Pemanfaatan "Buku Ibuku" sebagai Upaya Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Bawah Lima Tahun (Balita)

Latar Belakang: Pandemi COVID-19 yang belum berakhir hingga saat ini sedikit-banyak mengubah kegiatan manusia yang semula sarat akan kegiatan tatap muka, kini lebih banyak berjumpa melalui platform virtual. Namun, tidak semua aktivitas dapat digantikan dengan metode virtual, mislanya: Posyandu balita. Vakumnya kegiatan di Posyandu balita menyebabkan pemantauan pertumbuhan anak dan kegiatan rutin edukasi perkembangan anak turut berhenti. Hal tersebut dapat menyebabkan anak kehilangan masa emas pertumbuhan dan perkembangannya. Masa emas tersebut berlangsung mulai seribu hari pertama kehidupan hingga usia anak sekitar lima tahun. Jika pemenuhan nutrisi dan stimulasi pada masa penting ini tidak di perhatikan, maka akan berdampak pada kemampuan kognitif, verbal, sosial, dan emosional. Tujuan: Pada tahap penerapan, penulis bertujuan untuk memperluas cakupan Buku Ibuku guna menambah informasi bagi Ibu balita mengenai pertumbuhan dan perkembangan buah hati serta mendorong Ibu untuk emlakukan pemantauan secara mandiri. Metode Pelaksanaan: Penerapan dilakukan dengan memperluas informasi ke wilayah Posyandu balita di luar Dusun Tanjungsari dan meminta feedback kepada responden. Potensi Keberlanjutan: Luaran dari kegiatan penelitian berupa buku/modul akan memudahkan dan menjamin keberlanjutan program. Kerjasama yang baik dengan kader-kader Posyandu akan mempermudah keberlanjutan program. Sebab kader Posyandu memiliki akses dan relasi yang lebih luas untuk meningkatkan kebermanfaatan produk luaran tersebut. Ke depannya penulis berencana melanjutkan pencetakan buku dengan mendaftar ISBN.

Kata kunci: tumbuh-kembang, balita, Posyandu

Pandemi COVID-19 mengubah banyak hal dalam kehidupan manusia. Penggunaan masker, kebiasaan cuci tangan, serta interaksi berjarak saat ini menjadi lazim di masyarakat. Meskipun dirasa kurang nyaman, namun hal ini merupakan ikhtiar bersama guna mencegah penularan infeksi virus corona tersebut. Sebelum dilaksanakan adaptasi kebiasaan baru yang diinisiasi pada bulan Juni 2020 yang lalu, pergerakan manusia bahkan dibatasi termasuk aktivitas ibadah di bulan Ramadhan hingga perayaan Idul Fitri.

Kegiatan vital dari berbagai sektor saat ini masih dibatasi. Meskipun sudah diinisiasi pembelajaran tatap muka, pembukaan pasar atau sejumlah tempat umum lainnya, namun kegiatan di bidang kesehatan belum berjalan seperti biasa mengingat area penularan COVID-19 erat dengan cakupan bidang kesehatan. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, baik balita maupun lansia pun masih dibatasi. Padahal kegiatan rutin Posyandu balita, seperti: pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar kepala (LK), pemberian vitamin, atau penyuluhan dari bidan desa maupun kader Posyandu merupakan kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan yang penting bagi balita.

Saat ini, Posyandu balita di wilayah Desa Talunombo baru melakukan kegiatan dengan pengukuran antopometri secara bergantian. Sehingga ibu hanya mengantar balita untuk dilakukan pengukuran lalu pulang. Dengan absennya kegiatan penyuluhan maupun forum diskusi bagi para Ibu menyebabkan transfer informasi tidak maksimal. Askes informasi juga tidaka sama, terlebih bagi mereka yang tinggal di daerah pedesaan dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah. Minimnya pengetahuan tersebut berdampak pada pola asuh yang kurang mendukung optimalisasi pertumbuhan maupun perkembangan anak. Hal tersebut dapat menyebabkan anak kehilangan masa emas pertumbuhan dan perkembangannya.

Usia emas (golden age) merupakan seribu hari pertama kehidupan atau mulai dari kandungan hingga usia anak dua tahun, di mana pertumbuhan dan perkembangan berlangsung sangat pesat. Masa emas tersebut terus berlangsung hingga usia sekitar lima tahun (Toghyani et al., 2015). Seribu hari pertama kehidupan menjadi penting karena pada masa itu proses pembentukan, pertumbuhan, dan perkembangan anak berlangsung sangat cepat dan pesat. Volume otak pun mencapai 90% volume otak dewasa. Masa ini juga merupakan periode kritis tumbuh-kembang (UNICEF, 2020). Jika pemenuhan nutrisi dan stimulasi pada masa penting ini tidak di perhatikan, maka anak berisiko mendapat gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang akan berdampak pada segala aspek kemampuannya, seperti: kognitif, verbal, sosial, dan emosional (Martorell, 2017).

Urgensi optimalisasi tumbuh-kembang anak guna melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas sudah sepantasnya menjadi perhatian. Pemerataan informasi dan edukasi yang komprehensif diperlukan agar trend positif berkaitan dengan hal tersebut tidak hanya dijumpai di kota-kota besar. Dengan latar belakang pengetahuan kesehatan, pengalaman pengabdian masyarakat, dan kepedulian terhadap generasi penerus bangsa Indonesia, penulis telah menguji pengaruh Buku Ibuku yang sudah dirancang oleh penulis di Dusun Tanjugsari, Desa Talunombo, Kecamatan Baturetno, Wonogiri. Hasil uji coba menunjukkan perbedaan tingkat pengetahuan ibu yang signifikan setelah menerima intervensi berupa Buku Ibuku dengan metode pretest dan posttest. Hasil penelitian ini mendorong penulis untuk melanjutkan penerapan Buku Ibuku meliputi wilayah yang lebih luas agar kebermanfaatan buku tersebut guna mendukung upaya optimalisasi tumbuh-kembang anak bawah lima tahun (balita) dapat meluas.

Hingga saat ini di sebagian besar Posyandu balita, pemberian edukasi mengenai tumbuh-kembang anak hanya dalam bentuk ceramah oleh kader Posyandu maupun bidan desa. Sementara, tidak semua ibu balita akan mengikuti kegiatan di Posyandu hingga selesai. Buku ini disusun oleh penulis sendiri dengan tujuan meningkatkan akses pengetahuan dan pemahaman Ibu balita tumbuh-kembang dan pola asuh anak.

Buku Ibuku sudah mencapai beberapa tahap implementasi, mulai dari uji coba kerangka buku, uji coba isi buku dalam bentuk penelitian eksperimental pada subjek yang bersesuaian. Pada penelitian ini, terdapat pengaruh yang bermakna antara penggunaan “Buku Ibuku” sebagai media pemantauan tumbuh kembang anak secara mandiri dengan tingkat pengetahuan ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata hasil posttest mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan pretest (82.73+11.622 vs 67.73+17.977) dan perbedaan tersebut bekmakna secara statistika. Hal ini sejalan dengan Penal et al (2017) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pola asuhnya (p=0.042). Ibu dengan pengetahuan yang baik cenderung memiliki pola asuh yang dominan namun berdampak pada tingkat kesakitan anak yang lebih rendah.

Nama : Maulida Abdillah Alfaruqy
Alamat : Tanjungsari RT 13/RW 04, Talunombo, Baturetno, Wonogiri
No. Telepon : 085640366899