Alat Bantu Produksi (Steam) Ecoprint Kulit

 Ecoprint  berkembang di Indonesia pada mulai tahun 2017 dan mendapat  tempet tersendiri bagi para penyuka batik. Ecoprint telah menjadi model tersediri pada dunia fasen  ecoprint juga telah merambah Kota Tegal. Perkembangan ecoprint ini juga ditandai dengan berkembangnya metode pewarnaan yang digunakan, mordan yang digunakan dan juga media yang digunakan yaitu kain dan kulit domba. Penggunakaan kulit pada   ecoprint sebagai  bahan baku produk seperti tas, sepatu dan dompet juga jaket. Namun ternyata  proses pengukusan dengan alat yang ada menyisakan permasalahan tersediri bagi kulit yang sudah diwaranai yaitu adanya kerutan dan merupakan cacat produksi. Alat perebusan yang ada menggunakan alat kukus besar yang bisa digunakan untuk memasak bakso.

Tujuan dari kegiatan ini  adalah untuk membuat alat perebus, guna mengurangi kerutan kulit, mengurangi waktu proses, memberi ketajaman warna  dan memberi kenyamanan kerja pada pekerja.  Hasil percobaan dihasilkan alat perebusan dengan dimensi alat panjang 700 mm  dan lebar 330 mm, tinggi 350 mm.   Untuk mengurangi tekanan ruang kukus dan kenyamanan kerja pekerja, alat dilengkapi dengan rool penggulung kulit  berupa engkol pemutar dan alat pengukur suhu. Hasi uji alat menujukan kerutan kulit setelah proses perebusan hilang, 80 %,  waktu perebusan lebih singkat 30 menit dari normal 2jam 50 menit, hasil warna lebih tajam  dan kenyamanan pekerja meningkat.

Kata kunci : Alat Perebusan, Ecoprint, Batik, Engkol, warna perebusan

 

Popularitas  ecoprint mulai mengalami peningkatan cukup baik di Indonesia pada tahun 2017 (Endah Saptutyningsih, 2019). Berjalannya waktu teknik ecoprint dalam proses pewarnaan menjadi salah satu trend dalam bidang pewarnaan dan pembuatan motif pada tekstil.  Ecoprint merupakan suatu proses mentransfer bentuk dan warna pada permukaan kain (Maharani, 2018:15).

Ecoprint pertama kali dikenalkan di Kota Tegal oleh pemilik IKM Citra Collection Ibu Retno Wulansari pada tahun 2019 an. Beliau hanya berfikir Tegal yang terkenal dengan makanan khasnya sate pasti menyisakan kulit yang banyak. Sementara ini kulit hanya dimasak atau dijual kepengepul kulit dari luar Kota Tegal, maka pada tahun 2020 Beliau mengembangkan ecoprint menggunakan kulit domba/kambing. Alat perebusan masih menggunakan alat untuk memasak sehingga kulit perlu digulung dan ditekuk dan diikat agar bisa masuk ke alat pengukusan. Hasilnya kulit mengaalami pengerutan karena harus dimasuk 2 jam 30 menit dengan suhu maksimal 70 derajat. Selama proses pengukusan kulit harus dilakukan pembalikan biar pengukusan merata dengan waktu pembalikan 20 menit sekali, atau sekali perebusan minimal tutup alat dibuka 5 kali untuk pembalikan kulit. Proses ini cukup melelahkan dan tidak nyaman bagi pekerja karena harus terkena uap panas dan kejeliaan mengontrol suhu ruang alat.

Dari sisi Teknis :

  1. Bahan baku                    : 100 % kandungan local
  2. Ketersedian bahan         : 100 % tersedia di  Tegal
  3. Produksi                         : 100 % bisa dibuat oleh  UKM Logam Kota Tegal

Dari sisi Pengoperasian

  1. Mudah dioperasikan
  2. Pembalikan kulit yang direbus cukup memutar tuas engkol
  3. Terdapat control suhu
  4. Langsung bisa digunakan pada jenis kompor apapun untuk 2 tungku

Dari sisi Hasil Kinerja Alat

  1. Meningkatkan mutu ecoprint karena sudah tidak ada kerutanan pada kulit
  2. Waktu produksi lebih singkat dapat mengurangi penggunaan gas
  3. Warna Ecoprint lebih tajam karena tersteem lebih sempurna
  4. Keselamatan kerja lebih terjaga karena terhindar dari uap panas

Nama : Retno Wulansari
Alamat : Jl. Jalak Timur No 9 Rt 001/004 Pekauman Tegal
No. Telepon : 087830408160