TOYOMILI: SISTEM PENGENDALIAN IRIGASI OTOMATIS BERDASARKAN LENGAS TANAH PADA TANAMAN HOLTIKULTURA BERBASIS INTERNET OF THINGS (IoT)

Ketahanan pangan global semakin kompleks dan mendesak karena perubahan iklim, peningkatan populasi, dan pandemi COVID-19. Perubahan iklim mengubah pola musim dan mengancam produksi pangan. Populasi manusia terus bertambah sehingga produksi pangan harus dioptimalkan. Pandemi COVID-19 berdampak pada produksi, distribusi, akses, dan gizi pangan. Untuk itu, gerakan menanam dirumah menjadi salah satu solusi. Akan tetapi proses penanaman bukan hal yang mudah apalagi dalam proses penyiraman. Seringkali penyiraman dilakukan dengan sembarangan. Padahal setiap tanaman memiliki tingkat kelembapan tanah untuk tumbuh optimal yang berbeda-beda. Proses penyiraman juga sering dilakukan dengan tidak efisien, sehingga memerlukan waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan air, serta meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman hortikultura melalui  sistem pengendalian irigasi otomatis berdasarkan lengas tanah pada tanaman holtikultura berbasis Internet Of Things (Iot). Perancangan pada sistem pengendalian irigasi otomatis dilakukan dengan menggunakan sensor soil moisture tipe 1.2 Capacitive yang telah dikalibrasi dengan perhitungan gravimetri terhadap sampel tanah dari lapangan untuk mengukur kelembapan suatu tanah dan secara otomatis akan mengirimkan perintah kepada modul NodeMCU ESP8266 dalam bentuk sinyal digital  sebagai pengendali seluruh kerja sistem untuk melakukan penyiraman ketika kelembapan tanah dibawah abang batas tertentu. Kemudian untuk memudahkan dalam memonitoring tanamannya, petani dapat memantau melalui aplikasi melalui smartphone kapanpun dan dimanapun. Sensor soil moisture nantinya dapat digunakan untuk sistem penyiraman otomatis atau untuk memantau kelembaban tanah tanaman secara offline maupun online.

Ketahanan pangan menjadi isu global yang semakin kompleks dan mendesak untuk diatasi, mengingat adanya berbagai tantangan seperti perubahan iklim, peningkatan populasi manusia, serta pandemi COVID-19. Perubahan iklim mengakibatkan perubahan pola musim hujan dan kemarau yang memengaruhi produksi pangan dan mengancam ketahanan pangan di berbagai negara. Disamping itu, populasi manusia terus mengalami peningkatan sehingga produksi pangan harus dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Pandemi COVID-19 juga telah mempengaruhi ketahanan pangan, baik melalui dampak langsung pada produksi pangan di bidang pertanian maupun distribusi pangan, serta dampak ekonomi yang mempengaruhi akses pemerataan pangan dan gizi.

Selain itu, perubahan pola konsumsi masyarakat yang semakin mengarah ke produk organik daripada produk nonorganik juga menjadi perhatian utama dalam masalah ketahanan pangan. Kebiasaan konsumsi ini tidak hanya mempengaruhi kualitas gizi dan kesehatan masyarakat, tetapi juga menimbulkan dampak pada lingkungan dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengoptimalkan produksi pangan dengan mempertahankan kualitas, kuantitas, dan keberlanjutan produksi. Hal ini dilakukan untuk memberikan manfaat bagi kesehatan, lingkungan, dan keberlanjutan ekonomi. Salah satu solusi dalam upaya ini adalah dengan mengembangkan teknologi pertanian yang inovatif dan berkelanjutan, seperti penggunaan sistem pengendalian irigasi otomatis berbasis IoT pada tanaman holtikultura.

Dalam upaya mengatasi tantangan ini, berbagai inisiatif telah dilakukan di berbagai daerah, salah satunya adalah gerakan tanam sejuta cabai di pekarangan rumah yang digalakkan oleh Bupati Klaten Sri Mulyani di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat melalui peningkatan produksi cabai di daerah tersebut. Selain itu, gerakan ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat melalui konsumsi cabai yang kaya akan nutrisi dan antioksidan. Namun, gerakan tanam sejuta cabai ini menghadapi beberapa tantangan yang salah satunya adalah penyiraman. Proses penyiraman pada tanaman cabai menjadi penting untuk kelangsungan hidup tanaman, kualitas, dan jumlah hasil panen. Dalam hal ini, penggunaan sistem pengendalian irigasi otomatis berbasis IoT pada tanaman holtikultura dapat membantu mengatasi masalah ini. Sistem ini dapat secara otomatis mengontrol penyiraman tanaman sesuai dengan kebutuhan air tanaman, sehingga mampu meningkatkan efisiensi penyiraman dan kualitas hasil panen. Dengan demikian, penggunaan teknologi pertanian inovatif seperti ini dapat memperkuat gerakan tanam sejuta cabai dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat Klaten dan sekitarnya.

Penggunaan sistem pengendalian irigasi otomatis berbasis IoT pada tanaman hortikultura dapat membantu mengatasi masalah penyiraman yang tidak efektif dan meningkatkan produktivitas tanaman secara keseluruhan. Sistem ini bekerja dengan cara mengukur tingkat kelembapan tanah pada saat-saat tertentu dan memberikan air secara otomatis jika tanah terlalu kering. Hal ini dapat mengoptimalkan penggunaan air yang digunakan dalam irigasi, mengurangi penggunaan air yang berlebihan, dan mencegah penggunaan air yang tidak perlu. Selain itu, sistem ini dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman hortikultura, tidak hanya cabai. Beberapa jenis tanaman lain seperti tomat, paprika, terong, dan sebagainya juga dapat diatur penyiramannya dengan sistem pengendalian irigasi otomatis berbasis IoT ini. Dengan penggunaan teknologi, petani dapat mengoptimalkan kualitas dan produktivitas tanaman mereka dengan cara yang efektif dan efisien.

Dalam konteks gerakan tanam sejuta cabai di pekarangan rumah yang digalakkan oleh Bupati Klaten Sri Mulyani, penggunaan sistem pengendalian irigasi otomatis berbasis IoT dapat menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah penyiraman yang tidak efektif dan memperkuat gerakan tersebut. Selain itu, teknologi ini juga dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar untuk mendukung program-program pertanian yang lebih luas dan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan.

Alat irigasi otomatis berbasis iot adalah sebuah sistem yang dapat mengatur pengairan tanaman secara otomatis dengan memanfaatkan teknologi internet of things (iot). Alat ini dapat mengukur kelembaban tanah, lalu mengirimkan data tersebut ke server yang terhubung dengan internet. Server kemudian akan mengirimkan perintah ke alat untuk menyalakan atau mematikan pompa air sesuai dengan kebutuhan tanaman. Alat ini berbeda dengan penemuan sebelumnya yang sejenis, seperti alat irigasi otomatis berbasis timer atau sensor tanpa iot. Alat irigasi otomatis berbasis iot memiliki beberapa kelebihan, antara lain: dapat menyesuaikan pengairan tanaman dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah, dapat diakses dan dikontrol dari jarak jauh melalui internet, dapat menghemat air dan energi, serta dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman. Dengan demikian, alat irigasi otomatis berbasis iot adalah sebuah inovasi yang bermanfaat bagi para petani dan penggiat pertanian. Sebagai contoh penggunaan alat ini, seorang petani dapat memantau kondisi tanamannya melalui smartphone atau komputer, lalu mengatur jadwal dan durasi pengairan sesuai dengan jenis dan fase pertumbuhan tanamannya. Jika terjadi perubahan cuaca yang tidak terduga, seperti hujan atau kemarau, alat ini akan secara otomatis menyesuaikan pengairan tanaman tanpa perlu campur tangan manusia. Hal ini dapat menghindari kelebihan atau kekurangan air yang dapat merusak tanaman.

Nama : Muhammad Alif Rahmam Hakim
Alamat : Jl. Kenteng, Desa Paseban, Kec. Bayat, Kabupaten Klaten,
No. Telepon : 083840728052