ANGKRINGAN MOBILE MILLENIAL TERKONEKSI "HEC" (HEATER ELECTRIC AND CONNECTION)

Angkringan di era modern seperti saat ini, selain sebagai tempat makan telah menjadi wadah masyarakat untuk berinteraksi sosial. Angkringan mampu menjangkau konsumen dari berbagai kalangan, baik dengan sajian makanan khasnya maupun dengan tambahan tawaran fasilitasnya. Bisnis angkringan mengikuti perkembangan teknologi dan segmen pasar agar tetap beroperasi. Kini terdapat dua konsep angkringan di lingkungan masyarakat, yakni angkringan konvensional dan angkringan modern. Berdasarkan menu makanan dan minuman yang disediakan tidak jauh berbeda. Perbedaan keduanya terletak pada fasilitas yang ditawarkan. Proposal penelitian ini, dengan judul Angkringan Mobile Millenial Terkoneksi HEC merupakan inovasi baru dalam bisnis angkringan. Kebaruan tersebut berupa penggunaan penggerak motor listrik yang lebih ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi udara dan suara. Selain itu, terdapat panel surya untuk membantu melakukan pengisian ulang daya saat atap motor roda tiga berada di bawah sinar matahari. Motor listrik ini bisa digunakan untuk menghidupkan berbagai peralatan listrik seperti kompor listrik, teko listrik serta kelistrikan yang menyangkut motor listrik roda 3.

Angkringan dikenal sebagai alat untuk menjalankan usaha kuliner yang menjual berbagai makanan dan minuman di pinggir jalan. Angkringan berasal dari kata “angkring” yang berarti pikulan, “angkringan” alat untuk memikul. Istilah “angkringan” di Yogyakarta didapatkan karena masyarakat yang datang biasanya makan dan minum sambil duduk “methangkring” atau mengangkat salah satu kakinya ke atas bangku atau kursi. Sedangkan di daerah Solo, angkringan disebut dengan HIK, yang merupakan singkatan dari hidangan istimewa kampung. Hidangannya tidak jauh berbeda dengan angkringan. Minuman khas angkringan adalah kopi joss, yakni kopi tubruk yang diseduh dengan air mendidih dan ditambah bara arang ke dalam cangkir. Selain itu, ada wedang the, wedang jahe, wedang jeruk, dan susu segar. Sedangkan makanan khasnya berupa nasi kucing yang sering disebut “sego kucing”. Nasi kucing yaitu nasi bungkus dengan porsi kecil yang diberi lauk sambel dan ikan teri atau bandeng. Selain itu, terdapat berbagai jenis gorengan, sundukan atau cemilan yang ditusuk menggunakan tusuk sate seperti usus, telu puyuh, keong, brutu, hati ayam, dan lain-lain.

Seiring berkembangnya peminat angkringan, bisnis ini mengalami perkembangan. Terdapat dua konsep angkringan, yaitu angkringan konvensional dan angkringan modern. Angkringan konvensional dapat ditemui di gerobak tenda pinggir jalan. Angkringan ini beroperasi dari sore hingga dini hari. Sedangkan angkringan modern menawarkan makanan dan minuman khas angkringan dengan tema santai dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti tempat duduk yang nyaman dan santai, kamar mandi, wifi, solo organ, dan pelayan. Angkringan ini memberikan kenyamanan kepada konsumen untuk menikmati makanan dengan suasana yang santai.

Perkembangan teknologi menjadi hal yang layak dipertimbangkan bagi pegiat bisnis angkringan konvensional. Salah satu yang perlu dipertimbangkan adalah penggunaan arang kayu dan gas alam untuk memasak. Data dari kementrian ESDM tahun 2021 yang dikutip dari lama www.dataindonesia.id penggunaan gas alam untuk sektor rumah tangga merupakan konsumsi terbesar, yaitu sebanyak 69,93 juta BOE. Ketergantungan terhadap gas alam tersebut menjadikan gas tabung LPG sulit dicari untuk dibeli. Selain itu, angkringan konvensional yang menggunakan gerobak dorong memiliki mobilitas yang terbatas karena kesulitan mendorong gerobak dan menyeberang jalan apabila lokasi berjualan ada di seberang jalan. Kemudian, angkringan biasanya mengambil arus listrik dari tempat terdekat, misalnya rumah atau toko tempat hik tersebut berjualan. Pemilik angkringan membayar sewa untuk arus listrik yang digunakan. Penggunaan sewa listrik pada angkringan akan menambah biaya modal bagi pengusaha walaupun kapasitas dayanya terbatas. Bahkan sebagian pedagang kaki lima dan warung di pinggir jalan melakukan pencurian listrik dengan membuat sambungan dari Penerangan Jalan Umum (PJU) (www.finance.detik.com, 2016). Hal ini tentu menimbulkan masalah keselamatan dan kerugian bagi penyedia listrik karena menggunakan listrik ilegal. Selanjutnya, angkringan sebagai tempat berkumpul orang dari berbagai kalangan, tidak menawarkan konsep teknologi wifi. Pada era keterbukaan informasi sekarang, jaringan internet menjadi kebutuhan pokok setiap orang, termasuk pendatang angkringan sebagai sarana untuk berkomunikasi, mengakses informasi, hiburan, dan lain sebagainya. Tentunya ditambah dengan fasilitas isi daya baterai gawai. Gawai menggunakan baterai dengan kapasitas tertentu dan dapat diisi ulang setelah penggunaan yang relatif lama.

Handayani (2017) menyebutkan bahwa lokasi, fasilitas, dan pelayanan pada angkringan dapat mempengarusi keputusan konsumen dan meningkatkan kepuasan konsumen. Hal ini tentu  berdampak positif terhadap jumlah konsumen.  Angkringan perlu dilengkapi dengan energi mandiri untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar gas. Energi listrik merupakan alternatif untuk menjawab permasalah ini. Penggunaan panel surya sebagai energi mandiri pada gerobak angkringan dapat digunakan sebagai sumber energi untuk memasak. Sumber listrik ini dapat digunakan untuk peralatan listrik seperti kompor listrik, penanak nasi, blender, penjaga panas, dan alat listrik lainnya. Penghematan listrik yang tersimpan di baterai dapat dilakukan dengan menggunakan alat penjaga panas dan dingin. Selain itu, dengan adanya energi listrik maka fasilitas di angkringan dapat ditingkatkan, misalnya fasilitas pengisian daya gawai, koneksi wifi, multimedia, dan menu yang bervariasi. Penambahan fasilitas wifi pada angkringan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen (Fauzi: 2017). Penambahan fasilitas ini dapat menjangkau segmen milenial yang banyak memanfaatkan berbagai gawai dalam aktifitas bersosialisasi sembari bersantai menikmati hidangan.

Pemasangan mesin bertenaga listrik pada gerobak angkringan dapat membantu memindahkan gerobak angkringan dengan cepat dan mudah. Gerobak angkringan yang dilengkapi mesin listrik dapat dioperasikan dengan mudah dan mempunyai biaya operasional yang murah. Selain itu, gerobak angkringan bermesin listrik dapat didesain secara portabel sehingga memudahkan pedagang dalam menyiapkan perlengkapan usaha. Gerobak angkringan yang umumnya berbentuk memanjang dapat dilipat lebih pendek dengan berbagai fasilitas yang mendukung usaha.

Pembuatan Angkringan Mobile Millenial Terkoneksi "HEC" (Heater Electric and Connection) dapat memberi alternatif solusi usaha angkringan dengan energi mandiri, fasilitas tambahan, koneksi internet, dan mudah dipindahkan untuk menjangkau semua segmen konsumen.

Kunggulan inovasi ini diantaranya adalah sebagai berikut.

  1. Portabel
  2. Desain yang kompak dapat dilipat menjadi lebih Panjang dan mudah dipindahkan sehingga kapasitas konsumen lebih banyak.
  3. Menggunakan motor roda tiga bermesin mesin listrik
  4. Mesin listrik lebih ramah lingkungan dan memudahkan dalam berpindah tempat dibandingkan gerobak dorong angkringan.
  5. Menggunakan panel surya sebagai suplai energi
  6. Panel surya digunakan sebagai sumber energi leistrik untuk melakukan pengisian ulang daya baterai sehingga lebih efisien biaya.
  7. Menggunakan sistem pemanas makanan
  8. Pemanas bertenaga uap digunakan untuk menjaga makanan agar tetap hangat dan segar. Pemanas ini juga lebih efisien tenaga listrik.
  9. Mempunyai faislitas koneksi internet wifi
  10. Koneksi internet dapat dimanfaatkan untuk sarana sosialisasi yang dapat menarik konsumen milenial. Koneksi internet juga mendukung aktifitas transaksi digital/non tunai.
  11. Mendukung fasilitas multimedia
  12. Fasilitas multimedia meningkatkan kenyamanan konsumen.
  13. Efisien biaya dan ramah lingkungan
  14. Penggunaan perangkat masak listrik lebih efisien biaya karena tidak memerlukan pembelian bahan bakar gas dan arang

Nama : Adzin Kondo Nurbuwat
Alamat : Randusari, Ngadirojo Kidul, Ngadirojo
No. Telepon : 083149303889