Implementasi Pengembangan Proyek Beras Rendah Karbon pada Inovasi Mesin Penggilingan Padi Organik, Kelompok Tani Pangudi Bogo

Beras adalah bahan pangan pokok terbesar di sejumlah negara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Meskipun Indonesia telah mencapai swasembada beras, sektor pertanian tetap menjadi faktor penyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar di atmosfer. Mitigasi seperti penggunaan pupuk organik, pengurangan penggunaan pupuk kimia, pengelolaan air yang lebih efisien, dan inovasi pada mesin pertanian yang sejalan dengan program Low Carbon Rice perlu dilakukan. Kelompok Tani Pangudi Bogo telah melakukan inovasi dan efisiensi pada penggunaan mesin generator pada penggilangan padi, sehingga diharapkan memberikan dampak positif pada sektor pertanian dan lingkungan.

 

Beras merupakan hasil pertanian sekaligus sebagai bahan pangan pokok terbesar di sejumlah negara di seluruh dunia. Hampir 90% dari total produksi beras di seluruh dunia dihasilkan dari Benua Asia. Di Indonesia jumlah konsumsi beras per kapita cukup tinggi, yaitu 114,6 kg per orang per tahun dengan jumlah penduduk mencapai 273 juta jiwa.

Berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), produksi beras dunia sepanjang 2022 tercatat mencapai 509,830 juta metrik ton. Indonesia menempati ranking keempat dengan volume produksi mencapai 34,600 juta metrik ton. Jawa Tengah termasuk Kabupaten Boyolali menyumbang 14% dari jumlah produksi beras nasional.

Dilansir dari sebuah platform digital, Kepala Dispertan Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto menjelaskan, pada tahun 2022, Kabupaten Boyolali telah melampaui target produksi gabah kering giling sebesar 283.344 ton atau setara dengan 162.605 ton beras dengan jumlah penduduk untuk penduduk sebanyak 1.070.247 jiwa.

Pencapaian Indonesia dalam swasembada beras pun banyak diapresiasi oleh dunia internasional. Setidaknya International Rice Research Institute (IRRI) dan Food and Agriculture Organization telah memberikan penghargaan atas pencapaian Indonesia dalam menghadapi tantangan pangan dunia karena adanya pandemi Covid-19, dampak perubahan iklim global, dan konflik dari beberapa negara yang sedang terjadi.

Di sisi lain, pekerjaan rumah terbesar bangsa ini adalah bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 13% dari total emisi GRK, yang menjadikannya sebagai salah satu faktor penyumbang emisi terbesar di atmosfer. Akibat adanya Gas Rumah Kaca di dalam lapisan bumi sehingga membuat suhu bumi menjadi lebih tinggi.

Sektor pertanian di Indonesia sendiri melepaskan emisi GRK ke atmosfer seperti metana (CH4), nitrogen dioksida (NO2) dan juga karbon dioksida (CO2). Ketiga emisi GRK tersebut dihasilkan dari kegiatan pertanian seperti pemupukan, budidaya padi, pembakaran biomassa dan penggunaan pupuk urea.

Dalam hal ini, kesadaran akan emisi GRK yang berasal dari sektor pertanian merupakan hal yang harus ditumbuhkan karena bagaimanapun juga, perubahan iklim akan banyak memberikan dampak pada sektor pertanian itu sendiri.

Ada beberapa cara atau mitigasi untuk mengurangi dampak negatif sektor pertanian terhadap lingkungan,

  1. Penggunaan pupuk organik, bahan organik dapat terus bertahan di tanah dan mengurangi emisi GRK.
  2. Pengurangan penggunaan pupuk kimia berlebihan dapat meningkatkan emisi GRK karena pupuk kimia memicu dekomposisi bahan organik dan melepaskan gas GRK ke udara.
  3. Penggunaan air yang efisien dapat mengurangi emisi GRK. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penjadwalan irigasi yang tepat, memperbaiki sistem irigasi, dan menggunakan varietas padi yang membutuhkan air yang lebih sedikit.
  4. Inovasi pada mesin pertanian yang sejalan dengan program Low Carbon Rice.
  5. Pengelolaan limbah pertanian seperti jerami dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif atau sebagai bahan baku produksi pupuk organik. Dengan pengelolaan limbah pertanian yang baik, emisi GRK dapat ditekan.
  6. Penerapan sistem pertanian terpadu mencakup penggunaan pupuk hijau, pemupukan nitrogen yang lebih efisien, dan rotasi tanaman yang tepat. Sistem pertanian terpadu dapat meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi penggunaan pupuk kimia, dan mengurangi emisi GRK.
  7. Penerapan metode pertanian organik.

Semua upaya di atas harus melibatkan petani lokal sebagai pusat kegiatan produksi pangan, sehingga tercipta sistem pangan yang inklusif dan memungkinkan inovasi dan praktik-praktik dari petani kecil di setiap wilayah untuk terus berkembang.

Kelompok Tani Pangudi Bogo, sebagai salah satu penggerak sistem pertanian organik di Boyolali. Lebih dari seratus petani mengelola lahan pertanian seluas lebih dari 49 hektar. Kelompok Tani mengelola seluruh manajemen tani dari penyediaan benih, pemupukan, pascapanen, sampai dengan penjualan.

Inovasi pada mesin pertanian yaitu melakukan inovasi dan efisiensi pada mesin genset diesel dan rangkaian mesin pada penggilingan padi. Baik dari pengupasan kulit gabah menjadi beras pecah kulit (husker) dan penyosohan beras pecah kulit menjadi beras sosoh dimana kulit aleuron dihilangkan (polisher).

Inovasi ini telah membawa Kelompok Tani Pangudi Bogo masuk dalam 150 penggilingan padi skala kecil yang bekerjasama dengan Preferred by Nature, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), dan Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI), serta EU SWITCH-Asia Grant Programme dalam rangka mengurangi dampak iklim dari produksi beras di Indonesia melalui program Low Carbon Rice.

Inovasi yang telah dilakukan Kelompok Tani Pangudi Bogo yang telah dilakukan sejak tahun 2018, diharapkan dapat memberikan dampak positif secara holistik pada sektor pertanian dan lingkungan, termasuk pada aspek produksi, efisiensi tenaga kerja, biaya produksi, kualitas hasil penggilingan padi, risiko kerusakan mesin, daya saing petani, serta pada dukungan pada proyek Low Carbon Rice.

Badan Pusat Statistik 2020 menyebutkan bahwa industri penggilingan padi Indonesia masih didominasi oleh usaha penggilingan padi skala kecil, yaitu mencapai 95,06% dari total jumlah penggilingan padi di Indonesia sebanyak 169.789 unit. Jika langkah kecil Pangudi Bogo diikuti oleh penggilingan padi yang lain. Maka gerakan untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca akan dapat dikerjakan secara bersama-sama.

 

Penggilingan padi merupakan proses yang mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan padi di Pangudi Bogo terdiri dari dua tahap (double-pass):

1. Proses 1, pengupasan kulit gabah/sekam menjadi beras pecah kulit (BPK), menghasilkan sekam.

2. Proses 2, Penyosohan beras pecah kulit (BPK) menjadi beras sosoh dengan cara menghilangkan kulit aleuronnya, menghasilkan bekatul.   

a. Alur penggilingan padi

Berikut jika penggilingan padi disajikan dalam flow chart yang berisi langkah-langkah dalam penggilingan padi dalam Proses 1 dan Proses 2.

https://drive.google.com/file/d/1Ah0lKs3xrNkSSMsWUCk8QCUmXj-3pTlx/view?usp=sharing

https://drive.google.com/file/d/1l2rwg6fk-w58QdsML_Z54r0k9P22_Cs1/view?usp=sharing

b. Inovasi penggilingan padi

Sebelum diadakannya inovasi pada mesin pengilingan padi pada tahun 2018, diperlukan lima mesin genset diesel untuk menggerakan delapan mesin. Yang terdiri dari:

1. Elevator 1
2. Dua husker
3. Saringan beras pecah kulit
4. Elevator 2
5. Separator/Pengayak Bertingkat
6. Dua mesin polish


Inovasi dilakukan pada mesin genset diesel adalah:

1. Penambahan transmisi roda.

Transmisi roda gila yang ditambahkan ke mesin genset diesel akan menambah tenaga putar mesin. Semakin besar jumlah roda gila yang dipasang semakin meringankan kerja genset diesel.

Setiap satu roda gila bisa menimbulkan tambahan tenaga satu roda pada genset diesel. Pada rangkaian Proses 1. Pengupasan kulit gabah/sekam menjadi beras pecah kulit (BPK) hanya dibutuhkan satu genset diesel dengan penambahan dua roda gila.

Penambahan roda gila ini bisa menggerakkan 6 mesin sekaligus.

a. Elevator 1
b. 2 mesin pemecah kulit atau husker
c. Saringan beras pecah kulit
d. Elevator 2
e. Separator/Pengayak Bertingkat

https://drive.google.com/file/d/1mvaeR_bpnIUfNVjohshXMCJRwSRSCWoX/view?usp=sharing

Pada rangkaian Proses 2. Penyosohan beras pecah kulit (BPK) menjadi beras sosoh hanya dibutuhkan satu genset diesel untuk menggerakkan dua mesin sosoh.

2. Penambahan Mesin Rel Pati

Penambahan Mesin Rel Pati bertujuan untuk meringankan beban kerja mesin genset diesel pada saat dinyalakan.

Cara kerjanya, mesin genset diesel akan digerakkan maju sehingga kerja mesin diesel akan pada keadaan netral pada saat dinyalakan. Kemudian mesin genset diesel akan dimundurkan ketika mesin siap untuk bekerja.

Setelah dilakukan inovasi, saat ini hanya butuh 2 mesin genset diesel untuk menggerakkan delapan  mesin pada penggilingan padi Kelompok Tani Pangudi Bogo.

Inovasi dan efisiensi pada mesin genset diesel  Penggunaan mesin generator yang lebih efisien pada penggilingan padi Pangudi Bogo dapat mendukung proyek Low Carbon Rice dengan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca pada proses penggilingan padi.

 

Nama : Muhadi
Alamat : Pangulrejo RT 022 RW 005 Dlingo, Mojosongo, Boyolali
No. Telepon : 0817 2831 422