E-CORDECT (EARLY CORONARY DETECTOR): APLIKASI PENDETEKSI DINI RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER BERBASIS ANDROID

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang mengganggu fungsi jantung karena penyempitan arteri koroner oleh tumpukan lemak. Penyempitan ini membuat otot jantung kekurangan darah dan mengalami kerusakan sehingga menimbulkan rasa nyeri bahkan kematian. PJK menjadi penyebab 6,7 juta kematian di seluruh dunia. Di tahun 2030, jumlah ini akan meningkat menjadi 23,4 juta kematian dan 80% diantaranya terjadi di negara berkembang. Sementara di Indonesia, sekitar 2 juta orang menderita PJK. PJK dapat dicegah dengan mengurangi nilai faktor risiko PJK. Nilai faktor risiko PJK dapat diketahui dengan menghitung Skor Kardiovaskular Jakarta (SKJ). E-Cordect merupakan aplikasi kesehatan edukatif yang dapat membantu pengguna untuk memahami dan mencegah PJK. Menu SKJ dalam aplikasi E-Cordect, dapat digunakan untuk memperkirakan kejadian PJK dalam waktu 10 tahun ke depan. Selain itu, di E-Cordect juga tersedia Menu Informasi PJK, Menu Diet Koroner,  Menu Indeks Massa Tubuh, Menu Layanan Kesehatan, dan Menu Lapor Diri untuk melaporkan rekam medis pengguna pada Layanan Kesehatan. Tujuan pengembangan aplikasi ini yaitu merancang dan menguji aplikasi E-Cordect berbasis Android. Pengembangan aplikasi menggunakan model waterfall yang meliputi tahap analisis, desain, pengkodean, dan pengujian. Pengembangan aplikasi dilakukan di PTYQ Menawan, RSI Sunan Kudus, Puskesmas Wergu Wetan, dan PTPYQ 2 Muria. Sebelum uji coba penggunaan E-Cordect, dilakukan uji black box dan uji validitas ahli. Berdasarkan hasil uji System Usability Scale (SUS) E-Cordect pada pengguna, 68% responden menyatakan Sangat Baik, 12% responden menyatakan Baik, 12% responden menyatakan Cukup, dan 8% responden menyatakan Kurang.

Penyakit jantung koroner (PJK) berkontribusi besar terhadap kematian dini, penurunan kualitas hidup, dan tingginya biaya kesehatan (Setyaji dkk., 2018). PJK memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Tiksnadi dkk., 2018). World Health Organization (WHO) memperkirakan PJK menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia dengan 6,7 juta kematian per tahun pada tahun 2019 dan akan meningkat menjadi 23,4 juta kematian pada tahun 2030, dengan lebih dari 80% terjadi di negara berkembang. Menurut data Riskedas 2018, prevalensi PJK di Indonesia berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter sebesar 0,5% (±883.447 orang), sedangkan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% (±2.650.340 orang) (Kemenkes, 2018).

          Penyakit jantung koroner adalah penyakit atau gangguan fungsi jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner yang menyuplai darah kaya oksigen ke otot jantung (Daniati &Erawati, 2018; Kemenkes, 2013). Secara klinis, terkadang hambatan pada beberapa arteri koroner dapat menyebabkan nyeri dada (angina pektoris) (Campbell dkk., 2008). Rasa nyeri tersebut paling mungkin dirasakan ketika jantung bekerja di bawah tekanan, dan itu menandakan bahwa bagian dari jantung tidak menerima cukup O2 . Serangan jantung (infark miokard) adalah kerusakan atau kematian jaringan otot jantung karena pecahnya satu atau lebih arteri koroner, yang memasok darah kaya oksigen ke otot jantung. Jika sebagian besar jantung terpengaruh, jantung akan berhenti berdetak dan mengakibatkan kematian (Urry  dkk., 2021). Oleh karena itu, upaya pencegahan melalui deteksi dini faktor risiko dan upaya pengendalian menjadi sangat penting (Ghani dkk., 2016).

          Pencegahan penyakit kardiovaskular (PKV) untuk 10 tahun ke depan dapat dilakukan dengan menghitung skor faktor risiko kardiovaskular saat ini. Skor Kardiovaskular Jakarta memiliki tingkat positif sebesar 92,2% dan nilai prediksi negatif sebesar 72,8%. Skor tersebut didasarkan pada jenis kelamin, usia, tekanan darah, indeks massa tubuh, merokok, diabetes, dan aktivitas fisik mingguan (Tiksnadi dkk., 2018). Lebih dari 75% kasus PJK dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup dan fokus pada faktor risiko sejak dini (Setyaji dkk., 2018). Prediksi risiko juga dapat digunakan untuk memotivasi kepatuhan individu dalam hal modifikasi gaya hidup dan terapi yang diberikan (PERKI, 2015). Namun, faktor PKV tidak disadari adanya, sulit diubah, dan dikondisikan lagi dengan istilah yang asing yaitu identifikasi kelompok risiko melalui faktor risiko (Nurwidyaningtyas, 2014).

                Berdasarkan riset Cathrien dkk. (2016), intervensi PJK berbasis web memberikan gambaran profil risiko kardiovaskular pada orang tua, tetapi efeknya sederhana dan penggunaannya menurun seiring waktu. Oleh karena itu penulis menawarkan E-CORDECT (Early Coronary Detector) sebagai aplikasi pendeteksi dini risiko PJK berbasis Android yang praktis dan edukatif. Dengan demikian, masyarakat praktis dapat mengetahui nilai risiko prediksi PJK 10 tahun ke depan beserta cara pencegahannya, dengan harapan dapat mengurangi risiko kematian.

E-Cordect sebagai aplikasi android memiliki beberapa keunggulan, antara lain:

1. Aplikasi dapat digunakan untuk memprediksi nilai risiko penyakit jantung koroner hingga 10 tahun ke depan.

2. Aplikasi menggunakan prediksi berbasis Skor Kardiovaskular Jakarta, jadi tanpa melakukan pengecekkan nilai kolestrol pengguna, nilai risiko penyakit jantung koroner dapat diketahui dengan lebih mudah, murah, dan cepat.

3. Aplikasi memberikan rekomendasi penanganan berdasarkan tingkat risiko kardiovaskular.

4. Aplikasi memberikan informasi edukatif tentang penyakit jantung koroner dan diet koroner.

5. Aplikasi memberikan informasi lokasi penanganan kesehatan jantung terdekat.

6. Aplikasi punya fitur rekam medis.

7. Aplikasi memiliki tampilan yang sederhana, sehingga mudah digunakan.

Nama : Ahmad Alfian Risydan Yasin
Alamat : Tanjungrejo RT 01 RW 03 Jekulo Kudus
No. Telepon : 085800323523