MIELENDUNG: Pemanfaatan Kulit Durian dan Kulit Kacang Tanah dalam Pembuatan Mie

Mie instan adalah makanan cepat dan mudah untuk disajikan. Pembuatan mie juga sudah bersifat modern dan dapat dilakukan secara kontinu. Berbagai ragam rasa mie instan yang dikembangkan pada masa kini. Namun, di sisi lain, mie instan membutuhkan pengawet buatan yang dapat menimbulkan beberapa risiko. Salah satu resikonya adalah menyebabkan kolesterol. Oleh karena itu, dikembangkanlah MIELENDUNG yang berbahan baku alami dan tahan lama tanpa tambahan pengawet buatan. MIELENDUNG berbahan baku tepung dari kulit durian dan kulit kacang tanah. Kulit durian dipilih karena tersedia melimpah khususnya di Boyolali sekaligus memiliki kandungan lemak tak jenuh yang berguna untuk menurunkan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh. Sedangkan kulit kacang tanah memiliki berbagai kandungan yang bermanfaat untuk menurunkan kolestrol, menyembuhkan asam urat, dan menurunkan risiko penyakit-penyakit degenerative seperti penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2, kanker, mencegah obesitas pada anak-anak.  Pembuatan MIELENDUNG menggunakan perbandingan 1:4:12 untuk tepung kulit durian, tepung kulit kacang, dan tepung terigu. Pengujian awal produk MIELENDUNG menggunakan uji organoleptik terhadap 40 orang dari berbagai usia dan diperoleh hasil sebanyak 7 orang menyatakan sangat suka dan 33 orang menyatakan menyukai produk MIELENDUNG. Dengan adanya pengembangan produk MIELENDUNG diharapkan dapat menjadi sumber bahan pangan alternative yang sehat, aman, enak, dan bergizi tinggi, serta menciptakan lapangan pekerjaan.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah durian dengan skala yang melimpah. Di Provinsi Jawa Tengah terdapat 159.199,00 ton buah durian yang berhasil dipanen pada tahun 2021. Buah durian adalah salah satu jenis buah dari famili Bombacaceae yang banyak dicari pada saat panen tiba. Hal ini menimbulkan kulit buah durian menumpuk sehingga mengakibatkan lingkungan kotor dan bau yang tidak sedap. Apabila diabaikan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, munculnya penyakit dan menurunkan nilai estetika/keindahan sekitar serta masalah-masalah lainnya. Kulit durian yang selama ini tidak dimanfaatkan dengan baik, karena karakternya yang sukar terurai berpotensi menjadi salah satu limbah hayati yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Dengan melihat pada struktur dan karakteristik dari kulit durian tersebut, sebenarnya dimungkinkan untuk memanfaatkan kulit durian tersebut sebagai produk olahan pangan.

Buah durian (Durio zibethinus) berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan. Ciri buahnya, bentuknya besar bulat/oval dengan aroma dan rasa yang khas serta kulit luarnya yang berduri. Buah durian ini menjadi buah primadona yang banyak disukai oleh masyarakat sekitar, tak terkecuali masyarakat Boyolali. Kulit buah yang keras, berduri dan tebal yang mencapai hampir seperempat bagian dari buahnya tersebut merupakan bagian yang dibuang begitu saja sampai akhirnya menjadi busuk.

Selama ini masyarakat hanya mengonsumsi daging buah dan bijinya untuk dibuat berbagai macam olahan, misalnya dodol/lempok, campuran kolak, selai, bahan campuran untuk kue, tempoyak (daging buah durian yang di-awetkan), dimakan langsung dan lain-lainnya. Sedangkan kulit durian tersebut hanya menghiasi lingkungan sebagai setumpuk sampah yang menghasilkan bau busuk dan mendatangkan banyak kuman serta serangga yang tentunya akan berujung pada timbulnya sarang dan sumber penyakit. Selain itu tumpukan kulit durian yang sulit terdegradasi tersebut akan membuat pemandangan yang tidak sedap untuk mata kita.

Kandungan dari kulit durian yaitu berupa flavonoid, saponin, unsur selulosa, lignin, serta kandungan pati. Hasil penelitian menunjukkan, kulit durian secara proporsional mengandung unsur selulose yang tinggi (50-60%) dan kandungan lignin (5%) serta kandungan pati yang rendah (5%) sehingga dapat diindikasikan bahan tersebut bisa digunakan sebagai campuran bahan baku pangan olahan serta produk lainnya yang dimanfaatkan. Selain itu, kulit durian mengandung sel serabut dengan dimensi yang panjang serta dinding serabut yang cukup tebal sehingga akan mampu berikatan dengan baik apabila diberi bahan perekat sintetis atau bahan perekat mineral (Afif, 2007).

Kulit buah durian juga mengandung senyawa fenolik, flavonoid, saponin, dan tanin. Hal ini menunjukkan bahwa kulit buah durian dapat digunakan sebagai anti jamur. Selain itu, kandungan kimia kulit durian yang dapat dimanfaatkan adalah pektin. Pektin merupakan senyawa yang baik digunakan sebagai pengental dalam makanan. Sehingga pektin yang diperoleh dari kulit durian dapat dimanfaatkan sebagai pengental dalam pembuatan cendol atau dapat dijadikan sebagai tepung dan kulit durian juga dapat digunakan sebagai penolak nyamuk (Afif, 2007).

Tidak hanya kulit durian, kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pun juga tersebar luas disekitar Boyolali. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.), yang ditanam di Indonesia sebetulnya bukanlah tanaman asli, melainkan tanaman yang berasal dari benua Amerika, tepatnya dari daerah Brazilia. Kacang tanah adalah tanaman palawija yang berumur pendek. Di Indonesia, kacang tanah ditanam didaerah daratan rendah dengan ketinggian maksimal 1000 meter diatas permukaan air laut. Daerah yang paling cocok untuk tanaman kacang sebenarnya adalah daerah daratan dengan ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut (Susanti, 2009).

 Produksi kacang tanah di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 86.600,000 ton berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS). Berat kulit kacang tanah 30 % dari berat keseluruhan kacang tanah, maka kuantitas limbah kulit kacang tanah di Indonesia mencapai 204 ton. Kacang tanah terdiri atas kulit (hull) 21-29%, daging biji (kernel) 69-72.40%, dan lembaga (germ) 3.10-3.60% (Keteren, 1998).

Potensi buah durian dan kulit kacang tanah jika pada musimnya di Kabupaten Boyolali sangat melimpah. Tetapi, yang dimanfaatkan masyarakat sekitar hanya bagian buah saja, sedangkan kulit buah durian dan kulit kacang tanah hanya dibiarkan. Maka dari itu, kulit buah durian dan kulit kacang tanah dapat dimanfaatkan sebagai produk pangan fungsional agar memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hal inilah yang menjadi dasar kami untuk melakukan inovasi membuat alternatif pangan yang sehat untuk pemanfaatan kulit buah durian (Durio zibethinus) dan kulit kacang tanah (Arachis hypogea L.) yang kemudian diolah menjadi MIELENDUNG (Mie Kulit Durian dan Kulit Kacang Tanah).

  1. Produk inovasi baru, unik, menarik, dan enak.
  2. Bahan baku alami tanpa pengawet.
  3. Memiliki rasa yang khas.
  4. Harga terjangkau.
  5. Belum ada yang memanfaatkan kulit durian dan kulit kacang tanah sebagai olahan pangan.
  6. Meningkatkan perekonomian masyarakat.
  7. Bahan mudah di dapat.
  8. Mengikuti promosi melalui social media dan pameran setempat.

Nama : Pungky Intan Rahma Lutfiyana
Alamat : Gumuk Rejo RT. 02/RW. 04, Sambi, Sambi, Boyolali
No. Telepon : 085742557613