AMPARA: Sintesis Selulosa Dari Limbah Ampas Tebu Dan ?Rumput Gajah (Pennisetum Purpereum) Dalam Pembuatan ?Bioplastik?

     Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan jumlah 3,6 juta ton pertahundari total produksi sampah. Banyaknya penggunaan plastik yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan limbah yang cukup besar. Satu ton sampah yang dibakar akan berpotensi menghasilkan gas CO sebanyak 30 kg. Teknologi produksi plastik biodegradable atau bioplastik yang dibuat dari bahan alami danramah lingkungan sudah mulai dikembangkan. Plastik biodegradable berbahan dasar pati relatif lebih mudah diproduksi dan bahan baku mudah diperoleh. Sebagian besar komponen dasar bioplastik berasal dari bahan pangan sekunder (umbi- umbian, gandum) terkait dengan pengembangan masyarakat perlunya diversifikasi pangan baik primer maupun sekunder. Sehingga tidak mengganggu ketahanan pangan dan pembuatan bioplastik dapat terurai oleh alam. Dalam penelitian ini, pembuatan bioplastik terbuat dari bahan dasar konsentrat selulosa limbah ampas tebu dan rumput gajah serta plasticizer gliserol. Selama ini rumput gajah hanya dimanfaatkan sebagai pakan hewan ternak bahkan dianggap sebagai tanaman pengganggu, padahal memiliki kandungan selulosa yang relatif tinggi. Kandungan selulosa dalam rumput gajah sebesar 32,4% dan lignin 12,6%. Kandungan selulosa yang cukup tinggi dan lignin yang relatif rendah tersebut, menjadikan rumput gajah berpotensi sebagai bahan baku bioplastik dan ampas tebu juga sangat berpotensi sebagai bahan baku pembuatan bioplastik, karena mengandung selulosa sebesar 45,96%, hemiselulosa sebesar 20,37% dan lignin sebesar 21,56%. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penggunaan limbah ampas tebu dan rumput gajah, mengetahui formulasi terhadap komposisi bahan, serta biodegradabillitas terhadap kualitas plastik yang dihasilkan.

Kata Kunci: Bioplastik, Ampas Tebu, Rumput Gajah

     Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan jumlah 3,6 juta ton pertahun dari total produksi sampah. Banyaknya penggunaan plastik yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan limbah yang cukup besar. Plastik yang beredar di pasaran saat ini merupakan polimer sintetik yang terbuat dari minyak bumi yang sulit untuk terurai di alam. Permasalahan sepertiinilah yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Plastik yang sifatnya tidakdapat terurai dalam waktu pendek cenderung menyebabkan penumpukan, sehingga menimbulkan masalah kerusakan lingkungan seperti banjir (Sangian, 2020). Selain itu, kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah plastik dengan membakarnya tentu sangat merugikan dan membahayakan. Satu ton sampah yang dibakar akan berpotensi menghasilkan gas CO sebanyak 30 kg. Salah satu solusi untuk mengurangi permasalahan sampah plastik adalah dengan membuat plastik ramah lingkungan yang disebut bioplastik.

     Bioplastik adalah jenis plastik yang dapat digunakan seperti plastik biasa lainnya namun memiliki keunggulan yaitu cepat terurai oleh mikroorganisme atau terurai menjadi air dan karbon dioksida ketika digunakan dan dilepaskan ke lingkungan tanpa meninggalkan residu beracun. Bioplastik ini sudah dikenal dunia dan telah dikembangkan hingga disebut plastik biodegradable, termasuk di Indonesia. Keuntungan dari penggunaan bioplastik yaitu berasal dari sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, sehingga keberadaannya dapat terus dilestarikan. Bioplastik dapat terbuat dari bahan polimer alami seperti pati, selulosa, galaktomanan, dan lain-lain. Bahan yang digunakan dalam penelitianini yaitu dengan limbah ampas tebu dan rumput gajah. Pemanfaatan ampas tebumemiliki potensi besar sebagai bahan baku produksi bioplastik, karena ampas tebu mengandung 45,96% selulosa, 20,37% hemiselulosa dan 21,56% lignin. Sedangkan rumput gajah mengandung selulosa 32,4% dan lignin 12,6%. Kandungan selulosa yang cukup tinggi dan lignin yang relatif rendah tersebut, menjadikan rumput gajah berpotensi sebagai bahan baku bioplastik.

     Komponen selulosa dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioplastik, karena selulosa bersifat keras dan kuat, sedangkan bioplastik yang ingin dihasilkan bersifat fleksibel dan kuat, sehingga diperlukan zat tambahan berupa plasticizer untuk meningkatkan sifat hardening tersebut. Salah satu plasticizer yang dapat memberikan sifat-sifat plastik adalah gliserol. Penggunaan gliserol dalam pembuatan bioplastik dapat mempengaruhi kuat tarik bioplastik, dengan bertambahnya gliserol maka kuat tarik yang dihasilkanlebih rendah (Anggraini, 2019). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penggunaan limbah ampas tebu dan rumput gajah, mengetahui formulasi terhadap komposisi bahan, serta biodegradabillitas terhadap kualitas plastik yang dihasilkan. Harapannya dengan adanya AMPARA ini dapat memberikan dampak baik bagi lingkungan dan mampu mengurangi plastik sintesis.

Keunggulan AMPARA dibandingkan bioplastik lainnya adalah:

  1. AMPARA merupakan bioplastik yang terbuat dari limbah ampas tebu dan rumput gajah sehingga, ramah lingkungan dibandingkan dengan produk yang lainnya.
  2. AMPARA ini dibuat untuk membungkus suatu barang agar dapat mengurai suatu mikroorganisme sehingga barang yang dikemas dapat terhindar dari jamur.
  3. Harga AMPARA relatif lebih murah karena terbuat dari bahan alami yang terdapat dilingkungan sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Nama : Tazkiya Ainur Rahma
Alamat : Jl. Conge Ngembalrejo, Ngembal Rejo, Ngembalrejo, Kec. Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah
No. Telepon : (0291)434871