PEMANFAATAN MILIMAS (MINYAK LIMBAH MASKER) SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKAR MINYAK

dan lebih cepat menular. Hal tersebut menyebabkan masyarakat semakin berisiko terinfeksi virus Covid-19. Kebijakan yang diterapkan dan dianggap paling efektif untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 adalah dengan penggunaan masker. Namun, penggunaan masker sekali pakai kerap berdampak pada menumpuknya limbah sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) sehingga mencemari lingkungan mengingat masker terbuat dari bahan plastik yang sulit terurai. Masker sekali pakai terbuat dari polimer termoplastik yaitu Polipropilena. Polipropilena dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar melalui proses pirolisis karena plastik terbuat dari bahan turunan minyak bumi sehingga dapat dikembalikan ke bentuk hidrokarbon sebagai sumber energi alternatif. Sebanyak 1 kg limbah masker dipirolisis selama 7 jam menghasilkan minyak limbah masker sebanyak 125 ml. Minyak hasil pirolisis sebanyak 200 ml kemudian di destilasi pada interval suhu 126 – 140o, 140 – 165o, 165 – 185o, 190 – 205o, 205 – 220o diperoleh fraksi turunan yaitu oktana 77,5 ml, nonana 46 ml, dekana 8 ml, undekana 13,5 ml, Dodekana 8,4 ml dan residu 46,6 ml. Fraksi turunan minyak limbah masker dengan hidrokarbon (C8-C12) memiliki potensi sebagai bahan bakar minyak. Dari hasil analisis uji diharapkan dengan memanfaatkan minyak limbah masker sebagai alternative bahan bakar minyak dapat mencegah kelangkaan bahan bakar minyak.

Kata Kunci : Masker sekali pakai, polipropilena, bahan bakar minyak

Pandemi Covid-19 yang sedang terjadi disebabkan oleh adanya proses mutasi dari virus SARS-CoV. Munculnya Covid-19 varian baru yang lebih cepat menular, membuat masyarakat semakin berisiko tinggi terhadap infeksi virus Covid-19. Selain melakukan vaksinasi Covid-19, penggunaan masker menjadi salah satu langkah ampuh yang disepakati dunia untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Hal itu dikarenakan droplet yang mengandung virus ataupun aliran udara (aerosol) menjadi jalur utama yang menyebabkan virus menyebar dan memiliki daya penularan tinggi (Atmojo, Akbar, & Kuntari, 2020).
Dilansir dari The Independent, studi terbaru memperkirakan, manusia sekarang menggunakan 129 miliar masker wajah setiap bulan di seluruh dunia. Jika satu bulan terdapat 31 hari, maka penggunaan rata-rata masker sekali pakai sekitar 2,8 juta masker per menit, menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Frontiers of Environmental Science and Engineering. Penggunaan masker sekali pakai tanpa adanya pengolahan khusus menyebabkan limbah masker semakin menumpuk dan sangat mencemari lingkungan, mengingat masker sekali pakai terbuat dari material plastik sehingga sulit terurai. Bagaimana cara mengurangi limbah masker dan mengolah limbah masker agar dapat dimanfaatkan harus kita pikirkan dalam masa pandemi.
Untuk mengurangi dan memanfaatkan limbah masker, harus mengolahnya menjadi minyak terlebih dahulu dengan proses pirolisis. Setelah pengolahan limbah masker menjadi minyak limbah masker dilakukan analisis uji untuk kandungan minyak tersebut. Menurut data dari studi literatur masker sekali pakai terbuat dari material plastik jenis polipropelina. Polipropilena merupakan jenis polimer yang terbentuk dari struktur satuan (monomer) propilena, dan digolongkan dalam polimer termoplastik. Salah satu alternatif pemanfaatan polipropelina dari limbah masker sekali pakai adalah dengan memanfaatkannya menjadi bahan bakar cair. Hal ini dapat dilakukan karena plastik sendiri pada dasarnya terbuat dari minyak bumi.
Untuk itu kami melakukan penelitian dengan mengolah limbah masker menjadi minyak limbah masker melalui proses pirolisis. Hasil pirolisis minyak limbah masker kami analisis uji kandungannya. Diharapkan dari minyak limbah masker dapat menjadi sumber alternatif energi baru untuk mendukung sektor industri dan transportasi Indonesia.

Nama : Krishna Adhie Christian
Alamat : Wirasana RT 05 RW 01, Purbalingga
No. Telepon : 082138532976