"GLATIKS" sebagai alternatif penanganan dan penanggulangan stunting di Kabupaten Rembang

Di Rembang, dilaporkan 24,96% balita mengalami stunting pada 2020 atau naik dari 22,9% pada 2019. Stunting biasa terjadi mulai dari kandungan dan baru terlihat saat anak memasuki usia Balita. Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang diterima janin atau bayi, keterbatasan air bersih dan sanitasi serta ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga yang rendah. Kondisi ini tentu saja ironis mengingat Rembang merupakan daerah dengan garis pantai lp63,5 km yang merupakan penghasil ikan lebih spesifiknya adalah ikan bandeng yang kaya protein.

Diperlukan adanya penanganan khusus terhadap stunting di Kabupaten Rembang. Penanganan khusus ini akan optimal jika memanfaatkan sumber daya alam yang ada, seperti tempe, ikan, dan daun kelor sebagai bahan baku utama. Melalui kandungan asam lemak yang berasal dari ikan, protein dan methionine yang berasal dari tempe, zat besi dan antioksidan yang berasal dari daun kelor yang baik untuk pertumbuhan anak, stunting di Kabupaten Rembang dapat diminimalisir.

Proses pembuatan GLATIKS yang berbahan dasar tempe, ikan, dan daun kelor diperoleh dengan cara menghaluskan bahan dasar hingga halus, saring ampas lalu. menambahkan agar-agar dan jelly. Aduk rata, rebus hingga mengental, masukkan kedalam wadah hingga setengah kering, potong kecil-kecil, jemur di bawah sinar matahari selama 3-4 hari hingga kering. GLATIKS sangat disukai oleh anak-anak karena rasanya yang manis dan juga warnanya yang bervariasi seperti permen sehingga sangat menarik untuk anak-anak.

 Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi topik utama saat ini adalah masih tingginya anak balita yang pendek (stunting). Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia).

       Stunting biasa terjadi saat mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak memasuki usia Balita. Hal ini terjadi disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang diterima janin atau bayi, keterbatasan air bersih dan sanitasi serta ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga yang rendah. Masa balita adalah masa yang sangat penting dan perlu diperhatian yang sangat serius karena pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat pesat. Pola asuh adalah salah satu faktor yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam proses pengasuhan sangat penting, pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang dapat menjadi dasar untuk tumbuh kembang anak yang optimal. Faktor lain yang kemungkinan menyebabkan stunting adalah kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama sejak dalam kandungan sampai anak usia 2 tahun.

       Stunting sangat terkait dengan gangguan perkembangan intelektual selama masa kanak-kanak, dan perawakan pendek pada masa dewasa, hasil ini menekankan perlunya pencegahan retardasi pertumbuhan melalui promosi dari perawatan pra kehamilan dan menyusui, serta pengendalian penyakit infeksi, serta memberikan asupan gizi sesuai kebutuhan harian anak.

       Perlu diketahui bahwa angka stunting di Kabupaten Rembang sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan angka rata-rata nasional sekitar 27%. Di Rembang, dilaporkan 24,96% balita mengalami stunting pada 2020 atau naik dari 22,9% pada 2019 (Yandip, 2021). Kondisi ini tentu saja ironis mengingat Rembang merupakan daerah dengan garis pantai sepanjang 63,5 km yang merupakan penghasil ikan yang kaya protein.

       Ikan tunul (Sphyraena jello) biasa dikenal dengan nama ikan alu-alu atau ikan barakuda adalah ikan yang mudah ditemui di daerah Rembang. Ikan tunul memiliki komposisi kimia yaitu kadar air sebesar 80,69 %, kadar protein sebesar 14,71 %, kadar abu sebesar 1,30 %, kadar lemak sebesar 0,19 %, dan karbohidrat sebesar 3,12 % (Devita, 2014). Harga ikan tunul lebih murah dibandingkan dengan ikan tenggiri dan ikan gabus. Ikan tunul memiliki daging yang berasa gurih dan lembut sehingga ikan ini dapat dijadikan alternatif pengganti sumber protein hewani. Mengingat sumber daya alam berupa laut yang luas serta kandungan gizi pada ikan tunul, stunting di Kabupaten Rembang dapat teratasi dengan pemanfaatannya yang efektif.

Selain ikan, makanan lain yang memiliki protein tinggi adalah tempe. Tempe adalah salah satu produk fermentasi dari kacang kedelai (Glycine max). Produk tradisional ini sangat bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung zat-zat gizi esensial (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral) serta senyawa-senyawa bioaktif yang unggul seperti vitamin B12, antidiare, antikanker, penurun kolesterol jahat, dan antioksidan dalam bentuk isoflavon (Wayan, 2020). Sebagai salah satu bahan makanan yang mengandung protein yang cukup tinggi, tempe bisa membantu mencegah stunting pada anak-anak. Sebab protein pada tempe merupakan makronutrisi yang mengandung metionin, methionine yang ada pada kedelai dan makanan yang berbahan dasar kedelai seperti tempe dan tahu, dan bertugas untuk menstimulasi gen yang berhubungan dengan hormon pertumbuhan. Karenanya, mengkonsumsi tempe bisa membantu untuk mencegah stunting.

Daun kelor (Moringa oleifera) adalah adalah sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae. Daun kelor dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan WHO telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi) (Broin, 2010). Daun kelor mengandung zat besi yang tinggi, sehingga mampu mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Memenuhi kebutuhan zat besi pada anak merupakan salah satu yang perlu diperhatikan untuk tumbuh kembang anak. Hal ini dikarenakan zat besi pada daun kelor mampu membantu sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Sekarang ini anak-anak banyak mengkonsumsi makanan manis, terutama permen. Permen atau gula-gula adalah makanan berkalori tinggi yang pada umumnya berbahan dasar gula, air, dan sirup fruktosa. Mengkonsumsi permen secara berlebihan dapat menyebabkan diabetes serta kekurangan gizi karena tidak adanya gizi yang masuk ke dalam tubuh anak.

Untuk menekan kasus stunting di Kabupaten Rembang, selain melakukan berbagai program seperti intervensi gizi spesifik, peneliti membuat inovasi dengan memvariasikan tempe, ikan, dan daun kelor menjadi lebih menarik dan kekinian supaya mudah diterima oleh masyarakat yaitu menjadi gula gula atau permen.

 

Berdasarkan uraian diatas, diperlukan adanya penelitian  “GLATIKS (Gula Gula Tempe, Ikan, dan Daun Kelor for Stunting) Sebagai Alternatif untuk Pencegahan dan Penanggulangan Stunting di Kabupaten Rembang”. 

Keunggulan dan Perbedaan Inovasi

1.  Konsep Produk Yang Unik

                  GLATIKS (Gula Gula Tempe, Ikan, Daun Kelor, dan Siwalan) hadir dalam konsep produk yang unik. GLATIKS dibuat berdasarkan dibutuhkannya inovasi dalam penanggulangan stunting di Kabupaten Rembang menggunakan produk yang disukai anak-anak, yaitu gula-gula. Kandungan gula-gula ini juga lengkap dengan kandungan utama meliputi protein, zat besi, antioksidan, dan kalsium. Maka, secara tidak langsung anak-anak mengkonsumsi makanan bergizi dengan cara yang menyenangkan.

 

 

2. Persaingan yang Masih Sedikit Dalam Pasar

GLATIKS (Gula Gula Tempe, Ikan, Daun Kelor, dan Siwalan) adalah satu-satunya produk dengan kandungan gizi tinggi sebagai penanggulangan stunting di Kabupaten Rembang. Sebagai produk pertama dan satu-satunya, GLATIKS hadir tanpa adanya produk pesaing. Produk ini dapat menguasai pasaran dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan.

3. Segmentasi Pasar yang Luas

GLATIKS (Gula Gula Tempe, Ikan, Daun Kelor, dan Siwalan) pada dasarnya menargetkan segmentasi pasar secara khusus pada anak-anak, segmentasi ini dirasa cukup luas karena anak-anak memiliki minat yang tinggi terhadap bentuk dan rasa unik makanan.       

4. Rasa dan Warna yang Bervariasi

Untuk mengurangi rasa dan bau amis dari ikan, ditambahkan perasa makanan pada produk ini. Selain itu, warna dan rasa yang bervariasi ini cenderung lebih disukai anak anak, dimana anak anak merupakan target pemasaran produk ini.

5.  Produk Awet dan Tahan Lama

 

 Proses pengeringan dalam pembuatan produk ini, bisa membuat produk ini awet dan tahan lama hingga satu tahun lamanya. 

  Aspek Inovasi :

Nama : Rahmah Aprilia Dwitama
Alamat : SMA Negeri 1 Rembang, Jalan Gajah Mada No. 5 Magersari Rembang
No. Telepon : 082137018399