PIRAMIDA SMARTFARM KAMPUNG GAGOT: EDUKASI PETANI CERDAS CIPTAKAN SOCIOAGROPRENEUR MUDA

Pertanian memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan pengembangan ekonomi, namun kurangnya minat anak muda dalam pertanian menjadi permasalahan yang signifikan di tengah meningkatnya pertumbuhan penduduk serta kebutuhan pangan. Upaya untuk memecahkan masalah ini memerlukan pendekatan inovatif yang dapat meningkatkan keterlibatan generasi muda dalam pertanian.

Salah satunya ialah "Piramida Smartfarm Kampung Gagot," yang bertujuan untuk menciptakan Socioagropreneur. Kami akan menjelaskan bagaimana inovasi ini dapat mengatasi permasalahan kurangnya minat anak muda dalam pertanian. Melalui pendekatan penelitian tindakan, kami mengembangkan Piramida Smartfarm Kampung Gagot sebagai solusi inovatif. Kami memberikan edukasi pertanian terpadu secara berkelanjutan, mengadopsi pendekatan pelatihan kewirausahaan dan pengembangan model bisnis berkelanjutan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya Socioagropreneur.

Piramida Smartfarm Kampung Gagot berhasil menciptakan Socioagropreneur dengan menggabungkan pengetahuan pertanian, pemberdayaan, dan kewirausahaan. Dalam sistem ini, anak muda dilibatkan dalam semua tahapan produksi, mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga pemasaran produk pertanian. Mereka juga didorong untuk mengembangkan wirausaha dan bisnis berbasis pertanian yang berkelanjutan. Inovasi ini telah menciptakan peluang ekonomi baru, meningkatkan minat anak muda dalam pertanian, dan meningkatkan kreativitas anak muda di bidang pertanian.

Piramida Smartfarm Kampung Gagot merupakan inovasi yang efektif dalam meningkatkan minat anak muda dalam pertanian dan menciptakan Socioagropreneur untuk menyelesaikan permasalahan pangan, regenerasi petani, dan kesejahteraan petani.

Kata Kunci: Inovasi, Piramida Smartfarm Kampung Gagot, Regenerasi petani, Socioagropreneur.

Masalah pertanian dan ketahanan pangan saat ini merupakan masalah serius dan menjadi perhatian global karena peningkatan penduduk dunia yang hari ini mencapai angka 7.8 milyar (United Nations, 2021). Food and Agriculture Organiation (FAO, 2020) mencatat, lebih dari 690 juta orang di seluruh dunia mengalami kelaparan kronis. Data yang ditunjukkan oleh World Population Prospects (United Nations, 2019) memproyeksikan penduduk dunia akan terus mengalami peningkatan hingga 9.7 miliar pada tahun 2050. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun menyebabkan permintaan pangan semakin signifikan. Apabila tidak ada antisipasi untuk menghadapinya, hal tersebut akan memperburuk isu ketahanan pangan di masa depan. Perubahan iklim dan perubahan alam menjadi salah satu faktor terbesar yang menurunkan produksi pangan di tengah meningkatnya kebutuhan pangan. Data dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menunjukkan adanya perubahan pola cuaca, peningkatan suhu rata-rata global, dan peningkatan kejadian bencana alam yang berdampak negatif pada sektor pertanian. Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi kekeringan yang meluas, banjir yang sering, dan peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem lainnya (IPCC, 2021). Hal ini mengakibatkan penurunan hasil panen, kerugian ekonomi, dan ketidakstabilan pasokan pangan.

Di sisi lain, fakta deregenerasi petani muda yang hampir terjadi di seluruh dunia memperburuk masa depan ketahanan pangan global. Negara-negara seperti Jepang, Korea Utara, Amerika Serikat, China, India, Australia, dan banyak negara lainnya menghadapi tantangan dalam mencari petani muda, karena mayoritas petani yang ada berusia di atas 50 tahun. Menurut data yang diterbitkan oleh FAO (2016), hanya sekitar 24% petani di dunia yang berusia di bawah 35 tahun. Pentingnya regenerasi petani muda ini terletak pada peran mereka sebagai aktor ketahanan pangan melalui adaptasi dan energi di masa depan. Namun, citra penghasilan rendah dan tidak menarik, persepsi bahwa profesi petani adalah profesi kuno, sulitnya akses lahan dan permodalan, serta risiko yang terkait dengan menjadi seorang petani, menjadi alasan utama mengapa generasi muda enggan terlibat dalam dunia pertanian (Bhargava et al., 2017). Indonesia sebagai negara agraris juga mengalami tren deregenerasi petani muda yang mengkhawatirkan, data dari Kementerian Pertanian (2022) menunjukkan bahwa hanya sekitar 9% petani muda di bawah 35 tahun yang tersisa, sedangkan sisanya sebanyak 91% merupakan petani tua. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan tren regenerasi petani pada tahun 2017 hingga 2018 mencapai 415.789 orang. Jika hal ini terus berlanjut, pakar pertanian dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa, memprediksikan bahwa pada tahun 2045 petani di Indonesia akan terancam punah (UGM, 2019). Berbagai permasalahan ini juga berpotensi besar menghambat potensi pertanian Indonesia.

Melihat berbagai permasalahan tersebut, perlu adanya solusi yang komprehensif untuk mengatasi masalah pertanian dan ketahanan pangan, serta meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satu solusi yang diusulkan adalah Piramida Smartfarm Kampung Gagot. Inovasi ini bertujuan untuk mencetak petani cerdas dan menjadikan mereka sebagai Socioagropreneur, pengusaha sosial yang berfokus pada bidang pertanian dan berusaha untuk mencapai tujuan sosial melalui inovasi di sektor pertanian. Melalui pendekatan edukasi yang terintegrasi dalam Piramida Smartfarm, diharapkan anak-anak muda dapat mengembangkan kecintaan, pengetahuan, dan keterampilan dalam pertanian, sehingga menjadi regenerasi petani muda yang solutif terhadap tantangan global yang meliputi ketahanan pangan, regenerasi petani muda, dan kesejahteraan petani.

Berbekal pengalamannya di bidang pemberdayaan masyarakat pertanian serta mimpi besarnya menciptakan kampung pemberdayaan masyarakat petani yang lebih luas, Kang Arul, seorang petani dan pemberdaya masyarakat, tergerak untuk menciptakan inovasi alat edukasi bernama "Piramida Smartfarm Kampung Gagot". Kang Arul memiliki pemahaman yang mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh petani muda, masalah ketahanan pangan, dan kesejahteraan petani di Indonesia dan dunia. Dengan visi dan komitmen yang kuat, Kang Arul bertekad untuk mencetak generasi muda sebagai Socioagropreneur yang berperan dalam mencapai ketahanan pangan dan kesejahteraan ekonomi. Diskusi intensif dengan penduduk kampung setempat, yang dikenal sebagai "rembug kampung", pada bulan Desember tahun 2017 menjadi landasan bagi pembentukan Kampung Gagot sebagai tempat edukasi pertanian terpadu berbasis wisata dengan nilai-nilai kearifan lokal. Kesepakatan tersebut membawa Kampung Gagot menjadi Eduwisata Farm yang menjadi pusat edukasi pertanian terpadu bagi seluruh masyarakat dari berbagai jenjang usia. Kang Arul berkomitmen untuk menciptakan regenerasi patriot ketahanan pangan Indonesia yang edukatif, mampu mengelola pertanian terpadu, kreatif, berdaya, menghayati kearifan lokal, cakap berwirausaha, mampu memimpin, berorientasi keberkahan, dan sederhana (tertuang dalam 9 Magnet Kampung Gagot) hari ini dan di masa yang akan datang.

Satu hal yang membuat Kang Arul tergerak untuk melanjutkan inovasi yang dilakukan adalah kesadaran bahwa menyiapkan regenerasi petani bukanlah proses yang instan, sehingga perlu dilakukan upaya yang berkesinambungan sejak dini. Edukasi pertanian harus dilakukan sejak dini, bukan hanya ketika sudah dewasa apalagi sudah lanjut usia. Usia anak-anak dan remaja adalah waktu yang tepat untuk menanamkan kecintaan terhadap dunia pertanian, karena lima hingga 10 tahun ke depan mereka akan menjadi aktor penerus pertanian. Kampung Gagot sebagai wadah edukasi pertanian terpadu memiliki misi penyelesaian masalah yang jelas dan sejalan dengan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (SDG’s 2030) terutama poin kedua yaitu “Tanpa Kelaparan” (Zero Hunger) untuk mengatasi krisis pangan Indonesia dan dunia, dan poin kedelapan yaitu “Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi” (Decent work and Economic Growth) untuk membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya sehingga perekonomian masyarakat dapat meningkat melalui pengelolaan wirausaha pertanian kreatif sebagai negara agraris.

Namun, yang membedakan Kampung Gagot adalah inovasi yang diimplementasikan secara nyata. Sejak tahun 2017, inovasi "Piramida Smartfarm Kampung Gagot" terus dikembangkan melalui implementasi edukasi yang berkelanjutan, penelitian, kolaborasi dengan berbagai pihak, penyebarluasan, dan metode penyajian edukasi yang adaptif, hingga telah berhasil mencetak sejumlah alumni Socioagropreneur yang sukses di bidang pertanian. Para alumni yang berasal dari berbagai daerah di indonesia ini telah menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan semangat wirausaha yang mereka peroleh melalui pendekatan edukasi Piramida Smartfarm. Dalam praktiknya, mereka telah memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan produktivitas pertanian, mengatasi masalah ketahanan pangan, serta meningkatkan kesejahteraan petani di kawasan Kampung Gagot, maupun berbagai daerah di seluruh Indonesia. Tim Piramida Smartfarm telah mengimplementasikan dan akan terus mengembangkan inovasi melalui proyek karya tulis buku. Optimalisasi sosial media sebagai saran penyampaian edukasi kepada masyarakat secara lebih luas. Pengoptimalan kolaborasi 5 pihak ABCGM (Academician, Business, Community, Government, and Media) melalui berbagai kegiatan Simposium Pembangunan dan kemitraan. Implementasi permagangan sebagai program yang akan memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan mereka di lapangan, serta pendampingan intensif pasca program untuk memastikan kesuksesan dan pertumbuhan peserta dalam dunia pertanian. Piramida Smartfarm merupakan pendekatan yang paling tepat agar anak-anak muda dapat mengenal, mencintai, dan mempraktikkan pertanian secara cerdas sebagai regenerasi petani muda untuk menjadi seorang Socioagropreneur yang solutif terhadap ketahanan pangan dan sejahtera secara ekonomi.

Berikut ini keunggulan inovasi “Piramida Smartfarm Kampung Gagot” sebagai solusi dalam mengatasi krisis ketahanan pangan, deregenerasi petani muda, serta isu kesejahteraan petani adalah sebagai berikut:

  1. Piramida Smartfarm: Inovasi alat edukasi yang menjawab masalah pertanian seperti pangan, regenerasi petani, dan kesejahteraan.
  2. Implementasi selama 6 tahun: Tim Piramida Smartfarm telah secara aktif mengimplementasikan inovasi ini selama 6 tahun terakhir.
  3. Pengembangan Produk Inovasi: Terus mengembangkan inovasi melalui pengembangan produk serta penerbitan buku tentang Piramida Smartfarm.
  4. Kemandirian dan Keterampilan Praktis: Melalui pendekatan ini, Piramida Smartfarm Kampung Gagot mengajarkan kemandirian kepada peserta dengan memberikan keterampilan praktis dalam bercocok tanam dan mengelola pertanian. Dengan demikian, para peserta dapat menjadi petani yang kompeten dan mandiri dalam menghadapi tantangan pertanian.
  5. Kolaborasi dengan ABCGM: Mengoptimalkan kolaborasi dengan pihak Academician, Business, Community, Government, dan Media melalui simposium pembangunan dan kemitraan.
  6. Munculnya Brand Ambassador: Membentuk sosok-sosok Socioagropreneur yang menjadi Brand Ambassador dan menginspirasi orang lain dalam mengimplementasikan pengetahuan pertanian.

Nama : Amrulloh, S.E.
Alamat : HJ93+3PR, Desa Kutawuluh, RT.01/RW.05, Tinembang, Dusun Gagot, Kec. Purwanegara, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah 53472
No. Telepon : 0821-3741-1461