Beras Instan Jaipong

Dyah Ayu Ratna Juwita. Produksi beras dipengaruhi oleh beberapa hal: Perubahan iklim ekstrim (Musim hujan panjang (banjir), musim kemarau panjang (puso), pandemi (baik pandemi covid-19 maupun pandemi lainnya), serangan hama penyakit, penciutan lahan sawah, menurunnya gairah petani karena harga produksi dan sarananya tidak seimbang (pupuk,, pestisida, tenaga kerja).

Mengingat berbagai macam fakta yang mempengaruhi tersedianya bahan pangan dan peningkatan kebutuhan pangan setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun, maka saya mencoba membuat inovasi terobosan, sebagai salah satu alternatif untuk memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan dengan produksi “Beras Instan Jaipong”.

Maksud dan tujuan dari penulisan hasil karya ini adalah untuk memberikan ide dan gagasan bagaimana agar kita dapat bersama-sama menciptakan kemandirian pangan, baik untuk lokal maupun skala nasional. Kemandirian pangan ini juga bertujuan untuk menggairahkan minat petani jagung dan petani singkong/ketela bahwa hasil produksi mereka dapat dijadikan sebagai suatu hasil karya untuk mencapai ketahanan pangan masyarakat. Diharapkan juga dengan adanya inovasi beras instan jaipong ini,  masyarakat dapat menghemat konsumsi beras hingga 40%.

Jika jagung, beras grade c, dan singkong diolah menjadi beras instan jaipong sebagai substitusi beras murni, selain harganya lebih murah, kandungan gizinya hampir sama dengan beras murni, dapat mendongkrak harga jagung dan singkong yang selama ini kedua bahan tersebut hanya digunakan untuk pakan ternak, dimana dampaknya akan menggairahkan petani untuk membudidayakan jagung dan singkong dilahan kering (tegalan, pekarangan, hutan dibawah tegalan) maupun tanggul-tanggul sawah atau awal musim hujan disawah tadah hujan, atau disawah saat masa tanam 3 (padi, padi, jagung).

Beras yang merupakan sumber utama pemenuhan gizi, yang meliputi kalori, protein, lemak dan vitamin. Dengan pertimbangan beras tersebut semoga terobosan Beras Instan Jaipong ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan Ketahanan Pangan terutama yang bersumber dari peningkatan produksi dalam negeri sendiri.

Kata Kunci: Dipengaruhi, Beras Instan Jaipong, Kemandirian Pangan, Menggairahkan Petani, Ketahanan Pangan

Pada era ini banyak kemajuan teknologi yang telah dicapai untuk memberikan banyak inovasi dalam segala bidang, salah satunya dibidang pertanian. Inovasi-inovasi yang telah diterapkan banyak memberikan hasil cemerlang untuk kemajuan bidang pertanian khususnya dibidang pertanian pangan. Masyarakat tentunya telah menjadikan pangan sebagai kebutuhan primer, dimana setiap manusia yang hidup memerlukan makan. Indonesia makanan pokok setiap hari sebagian besar adalah beras, sehingga beras menjadi prioritas utama program pemerintah. Pemerintah berupaya jangan sampai terjadi kelangkaan beras (pangan), jika terjadi kelangkaan pangan/beras maka akan menimbulkan keresahan masyarakat.

Sedangkan produksi beras dipengaruhi oleh beberapa hal:

  1. Perubahan iklim ekstrim (musim hujan panjang > banjir; musim kemarau panjang > puso)
  2. Pandemi (baik pandemic covid-19 maupun pandemi lainnya)
  3. Serangan hama penyakit
  4. Penciutan lahan sawah
  5. Menurunnya gairah petani karena harga produksi dan sarananya tidak seimbang (pupuk,, pestisida, tenaga kerja)

Luas panen padi pada 2019 diperkirakan sebesar 10,68% juta hektar atau mengalami penurunan sebanyak 700,05 ribu hektar atau 6,15% dibandingkan tahun 2018. Produksi padi pada tahun 2019 diperkirakan sebesar 54,60 juta ton GKG atau mengalami penurunan sebanyak 4,60 juta ton atau 7,76% dibandingkan 2018. Jika produksi padi tahun 2019 dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2019 sebesar 31,31 juta ton atau mengalami penurunan sebanyak 2,63 juta ton atau 7,75% dibandingkan 2018 (Badan pusat Statistik 2019).

Produksi padi di Jawa Tengah pada tahun 2020 diperkirakan 9,59 juta ton GKG mengalamai penurunan 68,74 ton dibandingkan 2019 (sumber BPS Provinsi Jawa Tengah). Untuk mengatasi jangan sampai terjadi kelangkaan beras atau bahan pangan bahkan harus surplus maka pemerintah melakukan berbagai upaya, antara lain:

  1. Bantuan alat mesin pertanian
  2. Pembuatan bendungan-bendungan pengendali air
  3. Pembangunan prasarana pengairan
  4. Penciptaan benih/bibit unggul umur pendek
  5. Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) dan lain-lain

Dengan harapan akan tercipta ketahanan dan kemandirian pangan secara nasional, yang akan dinikmati oleh seluruh rakyat bangsa ini.

Mengingat berbagai macam fakta yang mempengaruhi tersedianya bahan pangan dan peningkatan kebutuhan pangan setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun, maka saya mencoba membuat inovasi terobosan, sebagai salah satu alternatif untuk memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan dengan produksi “Beras Instan Jaipong”. Beras instan jaipong dibuat dari bahan:

  1. Jagung
  2. Padi (beras menir/grade c)
  3. Singkong (ketela pohon)

Ketiga bahan tersebut mudah didapat dan banyak tersedia dengan harga relatif murah, seperti jagung Rp 4.700/Kg, beras menir/grade c Rp 4.000/Kg, dan singkong Rp 2.000/Kg.

Penemuan ini merupakan ide gagasan  pada tahun 2013 di desa Karangrejo kecamatan Loano Kabupaten Purworejo, tempat saya tinggal, dimana pada tahun 2013 banyak tanaman padi yang terkena hama wereng maupun tikus, sehingga hasil panen berkurang. Bergantungnya masyarakat terhadap pangan yaitu konsumsi beras, maka saya mencoba untuk membuat inovasi agar menghemat anggaran biaya pengeluaran rumah tangga dan agar masyarakat tidak bergantung pada beras (nasi) sepenuhnya, disisi lain juga agar dapat menggairahkan petani selain petani padi, yaitu petani jagung dan petani ketela pohon (singkong) karena mayoritas masyarakat masih memberikan pakan ternak berupa jagung maupun ketela, atau hanya dimanfaatkan ala kadarnya. Kemudian saya uji coba untuk membuat inovasi campuran beras, jagung dan singkong sehingga menjadi beras instan jaipong, meski tidak langsung berhasil karena harus mencari formulasi yang tepat agar tekstur ketika menjadi nasi dapat diterima oleh masyarakat.

Inovasi ini dapat diterima juga oleh Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Purworejo dan difasilitasi untuk dianalisa dilaboratorium UGM pada tahun 2014. Pada tahun 2014 juga, beras instan jaipong diikutseratakan dalam gelar pangan yang diselenggarakan oleh DPPKP dikecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo, gelar pangan tersebut dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa tengah Bapak Heru dan direspon positif oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah dengan memberikan masukan untuk lebih ditingkatkan baik kualitas maupun penyajian. Inovasi ini saya ikut sertakan dalam lomba PEMUDA PELOPOR pada tahun 2015, puji syukur mendapatkan juara hingga maju dalam tingkat provinsi.

Tahun 2013, Beras Instan Jaipong masih diproduksi dengan tradisional, kemudian berkembangnya teknologi, saya dibantu dengan bapak saya Hariyanto B.Sc., merangkai alat sederhana untuk memproduksi Beras Instan Jaipong yang selesai ditahun 2016. Hasil dari dana pembinaan KRENOVA KABUPATEN yang saya dapatkan pada juara harapan 1, memberikan saya ide untuk mengembangkan teknologi mesin pencetak beras instan jaipong. Sehingga pada tahun 2020, Beras Instan Jaipong Cap Dewi Sri sudah mempunyai mesin pencetak sendiri meskipun belum sempurna.

Nilai strategis beras juga disebabkan karena beras adalah makanan pokok penting, industri perberasan memiliki pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi (dalam hal penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan dan dinamika ekonomi perdesaan, dan sosial politik bagi perekat masyarakat/bangsa). Beras yang merupakan sumber utama pemenuhan gizi, yang meliputi kalori, protein, lemak dan vitamin. Dengan pertimbangan beras tersebut semoga terobosan Beras Instan Jaipong ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan Ketahanan Pangan terutama yang bersumber dari peningkatan produksi dalam negeri sendiri. Pengertian ketahanan pangan ini tidak terlepas dari UU No. 18/2012 bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Harapan saya adalah, dengan adanya terobosan Beras Instan Jaipong sebagai ketahanan pangan ini akan mengurangi konsumsi beras 40%, dan pengembangan teknologi dalam mesin pencetak yang saya miliki, dapat juga berpengaruh dengan pemasaran beras instan jaipong yang semakin luas dan banyak diminati konsumen khususnya dalam negeri.

Kandungan gizi beras murni

Beras

Energi 365kcal, serat pangan 1,3g, air 11,62g, niacin 1,6mg, folat 8µg, magnesium 25mg, kalium 115mg, karbohidrat 79g, lemak 0,66g, thiamine 0,007g, asam pantothenat 1,014mg, kalsium 28mg, mangan 1,088mg, seng 1,09mg, gula 0,12g, protein 7,13g, riboflavin 0,049mg, vit.B6 0,164mg, besi 0,80mg, fosfor 115mg.

 

Hasil Analisa Beras Jaipong

Beras Jaipong

Macam Analisa

UI 1

UI 2

Air (%)

9,7575

9,7929

Abu (%)

1,3163

1,3052

Lemak (%)

1,3507

1,3386

Protein FK: 5,95 (%)

6,2241

6,1698

Serat Kasar (%)

1,1062

1,0947

Karbohidrat (%)

81,3114

81,3935

Kalori (%)

336,8533

336,9264

Pati (%)

77,2289

76,9459

Ca (ppm)

232,1000

229,8150

 

Tabel diatas adalah kandungan beras murni yang kemudian dibandingkan dengan hasil analisa laboratorium terhadap beras instan jaipong yang menunjukan bahwa beras instan jaipong layak untuk dikonsumsi masyarakat, dan dapat menjadi stok bagi daerah yang minim lahan produksi padi dan stok ketika terjadinya bencana alam. Beras instan jaipong juga lebih ekonomis jika dikonsumsi, dapat berhemat dalam pengeluaran kebutuhan rumah tangga, penjelasan beras instan jaipong lebih ekonomis akan dijelaskan didalam estimasi biaya. Beras instang jaipong juga sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi konsumsi beras sebesar 40%.

Nama : Dyah Ayu Ratna Juwita
Alamat : Karangrejo RT 01 RW 03 Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo
No. Telepon : 08964638510