Buta warna merupakan istilah umum suatu keadaan atau kondisi di mana kualitas penglihatan terhadap warna terganggu. Pada penderita buta warna mengalami kesukaran untuk membedakan nuansa warna tertentu. Buta warna juga disebut dengan Colour Vision Deficiency (CVD) dengan memperhatikan prevalensi buta warna di Indonesia sebanyak 0,7% yang merupakan penyebab disabilitas. Oleh karena itu dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang sudah semakin canggih, maka perlunya dikembangkan suatu alat tes buta warna berbasis Internet of Things (IoT) yang dapat membantu pengguna mengecek gangguan persepsi warna yang dapat diterapkan dengan pengecekan buta warna sejak dini. Tes Ishihara adalah metode yang digunakan untuk mendeteksi gangguan persepsi warna, berupa tabel warna khusus berupa lembaran pseudoisokromatik (plate) yang disusun oleh titik-titik dengan kepadatan warna berbeda yang dapat dilihat dengan mata normal, tapi tidak bisa dilihat oleh mata yang mengalami defisiensi sebagian warna.Dalam mendukung prinsip ekonomi sirkular, alat tes buta warna berbasis IoT ini dibuat dengan komponen modular yang dapat didaur ulang dengan menggunakan bahan ramah lingkungan, serta memungkinkan proses perbaikan dan pembaruan perangkat lunak secara berkala untuk memperpanjang masa pakai alat tes. Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat ini memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan melalui desain berkelanjutan. Dengan inovasi alat yang kami kembangkan melalui alat yang kami buat ini sudah berbasis IoT (Internet of Things) dan dapat diakses melalui spreadsheet serta data hasil pemeriksaan berbentuk dokumen digital dan dapat dicetak sebagai optional. Alat ini juga mempermudah pasien dalam pemeriksaan tes buta warna sebagai pengganti tes buta warna yang masih memakai buku tes ishihara.
Kata kunci: Buta Warna,ekonomi Sirkular,Ishihara
Indera penglihatan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam mengenali cahaya dan warna. Namun, tidak semua orang memiliki penglihatan normal. Salah satu gangguan yang sering terjadi adalah buta warna, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan warna tertentu. Buta warna dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun konsumsi obat-obatan tertentu (N. Badriyah, 2019). Terdapat dua jenis buta warna, yaitu parsial dan total, yang biasanya dideteksi melalui tes Ishihara. Tes Ishihara menggunakan pelat berisi titik-titik warna membentuk angka atau pola tertentu yang hanya dapat dibaca oleh mata normal. Tes ini masih dilakukan secara konvensional dengan menggunakan buku ishihara. Buku ini rentan rusak akibat sobek atau basah dan tidak sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular, karena menghasilkan limbah kertas dan tidak dapat digunakan jangka waktu yang panjang.
Sebagai solusi, dikembangkan alat “Smart Vision” yang mengintegrasikan teknologi Internet of Things (IoT) dan prinsip ekonomi sirkular. Alat didesain dengan memiliki dua tipe soal yaitu soal berbentuk angka dan jalur. Soal-soal tersebut ditampilkan secara acak melalui sistem algoritma bank soal dan hasil tes disimpan dalam bentuk dokumen digital untuk mengurangi penggunaan kertas secara berlebihan. Dengan memanfaatkan teknologi yang semakin canggih salah satunya di dalam bidang kesehatan, maka dikembangkan sebuah alat “Integrasi Teknologi IoT dan Ekonomi Sirkular dalam Smart Vision : Solusi Tes Buta Warna Masa Depan” yang dapat menjawab permasalahan dari ekonomi sirkular. Alat Tes buta warna berbasis IoT ini menggunakan Nextion sebagai layar tampilan untuk menampilkan gambar pelat-pelat soal dengan berdasarkan metode ishihara sehingga dapat digunakan dalam waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan buku tes ishihara. Alat ini juga lebih murah dalam hal maintenance karena jika terjadi kerusakan pada alat hanya perlu mengganti komponen tertentu. Casing alat yang sudah menggunakan print 3D memudahkan untuk alat dapat didaur ulang menjadi bahan pakai lainnya seperti batako apabila alat nantinya sudah tidak lagi digunakan.
Pembaharuan dari alat yang sebelumnya yaitu :
1. Alat ini menghasilkan hasil tes dalam bentuk dokumen digital, sehingga mendukung pengarsipan elektronik dan mengurangi penggunaan kertas.
2. Inovasi ini menerapkan prinsip ekonomi sirkular, karena bahan seperti casing 3D print dapat didaur ulang menjadi produk lain seperti batako.
3. Biaya perawatan alat ini lebih hemat karena jika terjadi kerusakan, hanya perlu mengganti komponen tertentu tanpa harus mengganti seluruh unit.
4. Ketahanan alat jauh lebih baik dibandingkan buku tes Ishihara konvensional, karena tidak rentan terhadap kerusakan fisik seperti sobek atau basah.
5. Sistem soal yang digunakan bersifat acak dan variatif, mencakup soal berbentuk angka dan jalur, sehingga hasil tes lebih akurat dan tidak monoton.
6. Alat ini dilengkapi dengan layar Nextion yang menampilkan gambar pelat Ishihara secara digital dengan kualitas visual yang jelas dan menarik.
7. Inovasi ini mendukung digitalisasi di bidang kesehatan karena hasil tes mudah diintegrasikan dengan sistem rekam medis elektronik.
8. Pengembangan alat ini juga memberikan dampak ekonomi positif dengan meningkatkan nilai jual daerah sebagai pusat inovasi teknologi kesehatan.
Nama | : | Putri Charismatul Jannah |
Alamat | : | DK. Bambankerep RT 01/RW 04 Kelurahan Kedungpani, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah. |
No. Telepon | : | 088233679589 |