ES CREAM WALORS (Wader Kelor) INOVASI MAKANAN TAMBAHAN ASI DAN MAKANAN TAMBAHAN IBU HAMIL UNTUK CEGAH STUNTING

                                                                                                                                       ABSTRAK

Ikan wader dan daun kelor adalah produk pangan lokal yang terdapat di Kabupaten Semarang dan mempunyai nilai gizi yang tinggi, sehingga berpotensi untuk diolah kembali menjadi produk inovasi yang sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang balita stunting dan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum. Es Cream Walors merupakan makanan pendamping ASI dan makanan tambahan ibu hamil yang mempunyai nilai protein dan antioksidan yang tinggi

Tujuan Mengetahui cara pembuatan Es Cream Walors berbahan dasar susu, tepung ikan wader dan daun kelor serta melatih kreatifitas masyarakat dalam pemanfaatan pangan lokal.

Jenis penelitian yang digunakan adalah pengabdian kepada masyarakat yang meliputi penyluhan kepada orang tua balita dan ibu hamil, dengan materi Cegah Stunting dan proses pembuatan es Cream Walors.

Hasil penelitian meliputi kegiatan pembuatan es cream Walors dan penyuluhan kepada orang tua balita dan ibu hamil untuk mencegah stunting. Analisis nilai gizi formula MP ASI Es Cream Walors dilakukan di Center Food and Agriculture UNIKA Semarang dengan hasil : air 60,692%, protein 1,285%, abu 0,826%, lemak 0,482%, karbohidrat 36,714%, antioksidan 2,440 Makanan pendamping ASI dan makanan tambahan ibu hamil Es Cream Walors layak untuk dijadikan sebuah produk inovasi makanan pendamping ASI dan makaan tambahan ibu hamil untuk cegah stunting

Kata kunci: Balita, ibu hamil , Inovasi, Walors

 

 

Salah satu masalah Kesehatan yang ada pada masyarakat yaitu stunting, Stunting atau disebut “kerdil (pendek / sangat pendek)” merupakan kondisi gagal tumbuh pada bayi (0-11 bulan) dan anak balita (12-59 bulan) akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi, diantaranya pola pengasuhan gizi yang kurang baik, termasuk kurang pengetahuannya ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum masa kehamilan serta setelah ibu melahirkan. Intervensi yang sangat menentukan untuk mengurangi stunting perlu dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan dari anak balita. Beberapa penelitian menunjukan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan hanya sebesar 22,8%, 36,6% anak usia 7-23 bulan menerima makanan pendamping ASI (MPASI) yang sesuai dengan rekomendasi tentang pengaturan waktu, frekuensi dan kualitas (Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI, 2018).

Dasar pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) adalah Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang gerakan nasional percepatan perbaikan gizi sebagai upaya penyelamatan seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) & penurunan stunting. Menindak lanjuti dari Peraturan Presiden tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang menetapkan INSTRUKSI BUPATI SEMARANG NOMOR 002318 / 2019 tentang Gerakan Penanganan Stunting di Kabupaten Semarang dengan memberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada balita stunting, hal ini merujuk pada data balita stunting yang ada di wilayah kabupaten Semarang.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang pada 5 tahun terakhir (terhitung dari Tahun 2017 sampai Tahun 2022) persentase angka stunting mengalami penurunan dari 7,83% (Tahun 2017) menjadi 4,61% (pada Tahun 2022).

Tabel 1. Data Balita Stunting Di Kabupaten Semarang

No

Uraian

2017

2018

2019

2020

2021

2022

1

Stunting

5,733

4,431

3,915

3,817

3,930

3,284

 

Jumlah Seluruh balita

73,203

72,104

72,979

71,870

71,545

71,291

 

% Stunting

7,83

6,15

5,36

5,31

5,49

4,61

Sumber: Data Primer Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang (2022)

Makanan pendamping ASI (MPASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP ASI bemanfaat untuk memenuhi kebutuhan dan pertumbuhan bayi yang semakin meningkat dan untuk membiasakan bayi pada berbagai macam makanan yang bergizi, mudah dicerna dengan berbagai macam rasa, bentuk dan nilai gizi. Bahan utama dalam pembuatan MP-ASI merupakan sumber energi dalam bentuk karbohidrat sedangkan bahan-bahan lainnya ditambahkan untuk melengkapi asam amino yang kurang dalam bahan utama dan juga berguna untuk menaikkan kadar protein dan lemaknya. Perbandingan bahan makanan penyusun makanan bayi harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi bayi (Hermana 1977 dalam Marta, 2011).

Pencegahan stunting pada ibu hamil masih terus menjadi prioritas bagi pemerintah. Ibu hamil perlu waspada ketika mual dan muntah berlebihan (Hiperemesis Gravidarum). Jika hiperemesis gravidarum tak diatasi dengan tepat dan segera, bisa menyebabkan dehidrasi, cadangan lemak dan karbohidrat pun akan habis terpakai untuk keperluan energi. Ibu hamil bisa mengalami KEK (kurang Energi Kronis). Bahaya lain, bisa terjadi robekan selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma Mallory-Weiss), hingga dapat merenggut nyawa ibu hamil. Dengan asupan makan dalam jumlah porsi kecil dan tidak menimbulkan rasa mual, diharapkan dapat mencukupi asupan gizi bagi ibu hamil.

Es krim merupakan produk pangan beku dengan bahan dasar susu yang dibuat dengan cara dibekukan sambil dilakukan proses pemgadukan (agitasi). Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat es krim yaitu susu, pemanis,penstabil, pewarna dan perisa (Deosarkar, 2016). Es krim memiliki rasa yang cenderung manis, lembut dan memiliki sensasi menyegarkan. Es krim digemari oleh berbagai kalangan masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi es krim di Indonesia yang memiliki rata-rata konsumsi sebesar 0,73L pada tahun 2020

Daun kelor biasanya dikonsumsi sebagai sayuran dengan rasa yang khas. Daun kelor memiliki kandungan kalsium yang tinggi dan kaya akan zat besi. Menurut hasil penelitian Pangaribuan (2013) kadar serat pada serbuk kelor adalah sebesar 24,01%, sementara menurut Fuglie (2001), kandungan kalsium pada daun kelor mencapai 440 mg/100 g dan kandungan serat sebesar 16,857 g/100 g.

Ikan Wader (Rasbora sp) merupakan ikan khas di Danau Rawapening yang termasuk kedalam komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai jual tinggi. Ikan Wader Ijo memiliki daging yang lezat dengan tekstur yang kenyal namun tidak memiiki duri yang banyak, oleh sebab itu ikan ini sangat digemari oleh masyarakat sekitar untuk dikonsumsi (Dewi, 2005). Ikan wader merupakan ikan air tawar dengan kandungan protein 14.8 g/100g (Zaelani, 2012).

Kandungan gizi yang tinggi tersebut membuat ikan wader dan daun kelor berpotensi untuk diolah kembali menjadi produk MP ASI yang sangat disenangi balita dan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum untuk mencegah generasi stunting. Es Cream Walors dapat memberikan sumbangan protein yang tinggi untuk mendukung tumbuh kembang balita stunting dan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum. Dengan asupan tinggi protein yang tinggi maka akan mencegah balita stunting dan ibu melahirakan bayi stunting.

Ikan Wader dan daun kelor yang merupakan sumber protein diolah menjadi Makanan Pendamping (MP) ASI dalam bentuk es cream diperuntukkan bagi ibu hamil yang mengalami mual dan muntah serta balita yang sedang tumbuh kembang untuk mencegah stunting. Pencegahan stunting pada ibu hamil masih terus menjadi prioritas bagi pemerintah. Anak yang mengalami masalah pertumbuhan sejak di dalam kandungan akan berisiko mengalami stunting pada saat balita kelak.. Ibu hamil memerlukan tambahan zat gizi untuk pertumbuhan janin, plasenta dan organ atau jaringan lainnya. Ibu hamil memerlukan tambahan energi rata-rata 200 kkal per hari (Rikerdas, 2010). Untuk itu ibu hamil harus menambah asupan makan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Selain itu, ibu hamil harus menerapkan pola konsumsi yang baik agar kebutuhan zat gizinya selama kehamilan terpenuhi dan terhindar dari risiko kekurangan gizi. Apabila asupan makanan yang cukup gizi pada ibu hamil tidak terpenuhi, maka cenderung akan mengalami kekurangan zat gizi tertentu pada ibu tersebut seperti Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Adanya pembentukan sel baru akan mendorong permintaan protein dalam waktu cepat dan akan membutuhkan peningkatan jumlah protein baik dari cadangan maupun dari makanan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh mengalami defisiensi protein apabila kebutuhan protein tidak terpenuhi. Kekurangan protein dalam waktu cepat akan menyebabkan disritmia lambung dan menimbulkan perasaan mual. Selain itu, konsumsi protein dalam jumlah cukup dapat merangsang sekresi gastrin yang dapat berperan dalam mempertahankan irama lambung. Sebanyak 49,5% perempuan hamil mengkonsumsi protein dibawah 80% dari yang dibutuhkannya semasa kehamilan dan 44,8% perempuan hamil itu juga kurang mendapatkan asupan energi secara total yakni masih dibawah 70% dari yang dibutuhkan.dibandingkan kalsium pada susu. Dengan demikian, daun kelor sangat berpotensi untuk diolah menjadi eskrim yang dapat digunakan sebagai bahan untuk mencukupi gizi pada penderita stunting. Penambahan daun kelor untuk pembuatan eskrim sangat menbantu pemenuhan kalsium pada ibu hamil. Dalam pemenuhan protein sebanyak 67-100 gram dan kalsium ± 1200mg per hari, produk inovasi es krim kelor dan wader diharapkan menambah asupan protein dan kalsium ibu hamil.

Keunggulan :

  1. Pembuatan es krim menggunakan penambahan daun kelor dan ikan wader dapat menambah kandungan gizi, terutama protein dan kalsium.
  2. Pengubahan daun kelor dan ikan wader menjadi bubuk dapat meningkatkan nilai kalori, kandungan protein, kalsium, zat besi dan vitamin A
  3. Daun kelor mengandung besi 28,29 mg dalam 100 gram dan meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil trimester 2 dan 3
  4. Kandungan kalsium dan besi yang tinggi pada daun kelor dan ikan wader dibutuhkan oleh balita gizi untuk tumbuh kembang dan ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia.
  5. Membiasakan anak dengan kuliner lokall. Memberikan MPASI bahan pangan lokal akan membantu anak terbiasa dengan kekayaan kuliner. Variasi menu lokal juga akan mempermudah anak melalui masa transisi menuju hidangan keluarga.
  6. Ibu hamil yang sulit makan makanan padat atau berbumbu tajam akan lebih mudah untuk mengkonsumsi es cream yang porsi sekali makan lebih kecil
  7. lebih dari 50% ibu hamil membutuhkan pemberian makanan tambahan yang berfokus pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro bagi ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah dan Balita Pendek (Stunting).
  8. Kondisi bahan pangan lokal dalam keadaan segar..Makanan segar memberikan nutrisi yang lebih, vitamin dan mineral yang terkandung didalam makanan segar tidak terpengaruh dengan teknologi pengawetan makanan sehingga lebih terjaga dalam hal kuantitas jumlah nutrisi yang ada.

Nama : Ike Listiyowati, STP.M.Gizi
Alamat : Jl Gedang Asri II no 24 Rt 06 /Rw 08 Kabupaten Semarang
No. Telepon : 081237061535