Disfabet Android Game : Deteksi Dini Disleksia pada anak Sekolah Dasar di Kabupaten Kendal

Disleksia merupakan salah satu jenis kesulitan belajar membaca yang disebabkan oleh terganggunya proses otak saat menerima dan mengolah informasi. Anak-anak penderita disleksia umumnya tidak dapat membaca dengan tingkat yang sama dengan anak-anak seusianya di sekitarnya. Ada yang beranggapan bahwa anak yang tidak bisa membaca disebabkan karena tidak adanya keinginan untuk belajar. Sedangkan kasus tersebut bisa jadi berpotensi menderita disleksia. Untuk membedakan dan mendeteksi anak penderita disleksia kita dapat menggunakan aplikasi permainan  Disfabet Android Game (Disleksia Alfabet). Permainan ini dapat menjadi awal untuk membantu kita dalam mencari atau menyaring mana anak penderita disleksia dan mana yang bukan di Kabupaten Kendal. Setiap level dalam Game Disfabet memiliki sepuluh langkah atau pertanyaan sesuai serinya. Pada level pertama : menebak huruf-huruf yang mirip, level kedua : Pilih salah satu dari tiga kata yang mirip, dan level ketiga : Pilih salah satu dari dua kata pilihan sebuah gambar. Permainan Disfabet bermanfaat sebagai langkah awal untuk mengetahui apakah anak yang mengalami kesulitan membaca menderita disleksia atau tidak sehingga anak yang terdeteksi mengidap disleksia bisa mendapatkan pengobatan yang lebih baik dan tepat. Permainan Disfabet akan menjadi awal yang baik bagi calon anak penderita disleksia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran, dampak dan efektivitas Disfabet Games sebagai alat deteksi dini anak penderita disleksia. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Permainan Disfabet diharapkan dapat membantu dalam pendeteksian anak penderita disleksia, mengedukasi para orang tua dan masyarakat sekitar anak penderita disleksia yang ada di Kabupaten Kendal untuk lebih peduli dan menghargai anak penderita disleksia.

Di Indonesia, diperkirakan sekitar 5 juta dari 50 juta anak sekolah mengalami kesulitan membaca. (Pratamawati dkk., 2015). Membaca merupakan salah satu hal penting dalam satuan pendidikan yang menunjang proses belajar anak. Kurangnya kemampuan membaca pada anak dapat mempengaruhi anak dalam menyebutkan dan membedakan huruf serta kata. Hal tersebut dapat menghambat proses belajar anak. Orang tua beranggapan bahwa anak usia sekolah dasar yang belum bisa membaca dan menulis adalah tolak ukur ketidakmampuan anak. Anak yang belum lancar membaca dianggap bodoh atau tertinggal dari anak lainnya. Namun bisa jadi anak tersebut menderita disleksia. Disleksia merupakan salah satu jenis kesulitan belajar membaca pada anak, suatu gejala yang bukan disebabkan oleh penglihatan, pendengaran, kecerdasan, atau kemampuan berbahasa melainkan karena adanya gangguan pada proses otak saat menerima suatu informasi. (Haifa dkk., 2020). Hal ini terlihat ketika anak kesulitan membedakan b/d, p/q, w/m, dan n/u. Anak penderita disleksia yang duduk di bangku sekolah dasar menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: (1) kesulitan membaca dan mengeja, (2) Angka dan huruf sering tertukar, (3) Sulit mengingat tabel belajar atau abjad, (4) Sulit menggenggam tulisan yang dibacanya, (5) lambat saat menulis. (Syahroni dkk., 2021).

 

Untuk membantu mengidentifikasi anak disleksia dapat dilihat dari karakteristik-karakteristik sebagai berikut (Thomson, 2014):

 

1. Perilaku

a. Mudah lupa terutama terhadap hal-hal yang baru terjadi

b. Sulit  menghadapi  lebih  dari  satu  instruksi  dalam  waktu yang bersamaan

c. Kurang memahami batasan waktu

d. Bisa menjadi sangat keras kepala

e. Mudah meluapkan kemarahan

f. Sensitif terhadap keributan

g. Kurang koordinasi, sering menjatuhkan benda-benda

h. Mudah teralihkan perhatiannya

i. Tampak  tidak  mendengarkan  apa  yang  dikatakan  orang lain

 

2. Membaca

a. Tidak menguasai kemampuan membaca atau sangat lambat menguasainya

b. Membuat banyak kesalahan dalam membaca nyaring

c. Ketika  membaca  cerita  kesulitan  dengan  pertanyaan  yang diajukan

d. Tidak memahami bacaan

e. Melewatkan beberapa kalimat ketika membaca

f. Kebingungan

g. Menghindari aktivitas membaca

h. Terbolak balik ketika membaca suku kata atau kata

i. Sulit membedakan kata penghubung di dan pada

 

3. Mengeja

a. Ejaan yang aneh sehingga kata-kata tidak jelas

b. Ada  bagian  kata  yang  diulang,  contoh  “kemamampuan” untuk kata “kemampuan”

c. Ada bagian kata yang hilang, contoh”kempuan” untuk kata ”kemampuan”

d. Sering  terbalik  dalam  menulis  kata,  contoh  ”lagu”  untuk kata ”gula”

 

Melalui pengamatan kesulitan membaca yang dialami anak-anak, maka ada kecenderungan yang menjadi pemicu disleksia adalah kelainan neurobiologis yang ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat, baik dalam pengejaan dan pengkodean huruf. Pendidik dan orang tua merasa heran mengapa anak yang memiliki kepandaian cukup baik mengalami kesulitan dalam membaca. Dalam kasus ini, kepedulian dan perlakuan khusus orang terdekat terhadap anak disleksia sangat dibutuhkan untuk perkembangan kemampuan anak. Jika tidak cepat ditangani maka akan bertambah parah dan menyulitkan proses belajar. Maka dari itu, tanda-tanda disleksia harus diketahui sejak dini. Pertama jika diketahui sejak dini, maka penanganan yang diberikan lebih cepat. Pendidik dan orang tua dapat membantu anak dalam proses belajar secara intensif, karena anak disleksia memerlukan metode khusus dan waktu yang lebih lama untuk proses belajar. Kedua, jika lebih awal, maka akan memberi kepastian terhadap anak disleksia untuk melanjutkan sekolah. Ketidakmampuan itu menyebabkan anak disleksia sangat mudah tidak naik kelas dan kesulitan dalam belajar.  Oleh karena itu, peneliti menghadirkan permainan Disfabet Android Game (Disleksia Alfabet). Permainan Disfabet adalah permainan yang membantu mendeteksi gangguan disleksia pada anak di usia sekolah dasar sebagai upaya agar lingkungan menyadari dan memfasilitasi kebutuhan anak disleksia, khususnya di lingkungan sekolah. Aplikasi ini terdiri dari tiga tingkatan level.  Namun aplikasi ini mengalami pengembangan. Pengembangan dari aplikasi ini dapat dilihat dalam memproses data, dimana data tersebut terdapat kunci jawaban dari tiga tingkatan level. Jawaban yang berikan akan diproses, sehingga ditahap akhir akan muncul nilai. Dari nilai tersebut dapat mengetahui bahwa anak tersebut memiliki kemampuan membaca normal atau memiliki tanda-tanda disleksia.

Keunggulan Disfabet Game, diantaranya:

1. Menarik minat anak

 Dengan tampilan aplikasi permainan yang menarik dan menyenangkan dapat memotivasi anak untuk memainkannya, sehingga proses pendektesian pada anak  dapat dilakukan dengan mudah.

2. Praktis dan mudah dibawa

Disfabet Android Game hadir dalam bentuk aplikasi yang dapat diakses di mana pun dan kapan pun melalui telepon seluler berbasis android. Hal ini membuat aplikasi ini lebih praktis dan mudah digunakan.

3. Proses pembuatan lebih sederhana

Penggunaan software Articulate Storyline 3 membuat proses pembuatan aplikasi permainan ini lebih mudah, dan juga hemat biaya.

4. Dapat diakses secara luring (offline)

Disfabet Android Game merupakan sebuah aplikasi permainan yang dapat diakses secara luring (offline) tanpa memerlukan data internet. Hal ini dapat memudahkan untuk mengaksesnya terutama pada daerah terpencil yang minim jaringan internet.

 

Penelitian ini merupakan sebuah terobosan baru dalam pendeteksian dalam deteksi dini disleksia di Indonesia, khususnya di Kabupaten Kendal. Penelitian yang sejenis hanya tentang alat terapi bantu untuk anak disleksia bukan sebagai alat pendeteksi disleksia. Dengan demikian, peneliti berpendapat bahwa hasil penelitian ini merupakan sebuah kreasi inovatif karena ideasinya baru dan belum pernah dilakukan atau diteliti oleh penelitian sebelumnya. Dan peneliti berharap dengan adanya alat berupa aplikasi permainan ini dapat membantu anak yang memiliki tanda- tanda disleksia agar mendapat penanganan lebih lanjut.

Nama : Febiana Nabila Ardanti
Alamat : Dk. Kedungrombong (RT.04 RW. 06), Desa Sarirejo, Kec. Kaliwungu, Kab. Kendal
No. Telepon : 082334805097