TIWUL TALAS

Tanaman talas (xanthosoma sagitofilium) banyak terdapat di lahan pertanian masyarakat namun belum dimanfaatkan secara optimal. Pengolahannya secara umum hanya direbus atau dijadikan makanan ringan seperti getuk dan kripik talas. Akibatnya harga jual talas menjadi rendah, tingkat konsumsi talas juga rendah. Talas dapat diolah menjadi Tiwul. Hasil uji laboratorium pada tiwul talas (Nomor:020/CMP/ll/2020) menunjukkan bahwa talas memiliki kandungan karbohidrat tinggi (80%), sehingga dapat dijadikan pangan fungsional. Selain itu tiwul talas juga memiliki kandungan protein, lemak nabati, vitamin A, vitamin C, vitamin E, kalium, natrium dan aktioksidan (fenol, flavonoid dan tanin). Tiwul talas dapat dikembangkan menjadi pangan fungsional, 100% bahan lokal dan cita rasa tradisonal untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata khususnya bidang kuliner.

Keyword: talas, tiwul, pangan fungsional, makanan tradisional.

Tiwul merupakan makanan legend, terutama mengingatkan pengalaman bangsa Indonesia terhadap sulitnya mendapatkan makanan pokok seperti beras pada masa penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang. Mencium aroma khas tiwul hingga menikmati hidangan tiwul memberikan nuansa wisata sejarah tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Sampai sekarang tiwul masih dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya di pulau jawa. Harga tiwul juga cenderung stabil bahkan di lokasi wisata kuliner mencapai Rp 13.000 hingga Rp. 20.000 per kilogram.

         Selain singkong atau ketela pohon (Manihot esculenta), rimpang talas  (Xanthosoma sagitofilium) talas juga dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan tiwul.  Talas memiliki banyak gizi seperti protein, fosfor, kalsium dan magnesium. Hampir seluruh bagian dari tanaman talas mengandung zat kalsium oksalat yang akan menimbulkaan rasa gatal jika kontak langsung pada kulit,mulut, dan saluran pencernaan. Namun kalsium oksalat dapat dihilangkan secara fisik, mekanis, kimiawi. Cara yang paling mudah yaitu dengan perendaman menggunakan garam dapur (NaCl).

         Potensi pengembangan tanaman talas di Indonesia cukup besar, salah satu keunggulan dibandingkan dengan ketelap pohon sadalah lebih tahan hama terutama dari gangguan binatang (misalkan babi hutan) jika di budidayakan di areal pertanian yang dekat dengan wilayah hutan. Selain itu juga tidak membutuhkan perawatan khusus. Pemanfaatan dan pengolahan talas masih terbatas talas pada pembuatan kripik talas, sekedar direbus dan diolah menjadi getuk dengan harga jual yang cenderung murah. Oleh karena itu perlu adanya inovasi untuk pengolahan talas yaitu dijadikan tiwul talas. Produk inovasi ini akan menjadi kuliner primadona apalagi jika dipasarkan pada tempat-tempat wisata budaya dan sejarah.

  1. Pangan fungsional, bahan baku lokal dengan cita rasa makanan tradisonal
  2. Proses pembuatan yang alami, bebas dari penggunakan bahan-bahan kimia berbahaya
  3. Menghasilkan tiwul varian baru dengan aroma yang khas, warna gelap yang menjadi tren generasi milenial
  4. Menjadi sarana memperkenalkan sejarah perkembangan pangan di indonesia serta menjadi wisata budaya
  5. Produk instan tanpa pengawet dan pewarna, mudah untuk disajikan

Nama : Purba Rhisma Sutikno
Alamat : Kelurahan Karangtengah RT.06 RW.02 Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah
No. Telepon : 085225464427