PBdB “PROJEK BIOSOLAR dan BIODIESEL ”

Kebutuhan bahan bakar fosil semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kendaraan bermotor maupun alat yang produksi bertenaga solar. Maka diperlukan sumber energi lain yang dapat diperbaharui. Indonesia mempunyai banyak limbah minyak jelantah sekitar 13 juta liter dengan 7,8 juta liternya tidak dimanfaatkan dengan baik, maka dibuatlah energi alternatif yang berasal dari minyak jelantah atau minyak bekas rumah tangga yaitu PBDB.

Biosolar merupakan kandidat yang paling baik untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena biodiesel merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur zaman sekarang. Biosolar juga menghasilkan gas buangan yang jauh lebih rendah dari pada bahan bakar fosil sehingga lebih ramah lingkungan.

Biosolar dan biodiesel yang dikembangkan di SMP Negeri 1 Banyudono adalah PBDB yang merupakan biosolar B100 dengan proses pembuatan yang sederhana dan rencana pengembangan proses penjernihan minyak jelantah dengan menggunakan sekam padi sehingga diperoleh PBDB yang berkualitas baik. Biosolar B100 memiliki kualitas yang hampir setara dengan pertadex, namun PBDB masih perlu di uji di laboratorium dari segi kualitas bahan bakar, uji emisi gas buang dan pengaruh terhadap kualitas mesin. Biaya produksi 1 liter biosolar dari minyak jelantah Rp. 1721,00, dengan harga jual RP. 3000,-  per liter harga ini jauh lebih murah jika dibandingkan denga harga pertadex yaitu Rp. 16.850,00.

Kebutuhan bahan bakar fosil semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kendaraan bermotor maupun alat yang produksi bertenaga solar. Selain itu, bahan bakar fosil diperkirakan menyumbang 86,95% dari total produksi listrik Indonesia pada tahun 2020. Padahal energi fosil memiliki kuantitas yang terbatas karena pembaharuan energi fosil membutuhkan waktu ribuan tahun. Hal ini didukung dengan penelitian Penelitian Millennium Alliance for Humanity and the Biosphere (MAHB) Universitas Stanford pada 2019 menyebutkan, bahan bakar fosil minyak, gas, dan batu bara akan habis dalam 30 tahun, dan cadangannya tak bersisa pada 2052.Oleh karena itu, diperlukan energi lain yang dapat diperbaharui untuk mengurangi ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil.

Indonesia mempunyai banyak limbah minyak jelantah. limbah minyak jelantah sekitar 13 juta liter dengan 7,8 juta liternya tidak dimanfaatkan dengan baik. Minyak yang sudah digunakan hingga 2 kali tersebut menjadi minyak jelantah alias limbah B3. Bahaya minyak jelantah bisa merusak ekosistem perairan, mencemari tanah, dapat menyumbah saluran air. Salah satu cara menanggulangi limbah minyak jelantah adalah mengolah minyak jelantah menjadi Biosolar dan biodiesel. Pengolahan minyak jelantah menjadi biosolar dan biodiesel juga menjadi salah satu solusi dalam menanggulangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Cadangan minyak bumi yang dihasilkan Indonesia semakin sedikit sedangkan jumlah penduduk semakin bertambah disertai jumlah penggunaan kendaraan bermotor yang juga semakin meningkat, sehingga kebutuhan akan bahan bakar daru minyak bumi semakin meningkat pula. Oleh sebab itu perlu dikembangkan bahan bakar pengganti yang bersifat terbarukan, lebih ramah lingkungan dan harganya terjangkau oleh masyarakat. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui transesterifikasi dengan alkohol (Szybist, dkk.2004). Biodiesel memberikan sedikit polusi dibandingkan bahan bakar petroleum dan dapat digunakan tanpa modifikasi ulang mesin diesel (Bismo, dkk. 2005).

Salah satu sifat yang harus dipunyai dari bahan bakar (biosolar)   adalah Angka Oktan  (Octane Number) dari bahan bakar tersebut. Angka Oktan adalah angka yang menunjukkan berapa besar tekanan maksimum yang bisa diberikan di dalam mesin sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran  bensin  dan  udara  (berbentuk  gas)  bisa  terbakar  sendiri  secara spontan sebelum terkena percikan api dari busi.  Jadi,  semakin  tinggi angka oktannya, semakin lama bensin itu terbakar spontan. Bahan bakar harus mempunyai angka oktan yang sesuai dengan yang di persyaratkan oleh kendaraan. Kendaraan dengan perbandingan kompresi yang lebih tinggi memerlukan angka oktan yang lebih tinggi untuk mengurangi terjadinya ketukan (knocking). Kenaikan nilai oktan juga meninggikan angka panas jenis. Calorific value (H, juga disebut heat value) menunjukkan jumlah energi yang  dihasilkan oleh suatu bahan per satuan massa setelah terbakar sempurna.Semakian tinggi calorific value suatu bahan bakar maka energi yang dihasilkan pun akan semakin efisein, karena menghasilkan panas yang lebih besar dengan massa yang sedikit. Untuk menaikkan angka oktan dari suatu bahan bakar biasa diperoleh dengan memberikan TEL (Tetra Ethyl Lead), Methanol, Ethanol atau dengan memberikan Zat aditif.   

Secara umum, bahan mentah untuk memproduksi biodiesel berasal antara lain dari (Prihandana, R, dkk, 2007): − Crude Palm Oil (CPO) − Jatropha Curcas Oil(minyakjarak pagar) − RBDPO (refined bleached deodorized palm oil) dan RBDPS − Waste CPO (CPO Parit) − PFAD (Palm Fatty Acid Distillate)dengan FFA > 80% − Waste Cooking Oil (minyak jelantah) − Minyak nabati lainnya. Karakteristik Produk Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Spesifikasi Solar menurut studi Sidjabat (Sidjabat, O, 2004) adalah spesifikasi biodiesel masih masuk dalam ukuran standar bahan bakar solar. Artinya, bahan bakar biodiesel hasil pengolahan dari minyak jelantah ini layak digunakan untuk mesin berbahan bakar diesel seperti layaknya bahan bakar solar. Sedangkan untuk mengetahui persyaratan standar mutu biodiesel dapat digunakan Standar Nasional Indonesia SNI 04-7182-2006 yang diukur dari berbagai parameter seperti kekentalan, masa jenis, titik nyala, dan lain-lain.

Menurut hasil wawancara Penulis dengan tim teknis Puspiptek BPPT dan studi literatur dari beberapa referensi, setiap 1 kg minyak jelantah yang diproses melalui transesterifikasi akan menghasilkan minyak biodiesel sebanyak 1 liter dengan produk sampingan (gliserol) sebesar 10% (Tim Penulis BRDST, 2008).

Pemakaian biodiesel sudah banyak diterapkan untuk kendaraan-kendaraan dan mesin-mesin bertenaga diesel di seluruh dunia. Implementasi ini antara lain digunakan pada kendaraan bis umum dan pribadi, mesin-mesin genset, dan lain-lain. Penggunaan biodiesel dilakukan dengan cara mencampurkan biodiesel dengan petrodiesel dengan takaran tertentu. Sistem yang umum digunakan di dunia menggunakan kode ‘B’ sebagai tanda jumlah porsi biodiesel terhadap petrodiesel, seperti penjelasan berikut (Tim Penulis BRDST, 2008): − B100 artinya 100% biodiesel − B95 artinya 95% biodiesel; 5% petrodiesel − B20 artinya 20% biodiesel; 80% petro-diesel. Oleh karena itu, pembuatan biosolar maupun biodiesel dengan proses yang lebih sederhana dilakukan untuk menanggulangi masalah limbah minyak jelantah dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan solar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, biosolar merupakan kandidat yang paling baik untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena biodiesel merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur zaman sekarang. PBDB atau projek Biosolar dan Biodiesel yang merupakan biosolar B100 dengan proses pembuatan yang sederhana dengan proses penyaringan menggunakan sekam padi sehingga berpengaruh terhadap kualitas biosolar dan biodiesel. Proses pembuatannya yang mudah, membuat PBDB dapat dibuat secara mandiri oleh masyarakat Boyolali. Biaya produksi 1 liter biosolar dari minyak jelantah Rp. 1721,00, harga ini jauh lebih murah jika dibandingkan denga harga pertadex yaitu Rp. 16.850,00.

Biosolar adalah inovasi yang merupakan pengembangan dari limbah minyak jelantah sehingga memiliki beberapa keunggulan:

1. Mengurangi limbah lingkungan hidup

2. Memberikan manfaat ekonomi

3. Mengurangi emisi gas rumah kaca

Nama : Isna Tiyaswati
Alamat : Jalan Kuwiran No 2 Banyudono, Kuwiran, Kec. Banyudono, Kab. Boyolali Prov. Jawa Tengah
No. Telepon : 085728894216