Soaping Mydjelita

Pengolahan makanan teknik menggoreng sudah lazim di temui. Cita rasa dan aroma masakan yang digoreng lebih gurih dan sedap. Konsumsi dan produksi minyak goreng sawit berbanding lurus dengan produksi minyak goreng bekas (jelantah) terutama skala rumah tangga, industri pangan dan wiirausaha pangan berbasis gorengan.

Minyak jelantah selain membahayakan kesehatan juga membahayakan ekosistem air dan tanah jika langsung dibuang tanpa diawali dengan pengolahan. Salah satu upaya penanganan minyak jelantah yang mudah dan terjangkau oleh masyarakat dengan mengolah kembali menjadi bahan pembersih serba guna. Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan sebagai komitmen global dan nasional mencakup sasaran kehidupan sehat dan sejahtera, konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Bahan pembersih serba guna daur ulang ini disebut Soaping Mydjelita, sebagai pewangi dan pewarna bersumber dari bahan alami berupa daun Pandan Wangi dan Daun introng. Bahan alami ini juga memiliki kandungan anti bakteri dan anti oksidan. Bahan pembersih serba guna berbentuk padat yang dapat dipergunakan untuk mencuci linen, membersihkan piranti hidang, sepatu olah raga, membersihkan kamar mandi, membersihkan sepeda maupun kendaraan bermotor. Penggunaan bahan pembersih serba guna Soaping Mydjelita telah diterapkan skala rumah tangga, di Edu Hotel Citra sebagai upaya eco & green enterpreneur unit bisnis hotel serta pelatihan berbasis kemasyarakatan di LPKK Kajoran Kabupaten Magelang serta PKK RT 3 RW 18 Kelurahan Rejowinangun Utara, Kota Magelang.

Kata kunci: minyak jelantah, bahan pembersih serba guna, daun pandan wangi, daun sintrong, eco & green entrepreneur

 

Pengolahan makanan dengan teknik menggoreng adalah salah satu cara yang paling umum dijumpai dalam masyarakat. Minyak goreng yang paling banyak digunakan adalah minyak goreng sawit. Harga yang lebih terjangkau dengan jenis minyak lainnya menyebabkan minyak goreng sawit paling banyak digunakan dalam lingkup rumah tangga maupun wirausaha pangan mikro.

Menggoreng makanan selain cepat, cita rasa yang dihasilkan dengan cara menggoreng lebih gurih serta aroma masakan yang menggugah selera dibanding dengan teknik mengolah makanan dengan cara di rebus, kukus, tim, panggang, maupun pengasapan. Menggoreng makanan sebanyak tiga (3) kali maka akan menghasilkan minyak goreng bekas dan lebih di kenal sebagai minyak jelantah. Penggunaan minyak goreng berulang kali akan menyebabkan kerusakan minyak yang terdiri dari kerusakan oksidasi dan hidrolisis (Koirunnisa, dkk, 2019).

Minyak goreng yang digunakan berulang-ulang akan mengubah lemak menjadi jenuh sehingga melepaskan radikal bebas yang bersifat karsinogenik (Haryanto:2020). Pernyataan ini menegaskan bahaya minyak goreng bekas (jelantah) bagi kesehatan.

Minyak jelantah juga menjadi pilihan alternatif secara terpaksa oleh masyarkat akibat meroketnya harga minyak goreng sawit serta pelarangan penggunaan minyak goreng curah. Minyak jelantah jika dikonsumsi secara berlebihan dan secara terus menerus maka akan memicu munculnya penyakit degeratif kanker, stroke dan penyempitan pembuluh darah (Haryanto, 2020).

Selain membahayakan kesehatan, minyak jelantah juga membahayakan ekosistem air dan tanah. Untuk mencegah kondisi ini yang terus berlangsung maka perlu upaya untuk menangani produksi minyak jelantah menjadi produk  yang bernilai sehingga minyak jelantah tidak mencemari ekosistem air dan tanah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fujita, dkk (2015) mempublikasikan bahwa di Indonesia, sebagian besar limbah minyak goreng dari rumah tangga dibuang ke drainase dan tanah, menurut menurut survei yang dilakukan di Bogor, menyebabkan kerusakan lingkungan berupa pencemaran air dan tanah, serta peningkatan emisi gas rumah kaca. Di daerah perkotaan di Jepang, limbah minyak goreng sebagian besar dipadatkan dan dibuang sebagai limbah pembakaran, sedangkan di di daerah lokal, dibuang ke drainase dan menyebabkan kerusakan sistem pembuangan limbah.

Bahaya minyak jelantah yang langsung di buang ke perairan dapat menyebabkan rusaknya ekosistem perairan, akibat meningkatnya kadar Chemical Oxygen Demind (COD) serta Biological Oxygen Demind (BOD) karena tertutupnya permukaan air dengan lapisan minyak sehingga sinar matahari tidak bisa masuk ke perairan akibatnya biota perairan akan mengalami kematian yang kemudian mengganggu ekosistem perairan tersebut (Abduh, 2018).

Tujuan pembangunan berkelanjutan sebagai komitmen global dan nasional mencakup sasaran kehidupan sehat dan sejahtera, konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Untuk itu salah satu upaya kecil yang dapat dilakukan untuk mencegah penggunaan minyak jelantah berulang-ulang maupun di buang langsung dengan mendaur ulang minyak jelantah menjadi bahan pembersih serba guna.

Bahan pembersih serba guna dari minyak jelantah dapat dipergunakan untuk mencuci linen, mencuci sepatu olah raga, membersihkan piranti hidang, membersihkan kamar mandi, membersihkan sepeda maupun kendaraan bermotor. Bahan pembersih serba guna daur ulang ini disebut Soaping Mydjelita. Soaping Mydjelita  memadukan kata bahasa Inggris dan akronim berbahasa Indonesia dengan aksen d. Soaping berarti mencuci dengan sabun dan Mydjelita akronim dari Minyak Djelantah Kita.

Inovasi ini berawal dari tahun 2021 saat meroketnya harga minyak sawit hingga terjadi kelangkaan. Untuk mencegah penggunakan minyak jelantah yang justru membahayakan kesehatan maka dalam komunitas seluruh unsur pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan wirausaha pangan SMK Negeri 3 Magelang secara suka rela mendonasikan minyak jelantah sawit halal yang dimiliki untuk diolah dengan pola barter. Minyak jelantah sawit yang diberikan oleh donatur di tukar dengan bahan pembersih serba guna.

Daur ulang minyak jelantah menjadi bahan pembersih serba guna ini relatif mudah di terapkan. Bahan dan alat yang dipergunakan terjangkau oleh masyarakat. Bahan utama adalah minyak jelantah sawit dengan penambahan bahan aktif dari alam yang juga mudah dijumpai seperti daun Pandan Wangi dan daun Sintrong.

Daun pandan wangi mengandung flavanoid, alkaloid, tanin, polifenol dan saponin sebagai anti oksidan alami sedangkan daun sintrong alkaloid, glikosida, steroid, saponin, tanin dan flavanoid. Daun sintrongsebagai anti bakteri pada Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli, Vibrio cholera dan anti jamur (Elsie, 2010).

Metode design thinking dipergunakan dalam inovasi ini dengan komitmen dan konsistensi bersama dalam mencegah penggunaan minyak jelantah sawit dalam pengolahan makanan. Minyak jelantah disaring, ditimbang dan dimurnikan. Trigliserida minyak jelantah dan alkali dicampurkan sesuai formula dengan bahan aditif daun Pandan Wangi dan daun Sintrong.  

Bahan pembersih serba guna daur ulang ini berbentuk padat yang praktis dibawa dan mudah dipergunakan dalam urusan pembersihan linen, piranti hidang, sepatu olah raga, kamar mandi, sepeda maupun kendaraan bermotor tanpa membuat iritasi maupun merusak benda yang dicuci, mesin cuci pakaian, mesin pencuci piring, keramik, maupun mesin kendaraan bermotor.

Produk ini sejak 2021 sampai saat dengan perbaikan terus menurus diimbangi dengan penelitian dan pengembangan internal di kompetensi keahlian Perhotelan SMK Negeri 3 Magelang berdasarkan masukan dan uji panelis yang dilakukan.

Soaping Mydjelita memiliki keunggulan yang berbeda dengan penemuan sebelumnya yang sejenis dikarenakan:

  1. Bahan baku berupa minyak jelantah sawit yang halal (Moslem friendly product) melalui pengamatan, pemeriksaan serta pernyataan langsung terpercaya dari donatur minyak jelantah.
  2. Sebagai pewangi, pewarna dan anti bakteri digunakan bahan alami berupa  tumbuhan Pandan Wangi dan Sintrong.
  3. Bahan pembersih tidak berbasis surfaktan deterjen SLS/ SLES, paraben, parfum, alkohol, pengawet, pengental, pewarna sintetik maupun bahan kimia lainnya yang berbahaya.
  4. Tidak diuji cobakan pada makhluk hidup lain (hewan maupun tumbuhan).

Nama : Vera Ira Maya Rohi
Alamat : Jl. Telaga Warna, Rejowinangun Utara, Kota Magelang 56127
No. Telepon : 085729062122