Gosok Jas Merah : Game Edukatif Belajar Bangunan Cagar Budaya di Kabupaten Kudus Berbasis Android

Kabupaten Kudus adalah kota kecil dengan segudang peninggalan sejarah. Salah satu jenis peninggalan sejarah adalah cagar budaya. Bangunan cagar budaya di Kudus sekarang dalam kondisi cukup memprihatinkan karena kurang atau tidak adanya perawatan khusus. Saat ini penggunaan gaget menjadi trend dan sering digunakan sebagai game yang praktis dibawa bagi generasi milenial. Generasi Z adalah kaum yang suka akan hal hal praktis. Dengan adanya internet memudahkan generasi milenial untuk mengakses banyak hal. Salah satunya adalah penggunaan internet untuk bermain game. Oleh karena itu, penulis ingin mengembangkan Gosok Jas Merah : Game Edukatif Belajar Cagar Budaya di Kabupaten Kudus Berbasis Android. Gosok Jas Merah merupakan game edukatif mengenai BCB (Bangunan Cagar Budaya) di Kabupaten Kudus. Game yang dibuat yaitu dengan menjawab sebuat pertanyaan. Game ini dirancang dengan menutupi gambar, gambar berisi tampilan BCB. Setelah itu pemain akan menggosok gambar tersebut dan memilih jawaban yang telah tersedia. Ada contoh 10 perantanyaan BCB dan terakhir akan menampilkan skor yang ada. Game Gosok Jas Merah akan meningkatkan pengetahuan soal Cagar Budaya dan tanpa sadar generasi Z akan tergerak untuk melestarikan demi masa depan yang akan datang.

 

Kata Kunci : Generasi Z, BCB, dan Gosok Jas Merah

Kawasan bersejarah merupakan komoditi atau aset yang sangat bernilai dan tidak dapat diperbaiki sehingga mempunyai kewajiban untuk memeliharanya. Kegiatan pelestarian terhadap suatu kawasan maupun bangunan akan memberi pengaruh pada bentuk identitas kota karena obyek-obyek konservasi biasanya merupakan obyek vital bagi kehidupan kota. Kawasan bersejarah sebagai warisan budaya merupakan salah satu peninggalan yang sangat berharga karena kehadiran bangunan tersebut memiliki nilai historis yang menampilkan cerita suatu kawasan. Suatu kawasan atau kota dalam perkembangannya membutuhkan sejarah terbentuknya kawasan tersebut (Madanipor dalam Zahnd, 1999:2). Salah satunya adalah kawasan cagar budaya yang ada di Kabupaten Kudus.

Kabupaten Kudus terletak antara 110° 36° dan 110° 50° Bujur Timur dan antara 6° 51° dan 7° 16° Lintang Selatan. Kabupaten Kudus juga terkenal sebagai Kota Wali, tentunya banyak mempunyai benda peninggalan bersejarah baik yang ditemukan pada periode prasejarah, periode Hindu-Budha, periode masuknya Islam hingga periode kolonial. Bahkan banyak peninggalan prasejarah yang ditemukan di wilayah ini contohnya situs pati ayam. pada masa Hindu-Budha ditemukan peninggalan bersejarah diantaranya yaitu Situs Candi Bacin yang terdapat di Ngemplik desa Bacin. Peninggalan Belanda yang ditemukan di Kudus antara lain komplek perumahan dinas milik PT kereta api, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), kantor Kawedanan, dan omah kapal Nitisemito. Sementara peninggalan zaman islam yang terkenal di Kudus yaitu Masjid Al Aqsa dan Menara Kudus.

Namun saat ini menurut Bangunan cagar budaya yang ada di Kudus kondisinya cukup memprihatinkan, karena 20 persen di antaranya terbengkalai dan tidak terawat sama sekali, hal itu disebabkan beberapa di antaranya faktor usia, tidak dilakukannya proses penyelamatan dan konservasi, selain itu perangkat hukum untuk melindungi dinilai masih sangat lemah. Hal itu disebabkan karena bangunan cagar budaya milik pribadi yang mengabaikan perawatan dan tidak peduli terhadap bangunan itu sendiri, misalnya bangunan Omah Kapal, Istana Kembar milik Nitisemito, Rumah Adat Kudus yang di tinggalkan oleh pemiliknya, bangunan kolonial Belanda yang berada di Besito yang dulunya kantor Polsek menjadi rusak dan tidak terawat karena tidak dipergunakan lagi.

Selain itu, salah satu factor bangunan cagar budaya kurang eksis yaitu tidak ada kepedulian dari generasi Z. Generasi Z merupakan anak-anak yang lahir pada era 1996-2012. Mereka lebih memilih bermain gaget dan dunia K-POP. Padahal perlu upaya mengajak anak-anak generasi Z dalam melestarikan bangunan cagar budaya di kabupaten kudus. Pengetahuan anak-anak generasi Z akan cagar budaya juga sedikit sekali. Mereka lebih paham akan dunia game, music, dan perkembangan lainnya. Padahal dengan memanfaatkan teknologi yang ada bisa digunakan untuk pembelajaran edukatif soal bangunan cagar budaya.

Saat ini penggunaan gaget menjadi trend dan sering digunakan sebagai game yang praktis dibawa bagi generasi milenial. Generasi Z adalah kaum yang suka akan hal hal praktis. Dengan adanya internet memudahkan generasi milenial untuk mengakses banyak hal. Salah satunya adalah penggunaan internet untuk bermain game. Oleh karena itu, penulis ingin mengembangkan Gosok Jas Merah : Game Edukatif Belajar Cagar Budaya di Kabupaten Kudus Berbasis Android.

Gosok Jas Merah memiliki beberapa keunggulan diantaranya:

  1. Dapat menunjang  proses  pendidikan dan mengenalkan BCB Kabupaten Kudus kepada Generasi Z
  2. Meningkatkan    logika    dan  pemahaman      pemain      terhadap      suatu masalah   melalui   proyek   game
  3. Game edukatif dapat meningkatkan daya ingat sehingga anak dapat menyimpan materi pelajaran  dalam  waktu  yang lebih  lama  dibandingkan  dengan  metode  pengajaran konvensional

Nama : Ahmad Edi Darmawan
Alamat : Jl. Conge Ngembalrejo, Ngembal Rejo, Ngembalrejo, Kec. Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59322
No. Telepon : 0291 434871