dan pergerakan tubuh dan kematangan fungsi neurobehaviour bayi melalu tercapainya perilaku tidur tenang dan terjaga tenang yang optimal.

Durasi tidur yang cukup dan teratur sesuai usia dapat berdampak pada peningkatan perhatian, perilaku, pembelajaran, memori, regulasi emosional, kualitas hidup dan kesehatan mental dan fisik (AAP, 2016). Menurut Poter dan Perry (1997) istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks secara mental, tanpa ada stress emosional, bebas dari kecemasan tenang secara fisik dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif  tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar yang merupakan urutan siklus dari luar berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. Manfaat secara umum dari tidur adalah keseimbangan mental, emosional dan kesehatan, menurunkan aktivitas paru, dan meningkatkan energy untuk memperbaiki sel. Fungsi dan tujuan tidur secara umum terdapat efek fisiologis dari tidur yaitu efek pada sistem saraf yaitu memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susuna saraf dan efek pada struktur tubuh yaitu memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan. The American Academy of Pediatrics (AAP) (2016), mendukung pedoman American Academy of Sleep Medicine (AASM) yang menguraikan durasi tidur yang direkomendasikan untuk bayi baru lahir yaitu lama tidur 14-18 jam per hari dengan 50% REM (rapid eye movement) dan 1 siklus tidur rata-rata 45-60 Menit. Bayi sampai usia 12 bulan harus tidur 12-16 jam per 24 jam (termasuk tidur siang)

Developmental Care adalah asuhan perkembangan merupakan asuhan keperawatan yang bertujuan untuk memfasilitasi pencapaian perkembangan bayi melalui pengelolaan lingkungan dan observasi perilaku individu sehingga terjadi peningkatan stabilisasi fungsi fisiologis dan penurunan stress (Rick, 2006; Haumont, 2014; Westrup, 2014; Silberstein & Litmanovitz, 2016). Implikasi Developmental care pada bayi baru lahir diantaranya adalah memosisikan bayi seperti posisi dalam Rahim dan mengendalikan rangsangan eksternal yang berlebihan (vestibular, auditori, visual, taktil). Asuhan perkembangan harus dilakukan secara konsisten, dimulai segera mungkin sejak di kamar bersalin, dan dilanjutkan pada saat melakukan prosedur ataupun perawatan rutin. Pelaksanaan developmental care harus selalu melibatkan keluarga supaya terdapat ikatan batin antara keluarga dan bayi, serta membiasakan orang tua merawat anaknya sehingga persiapan pulang berjalan dengan lebih mudah.

Salah satu subsistem dalam developmental care adalah tercapainya state organization subsystem yaitu keadaan tidur terjaga. Implikasi asuhan keperawatan supportif untuk mecapai state organization subsystem dalam developmental care melalui intervensi memberikan nesting, memosisikan bayi, dan mestimuluas bayi dengan Biological Maternal Sounds dan terapi musik sehingga meningkatkan perilaku tidur terjaga bayi melalui pencapaian waktu tidur tenang bayi dan terjaga tenang lebih optimal.

Salah satu pelaksanaan developmental care adalah penerapan nesting. Tujuannya adalah penerapan asuhan keperawatan suportif untuk memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan, perkembangan serta perbaikan status kesehatan bagi bayi baru lahir yang dirawat di ruang khusus seperti Perinatologi (Kanner and McGrath, 2004, p. 91). Adapun intervensi dasar dalam asuhan perkembangan diantaranya adalah intervensi pendengaran dengan meminimalkan suara, memberikan terapi music, memberikan nesting dan positioning, serta pengaturan irama sirkadian dengan perilaku tidur terjaga.

Penggunaan nesting pada bayi juga dapat meningkatkan rerata suhu tubuh, saturasi oksigen, dan frekuensi nadi pada bayi baru lahir, setelah penggunaan nesting. Sehingga disarankan secara berkelanjutan pada bayi bayi baru lahir untuk bisa dilaksanakan dengan cepat dan tepat. (Nanang dan Isti, 2018). Selain itu nesting juga bisa digunakan pada bayi dengan berat kurang dari 1000 gram sampai dengan 3500 gram.

Selain itu adanya pengaruh yang signifikan pada saat bayi menggunakan nesting terhadap perilaku bayi. Sehingga penggunaan nesting sebagai bentuk developmental care dapat memfasilitasi pencapaian istirahat yang lebih baik, sehingga perlu diimplementasikan dalam perawatan bayi di ruang perinatologi.

Oleh sebab itu berdasarkan hasil telaah jurnal dan artikel ; Suryani, dkk. 2023, Vanessa, dkk (2022) yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil ; pengaruh penggunaan nesting terhadap posisi bayi, perubahan SpO2, suhu dan nadi. Sehingga peneliti ingin mengembangkan nesting menjadi sebuah alat yang dapat meminimalisir pergerakan yang berlebihan dan dapat memberi kenyamanan pada bayi. Oleh sebab itu peneliti mendesain nesting yang lebih simpel dan mudah digunakan. Dengan desain yang yang dapat meningkatakan kenyamanan dan keamanan. Berbeda dengan nesting yang dibuat secara manual seperti yang sering digunakan di ruang perawatan bayi pada saat di Rumah Sakit.

Bayi sangat tergantung pada struktur organic dari irama jantung ibunya, pola nafas Ibunya, dan vibrasi nada saat Ibunya bersuara untuk mendukung fungsi regulatory pada system neurobehavior (Loewy, Stewart, Dassler, Telsey, & Homel, 2013). Keadaan status tidur tenang ini juga pada bayi dianggap sesuatu yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan (healing) karena sistem oksigenasi akan meningkat sehingga status tidur ini sangat bermanfaat bagi bayi dengan masalah pernafasan (Adam & Oswald, 1984; Gabriel et al., 1980; Martin et al., 1979,  dalam Kenner & Lott, 2007).

Selama di dalamam kandungan siklus irama sirkadian janin ditentukkan oleh siklus tidur-bangun ibu. Setelah lahir siklus tidur-terbangun ini akan dipengaruhi oleh beberapa keadaan, antara lain metode pemberian minum, suhu, posisi, maturasi susunan saraf pusat, berat badan, asuhan perawatan, dan lingkungan sekitar (misalnya cahaya, suara). Gangguan dalam siklus tidur-bangun akan  mengganggu maturasi neuron serta sekresi hormon pertumbuhan Perilaku tidur-terjaga merupakan gambaran respon bayi terhadap intervensi keperawatan (Johnson et al., 1999; dalam Kenner & Lott, 2007). Perilaku tidur-terjaga merupakan salah satu aspek dari pengkajian NBAS yaitu state regulatory yaitu kemampuan fungsi neurobehavior bayi dalam pengaturan status tidur dan status terjaga.

Aspek penting dalam perkembangan neurobehavior karena merupakan gambaran efektifitas respon bayi terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sekitar. Perilaku tidur-terjaga merupakan perilaku yang cenderung terjadi secara bersamaan dan merupakan gambaran tingkat keterjagaan bayi, cara bayi bereaksi terhadap stimulus eksternal serta aktivasi mendasar sistem syaraf pusat (Kenner & Lott, 2007).

Pergerakan tonus motorik pada tingkat tonik bertahan dalam status tidur tenang ini. Perilaku seperti tersedak, menguap, pergerakan mulut, Tidur tenang digambarkan dengan hilangnya pergerakan anggota tubuh dan terjadi status pernafasan yang teratur. Pada tidur tenang terjadinya suatu pergerakan tonus motorik pada tingkat tonik bertahan dalam status tidur tenang ini. Perilaku seperti tersedak, menguap, pergerakan mulut, ekspresi wajah yang berlebihan, dan pergerakan-pergerakan yang besar tidak pernah terjadi dalam status tidur tenang, akan tetapi perilaku-perilaku ini muncul pada status tidur aktif (Holditch & David et al,., 2003, dalam Kenner & Lott, 2007).

Tidur tenang dibutuhkan oleh bayi prematur untuk beristirahat, pemulihan, proses pertumbuhan, serta dapat menyebabkan status pernafasan lebih teratur. Terjaga tenang adalah mata bayi terbuka, bersinar dan melebar, fokus penglihatan ke sekeliling lingkungan dan stimulus yang ada, aktifitas tubuh sedikit, gerakan tubuh minimal, wajah cerah, nafas teratur, perhatian bayi paling banyak terhadap keadaan lingkungan, fokus perhatian terhadap setiap rangsang yang datang dan pada kondisi terjaga tenang, bayi berada dalam keadaan terjaga optimal (Blackburn, 2003, dalam National Association of Neonatal Nurses, 2004).

 

Kebutuhan di Masyarakat yang Ingin Diselesaikan dan Solusi yang ditawarkan dari produk inovasi yang diajukan

Posisi bayi baru lahir harus dibuat semirip mungkin dengan posisi intrauterine, untuk mencegah gangguan perkembangan motorik, terutama pada bayi kurang bulan dengan sistem neuromotorik dan muskuloskeletal yang belum berkembang sempurna. Perlu digunakan penunjang posisi/sarang (nest) dalam jangka waku tertentu guna membantu organisasi motorik, mencegah pengeluaran energi berlebihan, mencapai stabilitas, dan mengurangi kelelahan. Pengamatan respons/sinyal bayi terhadap perubahan posisi perlu dilakukan sebelum, selama, maupun setelah perubahan posisi. Posisi sebaiknya diubah menjadi terlentang, tidur miring dan tengkurap tiap 4 jam. Pada posisi tengkurap, kepala bayi sebaiknya diubah kekanan atau kiri secara bergantian.

Belum adanya sebuah intervensi dasar dari asuhan perkembangan yang mengintegrasikan semua kebutuhan bayi baru lahir dalam dalam satu terapi modalitas membuat Perawat di Ruang Perinatologi masih belum sepenuhnya dalam pelaksanaan developmental care. Sehingga inovasi B’Nest atau Baby Nesting hadir sebagai sebuah solusi terhadap permasalahan diatas, dimana integrasi pembuatan nesting yang memenuhi lima komponen dalam intervensi kesehatan bayi baru lahir adalah B’Nest dengan konsep nesting bayi yang aman, nyaman dan memperhatikan unsur developmental care dengan perubahan posisi bayi, adanya pocket untuk tempat memberikan rekaman suara ibu dalam Biological Maternal Sounds, pemberian terapi musik, sehingga bayi mencapai tidur tenang dan terjaga tenang  lebih optimal. Tercapainya tidur tenang dan terjaga tenang pada bayi lahir sehingga bayi dapat meminimalkan pengeluaran Resting Energy Expenditure (REE) sehingga energi yang ada digunakan bayi untuk menaikkan berat badan dan memperbaiki sel dan jaringan dalam tubuhnya. Selanjutnya adanya penambahan pocket untuk intervensi BMS adalah karena seharusnya bayi baru lahir hanya mendengarkan suara Ibunya seperti saat bayi masih berada dalam rahimm Ibunya.

 

Sejarah Inovasi dan Pengembangan produk inovasi

Neonatus yang diberikan nesting akan tetap pada posisi fleksi sehingga mirip dengan posisi seperti didalam rahim ibu. Posisi terbaik pada bayi baru lahir adalah dengan melakukan posisi fleksi karena posisi bayi mempengaruhi banyaknya energi yang dikeluarkan oleh tubuh (Priya and Bijlani, 2009, p. 25). Pemberian nesting atau sarang untuk menampung pergerakan yang berlebihan dan memberi bayi tempat yang nyaman, pengaturan posisi fleksi untuk mempertahankan normalitas batang tubuh dan mendukung regulasi dini (Kanner and McGrath, 2004, p. 60).

Nesting berasal dari kata nest yang berarti sarang. Filosofi ini diambil dari sangkar burung yang dipersiapkan induk burung bagi anak-anaknya yang baru lahir, ini dimaksudkan agar anak burung tersebut tidak jatuh dan induk mudah mengawasinya (Bayuningsih, 2011). Penggunaan nesting pada neonatus, bayi menggunakan posisi flexi (menekuk), karena posisi ini mirip seperti di dalam rahim ibu. Posisi flexi ini juga baik untuk bayi bayi baru lahir, karena pada posisi seperti ini dapat mempengaruhi banyaknya energi yang dikeluarkan oleh tubuh, sehingga diharapkan dengan posisi flexi ini bayi tidak banyak mengeluarkan energi, yang sebenarnya energi tersebut masih sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Nesting merupakan suatu alat yang digunakan di Ruang Perinatologi yang terbuat dari bahan phlanyl dengan panjang sekitar 121-132 cm. Nesting ini disesuaikan dengan panjang badan bayi yang diberikan pada bayi baru lahir. Nesting juga ditujukan untuk meminimalkan pergerakan pada neonatus sebagai salah satu bentuk konservasi energi yang salah satunya merupakan bentuk dari intervensi keperawatan (Bayuningsih, 2011).

Bentuk dari teknik nesting ini dilakukan dengan cara membuat lingkaran dari kain, besar lingkaran ini disesuaikan dengan tinggi badan bayi. Lalu bayi diletakan di tengah-tengah kain yang sudah dibuat lingkaran dengan posisi flexi. Selain posisi flexi, posisi yang digunakan dalam teknik nesting ini. Yaitu ; Posisi supinasi, Posisi Pronasi, Posisi Side Lying (Miring). Nesting ini juga dapat menjaga bayi agar tetap hangat, karena bayi baru lahir beresiko untuk mengalami penurunan suhu. Selain untuk menjaga agar tetap hangat nesting juga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas tidur, menjaga bayi agar tetap pada posisi yang tepat, mencegah hipotermia.

Nesting adalah suatu alat yang menggunakan linen yang bertujuan untuk menyanggah posisi tidur bayi sehingga meminimalkan pergerakan bayi. Penggunaan nesting ini bertujuan untuk menstabilkan postur tubuh bayi. Ketika bayi berbaring di nesting, maka akan lebih sering menampilkan postur fleksi adduksi bahu dan siku, pinggul dan lutut fleksi, dan kepala berada di garis tengah. Nesting juga dikaitkan dengan peningkatan gerakan pergelangan tangan yang elegan dan gerakan menuju garis tengah serta mengurangi gerakan tiba-tiba dari anggota gerak badan bayi.

 

Bahan B'NEST

  1. Kain bermotif yang disuaki oleh anak-anak berbahan katun jepang, tidak menyebabkan rasa panas, lembut dikulit, dan tidak menyebabkan iritasi.
  2. Dakron berfungsi sebagai bahan isi dari kain katun yang sudah didesain sebagai nesting.
  3. Busa berfungsi sebagai alas nessting jika tidak digunakan didalam inkubator.

 

Cara Pembuatan

  1. Membuat desain terlebih dahulu untuk gambaran pembuatan Nesting
  2. Menyiapkan alat dan bahan yang terdiri daro kain bermotif yang cocok untuk anak, perekat, benang, busa/dakron
  3. Membuat pola sesuai dengan desain yang dirancang pada kain bermotif
  4. Potong kain bermotif sesuai dengan kebutuhan yang akan dibuat
  5. Menjahit kain bermotif sesuai desain dan masukan busa/dakron lalu jahit kembali agar tertututp
  6. Tambahakan perekat untuk mengukur kesesuaian nesting pada bayi agar pas

 

Fungsi B'NEST

  1. Menstabilkan postur tubuh bayi.
  2. Efisiensi waktu pada saat penggunaan nesting.
  3. Meningkatkan kenyamanan bayi pada saat di dalam inkubator.
  4. Efektif untuk meningkatkan suhu tubuh bayi terutama bayi dengan berat lahir rendah.
  5. Sebagai developmental care pada bayi : memodifikasi lingkungan bayi prematur untuk mengurangi stresor eksternal.

Nama : Ns. Lutfia Abdunisa, S.Kep.
Alamat : Sidabowa RT 05 RW 07, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas 53171
No. Telepon : 085712958363