JODER (Kacang Hijau Wader) INOVASI FORMULA MAKANAN PENDAMPING ASI BERBAHAN DASAR PANGAN LOKAL UNTUK TUMBUH KEMBANG BALITA GIZI KURANG DAN STUNTING

Kacang hijau dan wader adalah produk pangan lokal yang terdapat di Kabupaten Semarang dan mempunyai nilai gizi yang tinggi, sehingga berpotensi untuk diolah kembali menjadi produk inovasi yang sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang balita gizi kurang dan stunting. Formula makanan pendamping ASI Joder merupakan produk makanan yang mempunyai nilai protein tinggi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses pembuatan formula makanan penamping ASI Joder, serta implementasi pada balita gizi kurang dan stunting.

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Desain penelitian yaitu pretest - posttest without control group design,.Implementasi makanan pendampng ASI Joder diberikan pada balita gizi kurang dan stunting di wilayah kerja puskesmas Duren Kabupaten Semarang selama 30 hari.

Hasil penelitian menunjukkan untuk parameter aroma, rasa, dan tampilan fisik menunjukkan formula makanan pendamping ASI Joder B mempunyai skor lebih tinggi dibandingkan formula makanan pendamping ASI Joder A. Analisis menunjukkan bahwa setelah dilakukan implementasi pada balita gizi kurang dan stunting selama 1 bulan ada pengaruh terhadap berat badan dan tinggi badan balita dengan nilai signifikan p-value<0.05. Analisis nilai gizi formula MP ASI Joder dilakukan di Center Food and Agriculture UNIKA Semarang dengan hasil : air 76,754%, protein 2,059%, abu 0,852%, lemak 0,808%, karbohidrat 19,527%. Formula makanan pendamping ASI Joder layak untuk dijadikan sebuah produk inovasi formula makanan pendamping ASI untuk tumbuh kembang balita gizi kurang dan stunting

Kata kunci: Balita, Formula , Inovasi, Joder

 

LATAR BELAKANG

Gizi kurang pada balita, membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik maupun mental yang selanjutnya akan menghambat prestasi belajar. Akibat lainnya adalah penurunan daya tahan, menyebabkan hilangnya masa hidup sehat balita, serta dampak yang lebih serius adalah timbulnya kecacatan, tingginya angka kesakitan dan percepatan kematian (Rahim ,2014). Kebutuhan gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak mengingat zat- zat gizi dalam tubuh dapat membantu proses bayi dan anak serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang gizi dalam tubuh . Berdasarkan data Kabupaten Semarang prosentase angka gizi kurang mengalami peningkatan yang fluktuatif dari 3,14% (tahun 2015) menjadi 3,21% di masa pandemi (2019). Di masa ini balita akan rentan mengalami penyakit yang akan berdampak pada status gizi di masa yang akan datang.

Upaya Diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti kacang kacangan dan hewani merupakan salah satu alternatif untuk penganekaragaman dalam pembuatan formula makanan pendamping ASI. Diversifikasi produk berbasis kacang kacangan-kacangan dan hewani dapat menghasilkan pangan fungsional yang disamping dapat memenuhi kebutuhan gizi juga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan.

Gizi yang baik dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang sehat selama masa balita yang akan menjadi dasar bagi kesehatan. Pengaturan makanan yang seimbang menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi untuk energi, pertumbuhan anak, melindungi anak dari penyakit infeksi serta membantu perkembangan mental dan kemampuan belajarnya (Thompson (2003) dalam Ihsan, Hiswani, & Jemadi, 2012).

Makanan pendamping ASI (MPASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI memenuhi kebutuhan dan pertumbuhan bayi yang semakin meningkat dan untuk membiasakan bayi pada berbagai macam makanan yang bergizi, mudah dicerna dengan berbagai macam rasa, bentuk dan nilai gizi. Bahan utama dalam pembuatan MP-ASI merupakan sumber energi dalam bentuk karbohidrat sedangkan bahan-bahan lainnya ditambahkan untuk melengkapi asam amino yang kurang dalam bahan utama dan juga berguna untuk menaikkan kadar protein dan lemaknya. Perbandingan bahan makanan penyusun makanan bayi harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi bayi (Hermana 1977 dalam Marta, 2011).

Kacang hijau mempunyai manfaat yang dibutuhkan manusia antara lain dapat melancarkan buang air kecil, mengatasi disentri, menyuburkan rambut, menyembuhkan bisul, menghilangkan biang keringat, memperkuat daya tahan tubuh, menurunkan kolesterol, mengutakan tulang, melancarkan pencernaanmengurangi resiko kanker, sumber protein nabati, mengendalikan berat badan, mengurangi resiko anemia, mencegah tekanan darah tinggi, menyehatkan otak, mengurangi resiko diabetes, bermanfaat untuk ibu hamil dan ibu menyusui, serta mencegah penyakit jantung. Tingginya produksi kacang hijau ini perlu diimbangi produk yang beranekaragam atau diversifikasi produk olahannya (Yanti et all,2019). Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, karena mengandung protein tinggi sebesar 24%, memiliki kandungan lemak yang rendah yaitu sebesar 1 – 1,2%, serta memiliki kandungan serat sebesar 4,1 % (Situngkir, 2010).

Ikan Wader (Rasbora sp) merupakan ikan khas di Danau Rawapening yang termasuk kedalam komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai jual tinggi. Ikan Wader Ijo memiliki daging yang lezat dengan tekstur yang kenyal namun tidak memiiki duri yang banyak, oleh sebab itu ikan ini sangat digemari oleh masyarakat sekitar untuk dikonsumsi (Dewi, 2005). Ikan wader merupakan ikan air tawar dengan kandungan protein 14.8 g/100g (Zaelani, 2012).

Makanan pendamping ASI (MPASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP ASI bemanfaat untuk memenuhi kebutuhan dan pertumbuhan bayi yang semakin meningkat dan untuk membiasakan bayi pada berbagai macam makanan yang bergizi, mudah dicerna dengan berbagai macam rasa, bentuk dan nilai gizi. Bahan utama dalam pembuatan MP-ASI merupakan sumber energi dalam bentuk karbohidrat sedangkan bahan-bahan lainnya ditambahkan untuk melengkapi asam amino yang kurang dalam bahan utama dan juga berguna untuk menaikkan kadar protein dan lemaknya. Perbandingan bahan makanan penyusun makanan bayi harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi bayi (Hermana 1977 dalam Marta, 2011).

Kandungan gizi yang tinggi tersebut membuat kacang hijau dan ikan wader berpotensi untuk diolah kembali menjadi produk Formula MP ASI yang dapat diberikan kepada balita gizi kurang dan balita stunting sehingga dapat memberikan sumbangan protein yang tinggi untuk mendukung tumbuh kembang balita gizi kurang dan stunting

 

KEUNGGULAN INOVASI

Masa balita merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan. Kerusakan pada periode ini tidak dapat diperbaiki di fase kehidupan berikutnya (irreversible) dan akan memengaruhi outcome kesehatan pada masa anak-anak dan dewasa. Kekurangan gizi yang terjadi pada awal kehidupan dapat mengakibatkan terjadinya gagal tumbuh (growth faltering) yang berpengaruh terhadap perkembangan kognitif, morbiditas, dan mortalitas. Pertumbuhan dan perkembangan yang optimal memerlukan asupan gizi, pola asuh, dan stimulus yang tepat dan memadai. Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan atau minuman mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Formula makanan pendamping ASI yang dijadikan makanan tambahan balita di Indonesia sebagian besar masih berbahan dasar tepung terigu sehingga perlu dikembangkan sebuah produk makanan pendamping ASI berbahan pangan lokal yang akan mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu. Ketergantungan terhadap satu komoditi pangan akan berdampak pada kerawanan pangan dan gizi. Selain dari penggunaan bahan pangan lokal, diversifikasi pangan perlu dilakukan. Upaya Diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti kacang kacangan dan hewani merupakan salah satu alternatif untuk penganekragaman dalam pembuatan formula makanan pendamping ASI. Keunggulan makanan pendamping ASI dengan penggunaan bahan pangan lokal :

1. Sebagai sumber energi

Bayi usia enam bulan membutuhkan energi dan nutrisi melebihi yang dikandung ASI. Oleh karena itu, ASI saja tidak cukup dan bayi memerlukan makanan pendamping ASI sebagai sumber energi utama. Pada usia ini juga, bayi telah memiliki kemampuan makan. Bila makanan pendamping ASI diberikan secara terlambat atau tidak tepat, maka pertumbuhan anak bisa terganggu.

2. bahan pangan lokal mudah diperoleh di pasar terdekat.

3. Konsekuensi dari bahan pangan lokal yang mudah diperoleh adalah harga yang relatif murah

4. Kondisi bahan pangan lokal dalam keadaan segar.

Makanan segar memberikan nutrisi yang lebih, vitamin dan mineral yang terkandung didalam makanan segar tidak terpengaruh dengan teknologi pengawetan makanan sehingga lebih terjaga dalam hal kuantitas jumlah nutrisi yang ada.

5. Membiasakan anak dengan kuliner lokal

Memberikan makanan pendamping ASI bahan pangan lokal akan membantu anak terbiasa dengan kekayaan kuliner. Variasi menu lokal juga akan mempermudah anak melalui masa transisi menuju hidangan keluarga

Nama : Ike Listiyowati ,STP.M.Gizi
Alamat : Jl Gedang Asri II No 24 Rt 06 Rw 08 Kelrahan Gedang Anak, Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
No. Telepon : 081237061535